1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Alergi telur bisa memicu ruam dan bentol pada kulit
Alergi telur adalah kondisi yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap protein kuning atau putih telur. Ketika penderita mengonsumsi telur, tubuhnya menganggap protein telur sebagai benda asing dan mengeluarkan histamin untuk melawannya, sehingga memicu gejala alergi.
Alergi akibat telur teramsuk jenis alergi makanan yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Alergi ini dapat muncul sejak bayi berusia di bawah lima tahun (balita).
Pada kebanyakan kasus, alergi telur dapat membaik dengan sendirinya sebelum penderita menginjak usia dewasa.
Gejala alergi telur biasanya muncul pada beberapa menit hingga beberapa jam setelah seseorang mengonsumsi telur atau makanan yang mengandung telur.
Keluhan penderita bisa bervariasi, dari ringan hingga berat. Keluhan ini biasanya berupa ruam dan bentol pada kulit, hidung tersumbat, serta ganguan pencernaan seperti muntah.
Meski sangat jarang, alergi telur bisa menyebabkan kondisi anafilaksis. Reaksi anafilaksis merupakan bentuk alergi yang parah dan serius, sehingga dapat mengancam nyawa penderita.
Gejala alergi telur bervariasi dan biasanya terjadi tidak lama setelah seseorang mengonsumsi telur. Keluhannya dapat berupa:
Alergi telur dapat menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu reaksi alergi berbahaya yang harus segera ditangani secara medis. Gejala anafilakis bisa meliputi:
Sesuai nama penyakitnya, penyebab alergi telur adalah konsumsi telur. Kondisi ini termasuk dlaam jenis alergi makanan.
Alergi makanan terjadi karena reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap bahan makanan tertentu.
Pada pasien dengan alergi telur, kontak dengan protein telur memicu sistem imun untuk mengeluarkan histamin dan zat kimia lain yang menyebabkan munculnya gejala alergi.
Baik kuning maupun putih telur, keduanya bisa mengandung protein yang dapat memicu reaksi alergi. Namun alergi terhadap putih telur lebih sering ditemukan.
Protein telur juga dapat ditemukan pada ASI dari ibu menyusui yang mengonsumsi telur. Jadi ketika sang ibu menyusui bayinya, gejala alergi telur bisa saja muncul pada si bayi.
Para pakar memperkirakan ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko alergi telur pada seseorang. Faktor-faktor ini meliputi:
Anak-anak dengan penyakit dermatitis atopik lebih rentan untuk mengalami alergi telur.
Seseorang lebih berisiko untuk mengalami alergi telur bila salah satu atau kedua orang tua kandungnya memiliki riwayat asma, alergi makanan, atau alergi lainnya.
Alergi telur lebih sering dialami oleh anak-anak. Seiring bertambahnya usia penderita, sistem pencernaannya akan semakin berkembang dan reaksi alergi makanan lebih jarang terjadi.
Baca Juga: Tanpa Sadar, Alergen Mungkin Ada di Dekat Anda
Untuk memastikan diagnosis alergi telur, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan berikut:
Dokter akan menanyakan gejala, faktor risiko, serta riwayat medis pasien maupun keluarga.
Pada skin prick test, cairan yang mengandung protein telur akan diteteskan dke punggung atau lengan atas pasien. Dokter lalu menusuk area kulit tersebut dengan jarum kecil agar cairan bisa terserap ke dalam kulit.
Setelah itu, dokter akan mengamati reaksi kulit pasien. Bila pasien memiiki alergi telur, gejala berupa benjolan kemerahan akan muncul dalam 15-20 menit.
Pada uji tusuk kulit ini, dokter juga dapat menentukan apakah pasien alergi terhadap putih telur atau kuning telur.
Pada tes darah, adanya kadar antibodi bernama imunoglobulin E yang tinggi dapat menandakan alergi.
Dalam uji makanan, pasien akan diminta mengonsumsi sedikit telur untuk melihat ada tidaknya reaksi alergi. Tes ini harus dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis.
Bila gejala alergi muncul ketika telur dihilangkan dari makanan dan muncul kembali ketika pasien memakan telur, pasien kemungkinan besar mengalami alergi telur.
Advertisement
Cara mengobati alergi telur yang terbaik adalah menghindari konsumsi telur atau produk yang mengandung telur. Penderita juga perlu memperhatikan komposisi telur dalam produk tertentu, misalnya makanan kaleng atau camilan.
Selain menganjurkan pasien untuk menjauhi telur, dokter juga bisa memberikan langkah pengobatan alergi telur di bawah ini:
Untuk meredakan gejala alergi telur yang ringan seperti ruam dan gatal, obat antihistamin dapat diresepkan oleh dokter.
Bagi pasien dengan reaksi alergi berat, obat jenis epinefrin suntik diperlukan untuk mengatasinya.
Komplikasi alergi telur yang utama adalah anafilaksis. Kondisi gawat darurat ini membutuhkan obat epinefrin suntik dan perawatan darurat di rumah sakit secepat mungkin agar nyawa pasien bisa selamat.
Reaksi imun yang menyebabkan alergi telur juga dapat memicu terjadinya kondisi medis lain. Pencerita alergi telur akan memiliki risiko tinggi untuk terkena:
Baca Juga: Antihistamin adalah Obat Alergi Paling Populer, Bagaimana Cara Kerjanya?
Beberapa cara mencegah alergi telur yang dapat dilakukan meliputi:
Sebelum membeli atau mengonsumsi makanan apapun, bacalah komponen pada label makanan dengan saksama.
Tanyakan pada pelayan atau koki mengenai bahan-bahan yang digunakan pada makanan sebelum bersantap di restoran.
Jika buah hati mengalami alergi telur, sang ibu yang sedang menyusui harus menjauhi konsumsi telut. Pasalnya, protein dalam telur bisa masuk ke dalam ASI yang akan diminum Si Kecil.
Segera ke dokter bila Anda atau anak Anda mengalami gejala alergi setelah mengonsumsi telur atau produk yang mengandung telur.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis alergi telur. Dengan ini, penanganan bisa diberikan secara tepat.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved