1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Penyakit Alzheimer menyebabkan penurunan pada fungsi otak (demensia)
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang menyerang fungsi otak. Akibatnya, penderita akan mengalami penurunan daya ingat dan fungsi kognitif lain.
Penyakit ini berkembang secara progresif. Ini berarti, Alzheimer akan bertambah parah seiring waktu.
Kemampuan intelektual dan sosial pada penderita penyakit Alzheimer akan terus menurun karena kondisi sel-sel otaknya memburuk hingga akhirnya mati.
Pada tahap awal, penderita akan merasa sedikit kebingungan dan mengalami kesulitan dalam mengingat percakapan ataupun kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. Perlahan-lahan, masalah ingatan yang parah akan terjadi.
Penderita bahkan bisa melupakan orang-orang penting dalam hidupnya, mengalami perubahan kepribadian, dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada tahap lanjut, penyakit Alzheimer dapat mengakibatkan komplikasi karena fungsi otak yang semakin menurun. Mulai dari dehidrasi, malnutrisi, infeksi, hingga kematian.
Saat ini, penanganan penyakit Alzhemir berfokus untuk meringankan gejala Alzheimer. Karena itu, penyakit ini belum bisa disembuhkan.
Secara umum, gejala penyakit Alzheimer meliputi:
Penderita Alzheimer menjadi kesulitan untuk melakukan rutinitas yang membutuhkan perencanaan. Misalnya, memasak, bermain game, dan sebagainya.
Pada akhirnya, penderita bahkan melupakan cara-cara untuk melakukan aktivitas mendasar. Contihnya, mandi, memakai baju, dan lain-lain.
Hingga saat ini, penyebab penyakit Alzheimer tidak diketahui pasti. Namun pada ilmuwan memperkirakan bahwa ada sejumlah faktor yang bisa memengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami penyakit ini.
Penyakit Alzheimer akan merusak dan mematikan sel-sel otak, serta membuat jumlahnya menjadi lebih sedikit daripada kondisi normal. Semakin banyak sel otak yang mati, ukuran otak akan semakin menyusut.
Terdapat dua jenis protein yang mungkin berperan dalam perkembangan penyakit Alzheimer. Protein ini meliputi:
Beta amiloid adalah pecahan dari protein yang lebih besar. Saat menggumpal dan menyatu atau menjadi plak amiloid (amyloid plaque), protein ini memiliki efek beracun pada saraf sehingga dapat menganggu komunikasi antarsel.
Penderita Alzheimer memiliki protein tau yang berubah bentuk dan menjadi filamen PH (neurofibrillary tangles).
Pada awalnya, protein tau befungsi mendukung dan menyalurkan nutrisi serta materi-materi penting lain pada saraf. Tapi bila telah berubah menjadi filamen PH, protein ini akan menjadi racun bagi sel-sel. Akibatnya, proses penyaluran akan terganggu.
Faktor-faktor risiko penyakit Alzheimer tersebut meliputi genetik, gaya hidup, dan lingkungan. Ketiganya bisa berdampak pada daya ingat serta fungsi otak pengidap penyakit ini.
Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer akan semakin tinggi, terutama bagi mereka yang telah berusia 65 tahun.
Namun perlu diketahui bahwa mengalami penyakit Alzheimer bukanlah selalu menjadi bagian dari proses penuaan.
Pengidap sindrom Down lebih berisiko untuk mengalami penyakit Alzheimer.
Jika seseorang memiliki keluarga kandung dengan penyakit Alzheimer, risikonya untuk mengalami penyakit yang sama akan meningkat. Perubahan gen (mutasi gen) tertentu juga dapat berperan dalam meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit ini.
Orang uang mengalami cedera di bagian kepala, akan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terkena penyakit Alzheimer.
Wanita memiliki risiko lebih besar untuk mengidap Alzheimer daripada pria.
Orang dengan gangguan kognitif ringan pada bagian memori, lebih mungkin untuk mengalami penyakit Alzheimer.
Para peneliti menemukan bahwa faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung juga berkaitan dengan faktor risiko penyakit Alzheimer. Misalnya, kurang olahraga, obesitas, perokok aktif maupun pasif, hipertensi, kolesterol tinggi, serta diabetes tipe 2 yang tidak terkendali.
Orang dengan gangguan tidur dicurigai lebih berisiko untuk mengalami penyakit Alzheimer.
Untuk memastikan diagnosis penyakit Alzheimer, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan di bawah ini:
Dokter akan menanyakan gejala, faktor risiko, riwayat medis pasien maupun keluarga. Tak hanya pasien, keluarga dan orang terdekatnya juga perlu menjelaskan hal-hal ini.
Pemeriksaan ini bisa berupa pengecekan refleks, kekuatan dan tonus otot, kemampuan untuk bangkit dari kursi serta berjalan, koordinasi gerakan, serta keseimbangan pasien.
Tes darah akan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyebab lain dari gangguan ingatan dan kondisi linglung yang dialami oleh pasien. Misalnya, masalah apda kelenjar tiroid atau kekurangan vitamin.
Pemeriksaan ini meliputi pengecekan memori dan kemampuan berpikir pasien.
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi ada tidaknya abnormalitas pada otak yang mungkin dapat menyebabkan perubahan fungsi otak. Contohnya, tumor, stroke, cedera otak, dan sebagainya.
Pencitraan juga dapat digunakan untuk melihat bagian otak yang mengalami perubahan karena penyakit Alzheimer. Tes ini bisa berupa MRI, CT scan, PET scan, dan lain-lain.
Pungsi lumbal adalah prosedur pengambilan sampel cairan serebrospinal dari tulang belakang pasien. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk mengetahui kadar protein tau dan amiloid dalam tubuh pasien.
Advertisement
Cara mengobati Alzheimer umumnya tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalami kondisi tersebut.
Sampai saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer sepenuhnya. Tetapi penanganan akan diberikan guna mengurangi gejala penyakit ini.
Beberapa penanganan penyakit Alzheimer yang dapat dianjurkan oleh dokter meliputi:
Pilihan obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi Alzheimer meliputi:
Obat ini dapat membantu dalam meningkatkan komunikasi antarsel sekaligus menangani depresi dan kecemasan.
Memantine berfungsi menghambat perkembangan penyakit Alzheimer. Pemberian obat ini biasanya digabung dengan cholinesterase inhibitor.
Psikoterapi dapat membantu untuk mendukung memori, kemampuan menyelesaikan masalah, dan kemampuan berbahasa penderita. Jenis terapi ini umumnya berupa terapi simulasi kognitif (cognitive stimulation therapy).
Bila tidak ditangani dengan benar, penyakit Alzheimer dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Cara mencegah penyakit Alzheimer tidak diketahui hingga saat ini. Pasalnya, penyebabnya juga belum diketahui secara pasti.
Meski begitu, Anda mungkin bisa mengurangi risiko penyakit Alzheimer dengan menerapkan pola hidup . Contohnya, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan rendah lemak, mengonsumsi lebih banyak serat, serta berhenti merokok.
Jika Anda mengidap diabetes, kolesterol tinggi, atau hipertensi, kendalikan penyakit ini dengan menjalani pengobatan sesuai anjuran dokter.
Segera konsultasikan ke dokter bila Anda atau orang tedekat Anda mengalami gejala penyakit Alzheimer, misalnya penurunan memori dan fungsi otak.
Sebelum pemeriksaan ke dokter, Anda atau orang terdekat Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter umumnya akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis penyakit Alzheimer agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved