Timolol

24 Jun 2019| Lenny Tan
Ditinjau oleh dr. Virly
Timolol merupakan beta blocker yang bekerja dengan memicu pelebaran pembuluh darah dan menurunkan curah jantung.

Daftar merek obat yang beredar di Indonesia

Azarga, Betimol, Duotrav, Glaoplus, Glatimol, Istalol, Nyolol, Opthil, Tim-Ophtal, Timol, Tria Timolol, Xalacom, Ximex Opticom

Deskripsi obat

Timolol merupakan obat golongan penghambat beta (beta blocker). Obat ini digunakan untuk menangani glaukoma, hipertensi, aritmia (denyut jantung tidak teratur), serta mencegah serangan jantung dan angina (nyeri dada). Obat ini juga digunakan untuk mengobati gangguan migrain.

Pada kasus glaukoma, timolol bekerja dengan menurunkan tekanan dalam bola mata melalui penurunan produksi cairan dalam bola mata. Dengan ini, kemungkinan hilangnya visus atau penglihatan dan kerusakan saraf mata dapat dicegah.

Selain itu, timolol bisa memengaruhi kinerja jantung, otot polos pembuluh darah, dan saluran pernapasan, sehingga memicu pelebaran pembuluh darah serta penurunan curah dan denyut jantung. Pada akhirnya, proses ini dapat menurunkan tekanan darah.

Timolol (-)
Golongan

Penghambat beta (beta blocker)

Kategori obat

Obat resep

Bentuk sediaan obat

Tetes mata dan tablet

Dikonsumsi oleh

Dewasa

Kategori kehamilan dan menyusui

Kategori C: Penelitian pada binatang percobaan menunjukkan efek samping terhadap janin dan tidak ada penelitian terkontrol pada wanita; atau belum ada penelitian pada wanita hamil atau binatang percobaan. Obat hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi besarnya risiko yang mungkin timbul pada janin.

Karena terdapat variasi dalam jumlah obat timolol yang dapat keluar melalui ASI, disarankan untuk menggunakan obat lain, terutama saat menyusui bayi yang baru lahir atau bayi prematur.

Dosis obat

Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat.

Opthalmic
Glaukoma sudut terbuka, hipertensi okular

Dewasa: Dalam sediaan tetes mata, sebagai sebagai dosis awal, 1 tetes timolol 0,25% sebanyak 2 kali sehari pada mata yang terkena. Bila respons tidak memadai, dosis dapat ditingkatkan dengan pemberian 1 tetes timolol 0,5% sebanyak 2 kali sehari. Pemberian timolol 0,5% tidak boleh lebih dari 1 tetes.

Oral
Setelah serangan jantung (infark miokard)

Dewasa: Dosis awal, 5 mg sebanyak 2 kali sehari selama 2 hari. Dimulai dalam 1-4 mg setelah terjadinya infark miokard, lalu ditingkatkan menjadi 10 mg sebanyak 2 kali sehari bila tidak ada efek samping.

Hipertensi

Dewasa: Dosis awal, 10 mg/hari dan dapat ditingkatkan berdasarkan respons terapi setiap 7 hari atau lebih. Dosis pemeliharaan, 10-40 mg/hari. Dosis maksimalnya adalah 60 mg per hari. Dosis > 30 mg/hari harus diberikan dalam 2 dosis terpisah.

Profilaksis migrain

Dewasa: 10 mg sebanyak 1 atau 2 kali sehari. Dosis maksimalnya 30 mg/hari, diberikan dalam dosis terbagi.

Angina pectoris

Dewasa: Dosis awal, 5 mg sebanyak 2 kali sehari dan dapat ditingkatkan menjadi 10 mg per hari, setiap 3 hari atau lebih. Dosis umumnya 35-45 mg/hari dalam dosis terbagi. Dosis maksimalnya 60 mg/hari.

Petunjuk umum konsumsi

Selalu ikuti anjuran dari dokter atau baca petunjuk label pada kemasan nama obat sebelum digunakan atau dikonsumsi.

Penggunaan timolol dalam sediaan tablet bisa dikonsumsi bersamaan dengan makanan. Disarankan untuk meminum obat ini pada waktu yang sama setiap harinya.

Pada penggunaan obat tetes mata timolol, lakukan langkah-langkah ini:

  • Cuci tangan Anda sebelum dan sesudah pemakaian.
  • Tengadahkan kepala Anda dengan wajah menghadap ke atas, kemudian pejamkan mata.
  • Bubuhkan 1 tetes obat pada lipatan dalam kelopak mata bagian bawah. Anda bisa melakukannya 1-2 kali sehari, sesuai dengan anjuran dokter Anda.
  • Tutup mata Anda dan tekan bagian ujung mata (dekat bagian hidung) selama 1-2 menit sebelum membuka mata. Hal ini bertujuan untuk mencegah keluarnya obat dari mata.

Untuk menghindari kontaminasi, jangan menyentuh ujung botol tempat keluarnya obat. Ujung botol juga tidak boleh mengenai bagian mata atau permukaan lainnya. Lepaskan kontak lensa sebelum menggunakan obat tetes mata ini. Kontak lensa dapat digunakan kembali setelah 15 menit.

Efek samping obat

Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan bersifat individual. Jika terjadi efek samping yang berlebih, harus segera ditangani oleh tenaga medis.

Pemakaian timolol dapat menyebabkan efek samping yang meliputi:

  • Sensasi terbakar pada mata.
  • Pandangan kabur.
  • Sesak napas.
  • Nyeri dada.
  • Bradikardia (detak jantung melambat).
  • Aritmia (detak jantung tak beraturan).
  • Hipotensi (tekanan darah rendah).
  • Blok jantung.
  • Gagal jantung kongestif.
  • Edema paru.
  • Sakit kepala, pusing, kelelahan, vertigo.
  • Insomnia.
  • Nyeri sendi.
  • Gangguan penglihatan.
  • Telinga berdenging (tinnitus).
  • Rasa tidak nyaman pada perut, mual dan muntah.
  • Konstipasi atau diare.
  • Hipoglikemia (kadar gula rendah dalam darah).
  • Gangguan kelistrikan jantung yang dapat terlihat di EKG, berupa penghambatan pada nodus AV (Atrioventrikular) dan nodus SA (Sinoatrial).
  • Fenomena Raynaud (berkurangnya aliran darah ke ujung-ujung jari).

Ada beberapa efek samping lain yang mungkin belum terdaftar. Jika Anda mempunyai efek samping selain dari yang terdaftar di atas, segera konsultasikan ke dokter Anda.

Perhatian Khusus

Beritahukan dokter Anda mengenai riwayat penyakit Anda sebelumnya, terutama bila Anda memiliki riwayat atau kondisi berikut:

  • Gangguan fungsi jantung, karena pemberian obat golongan penghambat beta dapat mencetuskan gagal jantung kongestif.
  • Pemberhentian timolol secara mendadak dapat mencetuskan gejala angina atau serangan jantung pada penderita penyakit arteri koroner, atau memicu krisis tiroid pada pasien dengan tirotoksikosis.
  • Pada pasien dengan penyakit jantung iskemik yang ingin memberhentikan pemakaian timolol, harus secara perlahan dalam waktu 1-2 minggu.
  • Karena penyakit arteri koroner seringkali tidak dikenali, pemberhentian timolol tetap harus secara perlahan meskipun obat ini hanya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.
  • Diabetes melitus, terutama pada pasien yang mendapatkan obat penurun gula dalam darah. Penggunaan timolol dapat memperlambat laju kembalinya konsentrasi gula dalam darah yang disebabkan oleh obat antidiabetes.
  • Pemberian timolol dapat memperberat kelemahan otot yang dialami pada pasien myastenia gravis.
  • Efek samping timolol berupa hipotensi dapat mempengaruhi aliran darah ke otak sehingga pemberian timolol harus diberikan secara hati-hati pada pasien insufisiensi serebrovaskular, karena dapat memperberat keadaan ini.
  • Gangguan hati.
  • Gangguan ginjal yang terutama menjalani hemodialisis (cuci darah).
  • Tirotoksikosis.
  • Pheochromocytoma (tumor kelenjar adrenal).
  • Kehamilan dan menyusui.

Kontraindikasi:

Jangan menggunakan atau mengonsumsi timolol jika mempunyai kondisi medis di bawah ini:

  • Alergi terhadap timolol atau kandungan yang ada di dalamnya.
  • Riwayat asma bronkial.
  • Penyakit paru obstruktif kronis berat.
  • Bradikardia (detak jantung lambat).
  • Blok jantung (blok atrioventrikular).
  • Syok kardiogenik.
  • Penyakit vaskular perifer berat.
  • Asidosis metabolik.
  • Pheokromositoma yang tidak diobati.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

Interaksi obat mungkin terjadi jika Anda menggunakan atau mengonsumsi beberapa obat secara bersamaan. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum menggunakannya. Bila perlu, dokter mungkin akan mengurangi dosis atau mengganti obat dengan alternatif obat lainnya.

Menggunakan atau mengonsumsi timolol dengan obat lain secara bersamaan dapat menyebabkan beberapa interaksi yang meliputi:

  • Tetes mata timolol tidak boleh diberikan bersamaan dengan obat mata golongan antagonis beta adrenergik lainnya.
  • Meningkatkan bradikardia dan hipotensi bila diberikan bersamaan dengan reserpine.
  • Meningkatkan efek antihipertensi bila diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi lainnya (misalnya hidralazine dan metildopa).
  • Meningkatkan efek penurunan denyut jantung bila dikonsumsi bersamaan dengan kuinidin.
  • Efek hipotensi akibat pemakaian timolol dapat dilawan dengan pemberian obat antiinflamasi non steroid (OAINS), misalnya indometasin dan ibuprofen.

WebMD. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-11467/timolol-ophthalmic-eye/details
Diakses pada 11 Desember 2019

Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/timolol-ophthalmic-route/proper-use/drg-20071111
Diakses pada 11 Desember 2019

MIMS. http://mims.com/indonesia/drug/info/timolol/?type=brief&mtype=generic
Diakses pada 11 Desember 2019

NCBI. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/timolol#section=Absorption-Distribution-and-Excretion
Diakses pada 11 Desember 2019

BPOM. http://pionas.pom.go.id/monografi/timolol-maleat
Diakses pada 11 Desember 2019

Medscape. https://reference.medscape.com/drug/blocadren-timol-timolol-342368#91
Diakses pada 11 Desember 2019

Timolol. National Library of Medicine. Lactmed. 2018.
Diakses pada 11 Desember 2019

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email