1 Jun 2021
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Penderita agorafobia akan merasa terjebak, tidak berdaya, dan malu ketika berada di tengah keramaian
Agoraphobia atau agorafobia adalah jenis gangguan kecemasan yang membuat penderita takut berlebihan terhadap ruangan terbuka atau tempat umum. Penderita biasanya menghindari tempat maupun situasi yang mungkin memicu panik, terperangkap, tidak berdaya, atau malu.
Ada berbagai macam situasi atau tempat yang dapat memicu agorafobia. Misalnya, transportasi umum, ruangan terbuka maupun tertutup yang bisa dipakai untuk umum.
Penderita bahkan bisa mengalami gejala agorafobia saat berdiri dalam antrean atau berada di tengah keramaian.
Pengidap agorafobia mungkin merasa membutuhkan seseorang, seperti kerabat atau teman, untuk pergi bersamanya ke tempat-tempat umum. Rasa takutnya bisa begitu besar sehingga ia tidak bisa meninggalkan rumah. Akbatnya, aktivitas sehari-hari pun akan terganggu.
Ketakutan yang muncul biasanya berupa rasa khawatir berlebih bahwa penderita tidak akan bisa mendapatkan jalan keluar atau bantuan saat kecemasannya bertambah. Umumnya, penderita pernah mengalami serangan panik yang berkembang menjadi agorafobia.
Agorafobia terbagi menjadi dua jenis di bawah ini:
Sebagian kasus agorafobia berkembang sebagai komplikasi dari gangguan panik. Kondisi ini muncul setelah penderita mengalami serangan panik dalam situasi atau lingkungan tertentu, yang menyebabkan trauma. Akbatnya, penderita akan berusaha menghindarinya.
Agorafobia juga bisa diderita oleh orang yang tidak terkena gangguan panik. Kondisi ini bisa muncul pada mereka yang mengalami ketakutan berlebih pada kondisi tertentu.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5), gejala agorafobia meliputi:
1. Adanya ketakutan atau kecemasan yang terlihat jelas pada setidaknya dua dari lima situasi di bawah ini:
2. Individu menghindari situasi-situasi tersebut karena berpikir bahwa sulit untuk melarikan diri atau tidak akan mendapat bantuan saat gejala-gejala panik atau peristiwa yang memalukan terjadi (contoh, takut jatuh di dekapan orang yang tua atau takut mengompol di tempat umum).
3. Situasi-situasi tersebut hampir selalu memicu rasa takut atau cemas secara langsung.
4. Situasi-situasi tersebut secara aktif dihindari oleh penderita dan membuatnya membutuhkan keberadaan orang yang dikenal
5. Penderita memendam kondisinya meski merasakan ketakutan atau kecemasan yang intens
6. Penyebab rasa cemas atau takut bukanlah ancaman yang benar-benar terjadi
7. Rasa cemas, takut, atau sikap menghindar terus berlangsung selama enam bulan atau lebih
8. Rasa takut, cemas, atau sikap menghindar mengganggu kehidupan penderita, baik secara sosial, pekerjaan, dan lainnya.
9. Jika penderita didiagnosis mengalami kondisi medis tertentu, rasa takut, cemas, dan sikap menghindarnya muncul secara berlebihan.
10. Rasa takut, cemas, atau sikap menghindar yang tidak berkaitan dengan gejala gangguan mental lain. Misalnya, fobia secara spesifik atau tergantung situasi, gangguan kecemasan sosial, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder), post-traumatic disorder, atau separation anxiety disorder.
Hingga sekarang, penyebab agorafobia belum diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa faktor yang diduga bisa memengaruhi kemungkinan seseorang untuk mengalami kondisi ini.
Beberapa faktor risiko agorafobia tersebut meliputi:
Untuk memastikan diagnosis agorafobia, dokter dapat melakukan sederet metode pemeriksaan di bawah ini:
Dokter akan menanyakan dan mengamai gejala yang dialami oleh pasien. Demikian pula dengan faktor risiko pasien.
Dokter akan mencari ada tidaknya tanda-tanda agorafobia pada pasien.
Pasien perlu menjalani wawancara dengan dokter spesialis kejiwaan atau psikolog.
Sebagian besar dokter ahli jiwa akan menentukan diagnosis agorafobia dengan kriteria DSM-5, yang berisi daftar gejala serta kuosioner.
Advertisement
Cara mengobati agorafobia dapat ditentukan berdasarkan tingkat keparahan gejala maupun kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Penanganan yang dapat dianjurkan oleh dokter bisa berupa:
Salah satu jenis psikoterapi yang efektif dalam menangani agorafobia adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT). Terapi ini dapat membantu penderita untuk mempelajar beberapa hal berikut:
Dokter umumnya memberikan beberapa obat di bawah ini untuk penderita agiorafobia:
Obat antidepresan yang dapat diresepkan berupa selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Contohnya, fluoxetine dan sertraline.
Obat ini digunakan untuk mengobati pasien agorafobia akibat gangguan panik.
Jenis obat anticemas yang biasanya diberikan oleh dokter adalah benzodiazepine. Obat ini berfungsi meredakan kecemasan akut dan hanya boleh digunakan untuk jangka pendek karena berpotensi memicu ketergantungan.
Jika mengalami agorafobia, beberapa hal di bawah ini dapat dilakukan:
Jika tidak ditangani dengan benar, agorafobia bisa menyebabkan komplikasi berikut:
Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, cara mencegah agorafobia juga belum tersedia.
Agorafobia dan kecemasan biasanya akan meningkat saat penderita terus-menerus menghindari situasi yang ia takuti. Karena itu, penderita sebaiknya berusaha untuk tetap mendatangi tempat atau situasi yang membuatnya takut serta cemas.
Dengan begitu, penderita perlahan-lahan mampu mengalahkan rasa takut maupun cemas yang menderanya. Namun lakukan langkah ini dengan hati-hati.
Jika merasa kesulitan, penderita dapat meminta bantuan dari keluarga atau orang terdekat untuk menemani.
Berkonsultasilah dengan dokter atau psikolog jika Anda mengalami gejala agorafobia. Jangan membiarkan kondisi Anda bertambah parah.
Sebelum melakukan kunjungan ke dokter, persiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter kemungkinan akan mengajukan pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang. Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis agorafobia agar penanganan yang tepat bisa diberikan.
Advertisement
Dokter Terkait
Penyakit Terkait
Artikel Terkait
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved