Rifastar kaplet

Rifastar kaplet obat untuk pengobatan suatu penyakit tuberculosis.

Deskripsi obat

Rifastar adalah obat untuk pengobatan infeksi menular yang bisa menyerang berbagai organ, terutama paru-paru (tuberkulosis) yang disebabkan oleh Mycobaterium tuberculosis. Obat ini merupakan golongan obat keras yang membutuhkan resep dokter. Rifastar mengandung rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol hidroklorida.

Rifastar kaplet
Golongan ObatObat kerasObat resep. Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter.
HETRp 68,200/strip (10 kaplet) per Oktober 2019
Kemasan1 box isi 3 strip @ 10 kaplet
ProdusenIndofarma

Indikasi (manfaat) obat

Digunakan sebagai kombinasi dosis tetap yang terdiri dari 4 obat dalam satu kapsul untuk mengobati tuberkulosis (tbc) yang disebabkan oleh bakteri Mycobaterium tuberculosis.

Komposisi obat

  • Rifampisin 150 mg.
  • Isoniazid 75 mg.
  • Pirazinamid 400 mg.
  • Etambutol hidroklorida 275 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

  • Anak-anak dan remaja:
    • Berat badan 30-37 kg: 2 tablet/hari.
    • Berat badan 38-54 kg: 3 tablet/hari.
    • Berat badan 55-70 kg: 4 tablet/hari.
    • Berat badan 71 kg ke atas: 5 tablet/hari.

Aturan pakai obat

  • Dikonsumsi saat perut kosong (satu jam sebelum makan atau dua jam sebelum makan).
  • konsumsi obat secara teratur sesuai jadwal terutama pada fase awal pengobatan.
  • Simpan pada suhu di bawah 30°C, di tempat yang kering dan terlindung dari cahaya langsung.

Efek samping obat

  • Kerusakan sel-sel hati.
  • Gangguan fungsi hati dan kandung empedu: Peningkatan serum transaminase, bilirubinemia, bilirubinuria, sakit kuning, hepatitis yang parah.
  • Peningkatan serum transaminase.
  • Gangguan sistem syaraf: Neuropati perifer.
  • Gangguan pencernaan: Diare, sakit perut, mual, gangguan makan, muntah.
  • Gangguan fungsi ginjal dan saluran kemih.
  • Gangguan nutrisi dan metabolik: Hiperurikemia.
  • Gangguan pernapasan, dada, dan dinding dada.
  • Gangguan muskuloskeletal: Artralgia.
  • Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Eritema, eksantema, pruritus dengan atau tanpa ruam, urtiakaria.

Perhatian Khusus

  • Penderita HIV.
  • Pasien dengan riwayat kejang.
  • Dapat meningkatkan serum asam urat.
  • Pasien penderita gangguan ginjal.
  • Pasien penderita gangguan fungsi hati.
  • Pasien penderita gagal ginjal.
  • Pasien penderita diabetes mellitus.
  • Wanita hamil.
  • Pasien penderita kelainan genetik yang timbul akibat proses pembentukan heme yang tidak sempurna (porfiria).
  • Perubahan warna cairan tubuh.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Pasien yang hipersensitif terhadap zat aktif atau zat tambahan obat.
  • Penderita penyakit hati akut.
  • Pasien pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (ikterus).
  • Penderita gangguan fungsi hati berat.
  • Penderita gangguan penglihatan akibat peradangan pada saraf mata (neuritis optik).
  • Penderita dengan kondisi kesehatan yang biasanya ditandai oleh adanya serangan akut artritis inflamatori berulang dengan gejala kemerahan, lunak yang terasa sakit dan panas pada pembengkakan sendi (gout akut).

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Antiretroviral.
  • Antiepilepsi.
  • Imunosupresan.
  • Kumarin.
  • Kortikosteroid.

Sesuai kemasan per November 2019.

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email