Lasal sirup 100 ml

Lasal sirup adalah obat untuk mengatasi asma dengan memperbaiki saluran pernapasan, peradangan bronkus (bronkitis kronis), dan kerusakan pada kantong udara atau alveolus (emfisema).

Deskripsi obat

Lasal sirup adalah obat untuk mengatasi asma dengan memperbaiki saluran pernapasan, peradangan bronkus (bronkitis kronis), dan kerusakan pada kantong udara atau alveolus (emfisema). Obat ini merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Lasal sirup mengandung zat aktif salbutamol.
Salbutamol adalah obat yang dapat melebarkan saluran udara pada paru-paru atau yang disebut dengan bronkodilator, obat ini bekerja dengan melemaskan otot-otot yang berada di sekitar saluran pernapasan yang menyempit sehingga udara yang mengalir ke dalam paru-paru menjadi lebih lancar.

Lasal sirup 100 ml
Golongan ObatObat kerasObat resep. Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter.
HETRp 35.750/botol (100 ml) per September 2019
Kemasan1 box isi 1 botol @ 100 ml
ProdusenLapi Laboratories

Indikasi (manfaat) obat

  • Mengobati penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-paru (emfisema).
  • Mencegah terjadinya pengencangan otot-otot yang melapisi saluran udara (bronkus) pada paru-paru (bronkospasme).
  • Mengobati penyakit peradangan pada paru yang berkembang pada jangka waktu panjang (PPOK).
  • Mengobati asma umum yang disebabkan oleh peradangan pada saluran udara atau bronkus (asma bronkial).
  • Mengobati kejang pada bronkus.

Komposisi obat

Tiap 5 ml: salbutamol 2 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

  • Dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas: 5-10 ml sebanyak 2-3 kali/hari.

  • Anak-anak:
    • 2-6 tahun: 2,5-5 ml sebanyak 2-3 kali/hari.
    • 6-12 tahun: 5 ml sebanyak 2-3 kali/hari.

Aturan pakai obat

Dikonsumsi saat perut kosong, 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.

Efek samping obat

  • Mual.
  • Gugup.
  • Muntah.
  • Gangguan gerakan gemetar yang tidak dapat dikendalikan (tremor).
  • Jantung berdetak melebihi 100 kali/menit (takikardi).
  • Nyeri dada.
  • Pusing.
  • Jantung berdebar-debar (palpitasi).
  • Pada penggunaan dosis tinggi dapat memperburuk penderita penyakit kencing manis (diabetes melitus).
  • Sakit kepala.
  • Penurunan tekanan darah hingga di bawah batas normal (hipotensi).
  • Berkeringat berlebih.
  • Gangguan kesulitan tidur (insomnia).
  • Reaksi alergi.
  • Penurunan kadar kalium dalam darah (hipokalemia).
  • Kram pada otot.

Perhatian Khusus

  • Pasien penderita kerja dari hormon tiroid berlebihan yang disebabkan oleh kadar hormon tiroid yang berlebih dalam tubuh (tirotoksikosis).
  • Pasien penderita gangguan jantung.
  • Pasien lanjut usia.
  • Pasien yang memiliki kadar hormon tiroid terlalu tinggi dalam tubuh (hipertiroid).
  • Pasien dengan gangguan irama jantung (aritmia).
  • Pasien penderita kencing manis (diabetes melitus).
  • Pasien yang memiliki kadar kalium yang rendah dalam darah (hipokalemia).
  • Pasien penderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Pasien yang mengalami peningkatan tekanan intraokular mata (glaukoma).
  • Pasien penderita gangguan ginjal.
  • Pasien dengan gangguan kejang.
  • Kategori kehamilan dan menyusui:
    Kategori C. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan efek buruk terhadap janin dan tidak ditemukan studi yang memadai pada manusia. Namun, mengingat efektivitasnya, penggunaannya dapat dipertimbangkan pada wanita hamil sekalipun berisiko.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Wanita hamil dengan usia kehamilan 22 minggu ke bawah.
  • Pasien yang memiliki alergi terhadap komponen obat ini.
  • Pasien penderita penyakit jantung.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Guanetidin, metildopa, reseprin, dan obat penghambat monoamin oksidase (MAOI) seperti isokarboksazid, fenelzin, rasagilin, selegilin, dan transilpromin dapat mempengaruhi kerja salbutamol.
  • Penggunaan bersama kortikosteroid dapat menyebabkan penumpukan cairan pada kantong paru sehingga menyebabkan gejala kesulitan bernafas (edema paru).
  • Penggunaan bersama obat penghambat beta seperti atenolol, metoprolol, propranolol, dan labetalol memiliki efek antagonis.
  • Dapat meningkatkan risiko penurunan kadar kalium dalam darah jika digunakan bersama kortikosteroid, diuretik, xantin, dan digoksin.
  • Penggunaan bersama obat simpatomimetik dapat meningkatkan risiko kardiovaskular.
  • Penggunaan bersama obat anestesi dapat meningkatkan inersia uteri.
  • Penggunaan bersama obat antidiabetes dapat menyebabkan efek antagonisme.

Sesuai kemasan per September 2019.

MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/lasal/?type=brief
Diakses pada 23 September 2019

MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/salbutamol
Diakses pada 14 Juli 2020

Pionas. http://pionas.pom.go.id/monografi/salbutamol
Diakses pada 14 Juli 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email