Rhemafar Kaplet 4 mg

Rhemafar kaplet adalah obat untuk mengatasi reaksi alergi serta peradangan

Deskripsi obat

Rhemafar kaplet berfungsi untuk mengatasi reaksi alergi serta peradangan. Obat ini merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Rhemafar kaplet mengandung zat aktif methylprednisolone.
Methylprednisolone bekerja menurunkan respons sistem kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit untuk mengurangi gejala peradangan, seperti pembengkakan, nyeri, dan reaksi alergi, serta mengatasi penyakit autoimun, seperti penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan di kulit, sendi, ginjal, dan otak (lupus eritematpsus sistemik). Selain itu, zat aktif ini juga dapat mengatasi kekurangan darah merah akibat sel darah merah hancur lebih cepat (anemia hemolitik), serta gangguan saraf pada mata, otak, dan tulang belakang yang disebut sklerosis multipel (multiple sclerosis).

Rhemafar Kaplet 4 mg
Golongan ObatObat kerasObat resep. Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter.
HETRp 16.237/strip per November 2019
Kandungan utamaMethylprenisolone.
Kelas terapiHormon kortikosteroid.
Klasifikasi obatGlukokortikoid.
Kemasan1 box isi 10 strip @ 10 kaplet
ProdusenIfars Pharmaceutical Laboratories

Informasi zat aktif

Methylprednisolone adalah obat golongan kortikosteroid, yaitu senyawa yang mirip dengan hormon alami yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Obat ini sering digunakan untuk menggantikan hormon ini ketika tubuh cukup memproduksinya. Methylprednisolone dapat mengurangi peradangan, seperti bengkak, panas, kemerahan, dan nyeri, dan digunakan untuk mengobati beberapa bentuk arthritis, gangguan kulit, darah, ginjal, mata, tiroid, dan usus seperti peradangan pada usus, alergi parah, dan asma. Methylprednisolone juga digunakan untuk mengobati jenis kanker tertentu.

Berdasarkan proses kerja obat dalam tubuh, methylprednisolone memiliki status:

  • Absorpsi: Diserap dengan mudah setelah pemberian oral.
  • Distribusi: Didistribusikan dengan cepat ke otot, hati, kulit, usus, dan ginjal. Didistribusikan ke dalam ASI dan melalui plasenta.
  • Metabolisme: Dimetabolisme di hati.
  • Ekskresi: Metabolit tidak aktif dan sejumlah kecil obat yang tidak termetabolisme dikeluarkan oleh ginjal. Jumlah obat yang tidak signifikan dikeluarkan melalui feses. Waktu yang dibutuhkan obat untuk dikeluarkan oleh tubuh dari separuh kadar awal obat (waktu paruh eliminasi terminal) adalah 18-36 jam.

Indikasi (manfaat) obat

  • Mengatasi peradangan sendi (artritis), gangguan kulit, sel darah, ginjal, mata, tiroid, dan usus besar atau kolon (kolitis).
  • Penyakit peradangan pada sendi yang disebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri (rheumatoid arthritis).
  • Mengatasi gangguan pada kulit, seperti gatal-gatal, kemerahan pada kulit, peradangan kulit (dermatitis).
  • Mengatasi peradangan pada kulit yang ditandai kemerahan, kulit kering, dan mudah terkelupas (psoriasis).
  • Mengatasi kelainan pada kulit, mulut, alat kelamin, dubur, dan lapisan bola mata (sindrom Stevens-Johnson).
  • Pasien dengan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya sendiri (autoimun) seperti lupus.
  • Mengobati penyakit kelainan pada darah.
  • Mengatasi asma bronkial.
  • Mengobati alergi parah.
  • Mengobati jenis kanker tertentu.

Methylprednisolone merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi peradangan dan untuk meredakan gejala alergi, seperti gatal-gatal, kemerahan, dan kulit kering. Selain itu, methylprednisolone juga dapat mengobati seriawan pada mulut. Methylprednisolone bekerja dengan mengubah respons kekebalan tubuh, sehingga dapat mengurangi terjadinya peradangan.

Komposisi obat

Methylprednisolone 4 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

Dewasa:

  • Dosis awal: 4-48 mg/hari, dosis tunggal atau dosis terbagi tergantung keadaan penyakit.
  • Penyakit sklerosis multipel: 160 mg/hari selama 1 minggu, kemudian 64 mg/hari dalam 1 bulan.

Anak-anak: sesuai petunjuk dokter.

Aturan pakai obat

Dikonsumsi dengan makanan.

Efek samping obat

  • Mual.
    Hindari makanan yang sulit dicerna. Jangan berbaring setelah makan. Beristirahatlah dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki Anda. Jika Anda merasa mual saat bangun di pagi hari, makanlah daging tanpa lemak atau keju sebelum tidur. Anda juga bisa menyediakan biskuit di samping tempat tidur dan makanlah sedikit sesaat setelah bangun tidur. Minumlah setidaknya enam gelas air sehari.
  • Muntah.
    Konsumsi banyak air untuk menggantikan cairan yang hilang dari dalam tubuh dan mencegah dehidrasi. Kondisi dehidrasi ditandai dengan penurunan frekuensi dan jumlah urine, serta urine berwarna gelap dan berbau menyengat. Hindari konsumsi makanan pedas.
  • Pusing.
    Jika Anda mulai merasa pusing, baringkan tubuh Anda agar tidak pingsan. Duduklah sampai Anda merasa lebih baik. Berhati-hatilah saat mengemudi atau mengoperasikan mesin jika Anda mengalami efek samping ini.
  • Sakit kepala.
    Istirahatkan tubuh Anda agar lebih rileks. Makan dan minum secara perlahan dalam porsi lebih sedikit, tetapi lebih sering dapat membantu mengurangi efek samping ini. Anda juga bisa mengompres perut dengan bantalan panas atau botol berisi air panas.
  • Diare.
    Minumlah sedikit air, tetapi dalam waktu yang sering. Apabila terjadi tanda dehidrasi, seperti buang air kecil lebih jarang dari biasanya atau urine berwarna gelap dan berbau menyengat, segera hubungi dokter Anda.
  • Luka pada dinding lambung (tukak lambung).
  • Rasa tidak nyaman pada perut (dispepsia).
  • Kesulitan buang air besar (sembelit).
  • Mudah berkeringat.
  • Gangguan tidur.
  • Rasa terbakar pada dada.
  • Keringat berlebih.
  • Perubahan nafsu makan.
  • Kesulitan bernapas.
  • Gatal-gatal.

Cara penyimpanan obat

Simpan pada suhu di bawah 30°C, dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya matahari langsung.

Perhatian Khusus

  • Pasien dengan riwayat pembedahan pada saluran pencernaan, peradangan berupa kantung-kantung kecil (divertikula) yang muncul pada dinding saluran pencernaan (divertikulitis), luka pada dinding lambung (tukak peptik) aktif atau laten, gangguan ginjal (insufisiensi ginjal), tekanan darah tinggi (hipertensi), pengeroposan tulang (osteoporosis), dan kelemahan otot (myasthenia gravis).
  • Pasien penderita peradangan pada usus besar (kolon) dan bagian akhir usus besar yang tersambung ke anus (kolitis ulseratif non spesifik).
  • Penggunaan bersama asam asetilsalisilat dapat meningkatkan efek samping pada saluran pencernaan, seperti peradangan, perdarahan, dan maag.
  • Hati-hati pada penggunaan jangka panjang.
  • Pasien yang menghasilkan sedikit hormon tiroid (hipotiroid).
  • Pasien yang mengonsumsi obat ini dalam jangka panjang.
  • Rusaknya organ hati akibat terbentuknya jaringan parut (sirosis).
  • Pasien penderita kencing manis (diabetes melitus).
  • Pasien penderita tuberkulosis.
  • Wanita hamil dan ibu menyusui.
  • Anak-anak.
  • Bayi.

Kategori kehamilan

Kategori C: Belum terdapat penelitian terkontrol untuk penggunaan Rhemafar kaplet pada ibu hamil. Namun, ada efek samping yang mungkin dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan janin.
Oleh karena itu, penggunaannya pada ibu hamil hanya dapat dilakukan jika manfaat yang diberikan melebihi risiko yang mungkin timbul pada janin.
Konsultasikan penggunaan obat ini dengan dokter sebelum digunakan.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Pasien yang memiliki alergi terhadap methylprednisolone.
  • Pasien penderita peningkatan tekanan bola mata menjadi terlalu tinggi (glaukoma sudut tertutup).
  • Pasien penderita penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen (poliomielitis).
  • Pasien yang mengalami pengeroposan tulang (osteoporosis).
  • Pasien penderita infeksi jamur yang menyeluruh (sistemik).
  • Pasien penderita luka pada dinding lambung (tukak lambung).
  • Pasien penderita infeksi parasit di dalam usus besar (amubiasis).
  • Pasien penderita infeksi virus.
  • Pasien penderita gangguan mental.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Aldesleukin, mifepriston, clopidogrel, warfarin, ibuprofen, celecoxib, aspirin, dan salisilat.
    Penggunaan obat di atas bersama methylprednisolone dapat menyebabkan risiko terjadinya pendarahan atau timbul memar pada kulit.
  • Ketoconazol, boseprevir, ciclosporin, erythromicin, rifampicin, phenytoin, phenobarbital, dan telaprevir.
    Penggunaan obat di atas bersama methylprednisolone dapat menyebabkan terganggunya kerja methylprednisolone dalam mengatasi gatal dan peradangan.

Apa yang harus dilakukan jika ada dosis terlewat?

  • Masih dekat dengan jadwal sebelumnya.
    Jika masih dekat dengan jadwal minum obat sebelumnya, segera konsumsi obat sesuai dosis yang terlewat.
  • Sudah mendekati jadwal berikutnya.
    Jika sudah mendekati jadwal selanjutnya, maka dosis yang terlewat dapat diabaikan dan lanjutkan konsumsi obat sesuai jadwal berikutnya.
  • Jangan menggandakan dosis yang terlewat.
    Jangan mengonsumsi total dosis antara yang terlewat dan dosis berikutnya, kecuali dianjurkan lain oleh dokter Anda.
  • Sering lupa mengonsumsi obat.
    Jika sering lupa mengonsumsi obat, cobalah menggunakan pengingat (alarm) sesuai jadwal minum obat atau mintalah bantuan orang lain untuk mengingatkan jadwal minum obat Anda. Selain itu, alternatif lainnya yaitu menggunakan kotak obat harian sesuai kebutuhan Anda.

Kapan perlu menghentikan penggunaan dan menghubungi dokter?

Jangan menghentikan konsumsi methylprednisolone tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda. Menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, sakit perut, muntah, kantuk, kebingungan, sakit kepala, demam, nyeri sendi dan otot, kulit mengelupas, dan penurunan berat badan.
Jika Anda mengonsumsi obat ini dalam dosis besar dan dalam waktu yang lama, dokter mungkin akan menurunkan dosis secara bertahap agar tubuh Anda dapat beradaptasi, sebelum menghentikan obat sepenuhnya.
Perhatikan efek samping yang terjadi saat Anda mengurangi dosis secara bertahap dan setelah berhenti minum obat. Jika mengalami efek samping, segera hubungi dokter. Anda mungkin perlu meningkatkan dosis obat sementara atau mulai meminum kembali obatnya.

Medline Plus. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682795.html
Diakses pada 18 Desember 2020

Drugs. https://www.drugs.com/methylprednisolone.html
Diakses pada 18 Desember 2020

WebMD. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-6470/methylprednisolone-oral/details
Diakses pada 18 Desember 2020

Rxlist. https://www.rxlist.com/medrol-drug.htm
Diakses pada 18 Desember 2020

Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/methylprednisolone-oral-route/description/drg-20075237
Diakses pada 18 Desember 2020

Patient. https://patient.info/medicine/methylprednisolone-tablets-medrone
Diakses pada 18 Desember 2020

Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/methylprednisolone-oral-tablet
Diakses pada 18 Desember 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email