Tegretol CR Tablet 200 mg

Tegretol CR tablet digunakan untuk mengatasi epilepsi, gangguan bipolar, dan nyeri saraf akibat diabetes.

Deskripsi obat

Tegretol CR tablet digunakan untuk mengatasi epilepsi, gangguan bipolar, dan nyeri saraf akibat diabetes. Obat ini merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Tegretol CR tablet mengandung zat aktif karbamazepin.

Tegretol CR Tablet 200 mg
Golongan ObatObat kerasObat resep. Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter.
HETRp 202.500/box per Juni 2020
Kemasan1 box isi 5 strip @ 10 tablet (200 mg)
ProdusenNovartis Indonesia

Indikasi (manfaat) obat

  • Mengatasi epilepsi.
  • Mengatasi gangguan bipolar.
  • Mengobati kondisi nyeri kronis yang memengaruhi saraf trigeminal. Sebagian besar berdampak pada satu sisi wajah (neuralgia tregiminal).
  • Nyeri di area tenggorok akibat gangguan saraf.
  • Nyeri saraf akibat diabetes (neuropati diabetik).

Komposisi obat

Karbamazepin 200 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

  • Epilepsi:
    • Dewasa:
      • Dosis awal: 100-200 mg sebanyak 1-2 kali/hari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 400 mg sebanyak 2-3 kali/hari. Pada beberapa pasien dapat mencapai 1600-2000 mg/hari.
    • Anak-anak: 10-20 mg/kg BB/hari.
      • 1-5 tahun: 200-400 mg/hari.
      • 6-10 tahun: 400-600 mg/hari.
      • 11-15 tahun: 600-1000 mg/hari.
  • Mania dan pencegahan manik depresif: 400-1600 mg/hari, biasanya 400-600 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi.
  • Neuralgia trigeminal: tingkatkan dosis perlahan 200-400 mg/hari.
  • Nyeri diabetik neuropati:
    • Dosis rata-rata: 200 mg sebanyak 2-4 kali/hari.

Aturan pakai obat

Sebaiknya dikonsumsi dengan makanan. Tablet ditelan secara utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.

Efek samping obat

  • Kondisi rendahnya jumlah sel darah putih di dalam tubuh (leukopenia).
  • Kondisi rendahnya kadar trombosit dalam tubuh (trombositopenia).
  • Kondisi rendahnya kadar eosinofil dalam tubuh (eosinofilia).
  • Pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi karena penimbunan cairan di dalam jaringan (edema).
  • Gangguan kesulitan mengeluarkan cairan (retensi cairan).
  • Peningkatan berat badan.
  • Kondisi rendahnya kadar natrium dalam darah (hiponatremia).
  • Penurunan osmolaritas darah.
  • Gangguan gerakan tubuh yang disebabkan masalah pada otak (ataksia).
  • Pusing.
  • Mengantuk.
  • Penglihatan ganda (diplopia).
  • Sakit kepala.
  • Gangguan pengelihatan.
  • Muntah.
  • Mual.
  • Mulut kering.
  • Biduran (urtikaria).
  • Peradangan pada kulit yang disebabkan karena alergi (dermatitis alergi).
  • Kelelahan.
  • Meningkatnya gamma glutamil transpeptidase, peningkatan fosfatase alkalin darah.

Perhatian Khusus

  • Lakukan uji jumlah darah awal dan berkala secara lengkap termasuk platelet, tes fungsi hati, urinalisis, dan BUN.
  • Hentikan penggunaan jika ada bukti adanya depresi sumsum tulang yang signifikan.
  • Dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi.
  • Reaksi dermatologis serius termasuk nekrolisis epidermal toksik dan sindrom Steven-Johnson.
  • Pasien positif untuk antigen leukosit manusia-A * 3101 & -B * 1502.
  • Pemantauan adanya tanda-tanda keinginan dan perilaku mengarah kepada bunuh diri.
  • Pasien dengan kejang campuran.
  • Kondisi gangguan elektrolit ketika kadar natrium (sodium) dalam darah lebih rendah dari batas normal (hiponatremia).
  • Kelainan akibat kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme).
  • Pasien dengan peningkatan tekanan intraokular mata.
  • Psikosis Laten, kebingungan dan agitasi pada orang tua.
  • Lakukan pemantauan kadar darah.
  • Hindari penghentian pengobatan secara tiba-tiba.
  • Pemberian secara bersamaan dengan inhibitor CYP3A4.
  • Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau mengoperasikan mesin.
  • Wanita hamil dan ibu menyusui.
  • Anak-anak 5 tahun ke bawah.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Pasien yang memiliki alergi terhadap komponen obat ini.
  • Pasien dengan blokade AV.
  • Pasien dengan riwayat depresi sumsum tulang dan porfiria hepatik.
  • Pasien yang sedang terapi monoamin oksidase.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Inhibitor CYP3A4 dan inhibitor hidrokarbon epoksida.
  • Levetiracetam.
  • Isoniazidum.
  • Litium atau metoklopramid.
  • Haloperidol.
  • Thioridazin.
  • Hidroklortiazid.
  • Furosemid.
  • Pancuronium.
  • Isotretinoin.
  • Alkohol.

MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/tegretol?type=brief&lang=id
Diakses pada 18 Juni 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email