Proris Suppositoria 125 mg

Proris suppositoria adalah obat untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri ringan hingga sedang

Deskripsi obat

Proris suppositoria adalah obat untuk menurunkan demam pada anak-anak dan orang dewasa, serta meringankan nyeri pada penyakit gigi atau setelah operasi, sakit kepala, reumatik, tulang sendi, dan terkilir. Obat ini merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter.
Proris suppositoria merupakan obat berbentuk padat yang akan larut dalam suhu tubuh dan langsung diserap di aliran darah, sehingga efek terapi yang diinginkan cepat tercapai. Obat ini mengandung zat aktif ibuprofen. Ibuprofen adalah obat pereda nyeri yang secara luas digunakan untuk meringankan nyeri ringan hingga sedang.

Proris Suppositoria 125 mg
Golongan ObatObat kerasObat resep. Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter.
HETRp 66.176/box per Oktober 2019
Kandungan utamaIbuprofen.
Kelas terapiAnalgesik, antipiretik, dan antiinflamasi.
Klasifikasi obatNon-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID).
Kemasan1 box isi 2 strip @ 5 suppositoria
ProdusenPharos Indonesia

Indikasi (manfaat) obat

  • Membantu menurunkan demam pada anak-anak.
  • Meringankan rasa sakit ringan hingga sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri setelah proses cabut gigi.
  • Mengatasi peradangan otot yang menyebabkan nyeri otot.

Ibuprofen adalah obat yang termasuk ke dalam golongan Non-steroidal Antiinflammatory Drugs (NSAID) yang mampu menghambat produksi senyawa alami prostaglandin, sehingga dapat mengurangi gejala peradangan, seperti pembengkakan, nyeri, atau demam.

Komposisi obat

Tiap suppositoria: Ibuprofen 125 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

Untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang:

  • Dewasa: 2 suppositoria sebanyak 3-4 kali/hari.
  • Anak-anak:
    • 3-7 tahun: 1 suppositoria sebanyak 3-4 kali/hari.
    • 8-12 tahun: 2 suppositoria sebanyak 3-4 kali/hari.

Menurunkan demam pada anak-anak:

  • 3-7 tahun: 1 suppositoria sebanyak 3-4 kali/hari.
  • 8-12 tahun: 2 suppositoria sebanyak 3-4 kali/hari.

Aturan pakai obat

  • Cuci tangan dengan sabun dan air hangat.
  • Buka bungkus suppositoria.
  • Gosokkan pelumas berbahan dasar air ke ujungnya atau celupkan ke dalam air. Cara ini akan membantu Anda memasukan suppositoria dengan lancar.
  • Anda dapat berdiri dengan satu kaki di atas kursi atau berbaring miring dengan satu kaki lurus dan kaki lainnya ditekuk ke arah perut.
  • Buka bokong Anda dengan perlahan.
  • Dorong suppositoria dengan hati-hati, ujung runcing terlebih dahulu, sekitar 1 inci ke bagian bawah Anda.
  • Tutup kaki Anda dan duduk atau berbaring selama sekitar 15 menit untuk membiarkannya larut.
  • Cuci kembali tangan Anda dengan air hangat dan sabun.

Efek samping obat

  • Sakit kepala.
    Ketika merasa sakit kepala, beristirahatlah hingga merasa lebih baik. Jangan mengonsumsi alkohol karena akan menimbulkan rasa kantuk. Mintalah apoteker merekomendasikan obat penghilang rasa sakit. Sakit kepala biasanya akan hilang setelah seminggu pertama.
  • Pusing.
    Jika Anda mulai merasa pusing, baringkan tubuh Anda agar tidak pingsan. Duduklah sampai Anda merasa lebih baik. Berhati-hatilah saat mengemudi atau mengoperasikan mesin jika Anda mengalami efek samping ini.
  • Mual.
    Hindari makanan yang sulit dicerna. Jangan berbaring setelah makan. Beristirahatlah dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki Anda. Jika Anda merasa mual saat bangun di pagi hari, makanlah daging tanpa lemak atau keju sebelum tidur. Anda juga bisa menyediakan biskuit di samping tempat tidur dan makanlah sedikit sesaat setelah bangun tidur. Minumlah setidaknya enam gelas air sehari.
  • Muntah.
    Duduk atau berbaring dalam posisi bersandar. Minumlah sedikit minuman manis karena minuman mengandung gula dapat membantu menenangkan perut. Namun, hindari minuman asam, seperti jus jeruk atau jus anggur.
  • Diare.
    Minumlah sedikit air, tetapi dalam waktu sering. Apabila terjadi tanda dehidrasi, seperti buang air kecil lebih jarang dari biasanya, atau urine berwarna gelap dan berbau menyengat, hubungi dokter Anda.
  • Perut kembung.
  • Gangguan saluran pencernaan.
  • Konstipasi (sembelit).

Cara penyimpanan obat

Simpan di dalam lemari es pada suhu antara (2-8)°C dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Perhatian Khusus

  • Pasien penderita gangguan pembuluh darah dan jantung (kardiovaskular), misalnya penyakit jantung iskemik dan tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Pasien dengan kadar lemak tinggi dalam darah (hiperlipidemia).
  • Pasien penderita kencing manis (diabetes mellitus).
  • Pasien penderita gangguan perdarahan.
  • Pasien penderita penyakit autoimun lupus.
  • Pasien penderita gangguan jaringan ikat campuran.
  • dan pasien yang memiliki gangguan pada darah (porfiria).
  • Pasien dengan gangguan hati dan ginjal.
  • Pasien lanjut usia.
  • Wanita hamil trimester pertama dan kedua, serta ibu menyusui.
  • Tidak untuk penggunaan jangka panjang.
  • Pasien yang mengonsumsi obat pengencer darah (antiplatelet) atau obat penghambat pembekuan darah (antikoagulan) lainnya secara bersamaan.

Kategori kehamilan

Kategori C: Belum terdapat penelitian terkontrol untuk penggunaan Proris suppositoria pada ibu hamil. Namun, ada efek samping yang mungkin dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan janin.
Oleh karena itu, penggunaannya pada ibu hamil hanya dapat dilakukan jika manfaat yang diberikan melebihi risiko yang mungkin timbul pada janin.
Konsultasikan penggunaan obat ini dengan dokter sebelum digunakan.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Pasien yang memiliki alergi terhadap terhadap ibuprofen atau obat golongan NSAID lain.
  • Pasien yang memiliki riwayat perdarahan saluran cerna.
  • Pasien penderita lubang pada dinding lambung (perforasi).
  • Pasien penderita gagal jantung berat atau pasien yang menjalani operasi cangkok bypass arteri koroner.
  • Pasien penderita gangguan hati atau ginjal berat.
  • Ibu hamil (trimester ke-3).

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Aspirin.
    Ibuprofen dan aspirin yang dikonsumsi bersamaan secara signifikan meningkatkan risiko pendarahan lambung. Pasien yang mengonsumsi aspirin dosis rendah untuk pengencer darah sebaiknya tidak mengonsumsi ibuprofen karena efek pengenceran darah akan berkurang.
  • Digoxin.
    Ibuprofen dan digoxin jika dikonsumsi bersama-sama dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Lithium.
    Obat ini digunakan untuk beberapa gangguan mental. Ibuprofen dapat mempersulit tubuh menghilangkan kadar lithium dalam tubuh, sehingga akan mengakibatkan tingginya kadar lithium dalam darah dan menyebabkan efek samping, seperti mual dan muntah.
  • Methotrexate.
    Methotrexate dapat digunakan untuk mengobati kanker dan beberapa penyakit autoimun. Ibuprofen dapat mempersulit tubuh menghilangkan methotrexate. Hal tersebut menyebabkan kadar methotrexate dalam tubuh menumpuk dan menimbulkan efek samping, seperti sakit kepala dan mual.
  • Tacrolimus.
    Obat ini terutama digunakan setelah transplantasi organ untuk menghentikan sistem kekebalan tubuh yang menolak organ baru. Ibuprofen dengan tacrolimus dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
  • Wafarin.
    Ibuprofen yang diminum dengan warfarin dapat mengurangi efektivitas warfarin dalam mengencerkan darah.
  • Obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi (antihipertensi).
    Ibuprofen dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah jika digunakan bersama obat antihipertensi, sehingga efektivitas obat antihipertensi akan menurun.
  • Obat penghilang rasa sakit atau peradangan (antiinflamasi).
    Ibuprofen tidak boleh dikonsumsi dengan obat antiinflamasi lain, seperti lain diklofenak, indometasin, atau naproxen karena meningkatkan risiko pendarahan lambung.

Apa yang harus dilakukan jika ada dosis terlewat?

  • Masih dekat dengan jadwal sebelumnya.
    Jika masih dekat dengan jadwal menggunakan obat sebelumnya, segera gunakan obat sesuai dosis yang terlewat.
  • Sudah mendekati jadwal berikutnya.
    Jika sudah mendekati jadwal selanjutnya, dosis yang terlewat dapat diabaikan dan lanjutkan gunakan obat sesuai jadwal berikutnya.
  • Jangan menggandakan dosis yang terlewat.
    Jangan menggunakan total dosis antara yang terlewat dan dosis berikutnya, kecuali dianjurkan lain oleh dokter Anda.
  • Sering lupa menggunakan obat.
    Jika sering lupa menggunakan obat, cobalah menggunakan pengingat (alarm) sesuai jadwal minum obat atau mintalah bantuan orang lain mengingatkan jadwal minum obat Anda. Selain itu, alternatif lainnya yaitu menggunakan kotak obat harian sesuai kebutuhan Anda.

Kapan perlu menghentikan penggunaan dan menghubungi dokter?

Hentikan penggunaan dan hubungi dokter jika Anda mengalami:

  • Masalah hati, seperti mual, sakit perut bagian atas, gatal, perasaan lelah, gejala seperti flu, kehilangan nafsu makan, urine berwarna gelap, feses berwarna tanah liat, dan penyakit kuning (kulit atau mata menguning).
  • Masalah ginjal yang ditandai dengan buang air kecil sedikit atau tidak sama sekali, nyeri atau sulit buang air kecil, bengkak di kaki atau pergelangan kaki, merasa lelah atau sesak napas.
  • Sel darah merah rendah (anemia) disertai kulit pucat, merasa pusing atau sesak napas, detak jantung cepat, dan kesulitan berkonsentrasi.
  • Reaksi kulit parah yang ditandai demam, sakit tenggorokan, bengkak di wajah atau lidah, rasa terbakar di mata, serta nyeri kulit diikuti ruam di wajah atau tubuh bagian atas yang menyebabkan kulit melepuh dan mengelupas.
  • Tanda-tanda perdarahan perut, seperti feses berdarah, batuk darah, atau muntah yang terlihat seperti bubuk kopi.
  • Sesak napas, bahkan dengan pengerahan tenaga ringan.
  • Pembengkakan atau penambahan berat badan yang cepat.
  • Ruam kulit.
  • Perubahan penglihatan.

Sesuai kemasan per Oktober 2019

Drugs. https://www.drugs.com/ibuprofen.html
Diakses pada 17 Desember 2020

MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ibuprofen?mtype=generic
Diakses pada 17 Desember 2020

NHS. https://www.nhs.uk/medicines/ibuprofen-for-adults/
Diakses pada 17 Desember 2020

WebMD. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-5166-9368/ibuprofen-oral/ibuprofen-oral/details
Diakses pada 17 Desember 2020

Medical News Today. https://www.medicalnewstoday.com/articles/161071
Diakses pada 17 Desember 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email