Clenbuterol

15 Okt 2022| Nurul Rafiqua
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Clenbuterol digunakan untuk mengobati keluhan sesak napas pada orang dewasa dengan penyakit paru obstruktif kronis atau asma.

Daftar merek obat yang beredar di Indonesia

Spiropent

Deskripsi obat

Clenbuterol adalah obat golongan agonis beta-2 yang digunakan sebagai bronkodilator (pembuka saluran pernapasan) untuk mengobati keluhan sesak napas pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis atau asma. . 

Clenbuterol  bekerja dengan merelaksasi otot polos saluran pernapasan sehingga menyebabkan pelebaran atau pembukaan saluran napas, yang pada akhirnya akan mengurangi gejalasesak napas.

Saat ini, clenbuterol telah banyak disalahgunakan, khususnya oleh para atlet dan orang yang sedang menjalani diet, karena obat ini memiliki pengaruh dalam meningkatkan massa otot dan efek lipolysis (pemecahan lemak). Oleh karena itu, pemberian clenbuterol hanya dapat dilakukan di bawah pengawasan dokter. 

Clenbuterol (Klenbuterol)
Golongan

Agonis beta-2

Kategori obat

Obat resep

Bentuk sediaan obat

Tablet

Dikonsumsi oleh

Dewasa

Kategori kehamilan dan menyusui

Kategori N: Belum dikategorikan.

Dosis obat

Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan atau mengonsumsi obat.

Oral

Bronkodilator

Dewasa: 20 mcg, 2 kali/hari, dapat ditingkatkan menjadi 40 mcg 2 kali sehari.

Inhalasi 

Bronkodilator

Dewasa: 20 mcg,  3 kali/ sehari

Petunjuk umum konsumsi

Selalu ikuti anjuran dari dokter atau baca petunjuk di kemasan clenbuterol sebelum penggunaan.

Baca petunjuk obat dan ikuti anjuran dokter Anda. Clenbuterol sebaiknya dikonsumsi pada waktu yang sama setiap harinya untuk mendapatkan efek maksimal.

Penggunaan clenbuterol pada manusia di beberapa negara masih bersifat kontroversial. Di beberapa negara, seperti Eropa dan Asia, penggunaan obat ini untuk manusia telah disetujui untuk mengobati kondisi, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis.

Sedangkan di Amerika, penggunaan clenbuterol pada manusia dilarang oleh FDA (Food and Drugs Administration). Obat ini hanya disetujui untuk mengobati hewan.

Clenbuterol bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga meningkatkan kadar oksigen. Obat ini juga menstimulasi jantung dan sistem saraf pusat.

Efek samping obat

Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan bersifat individual. Jika terjadi efek samping yang berlebih, harus segera ditangani oleh tenaga medis.

Clenbuterol dapat menyebabkan efek samping yang meliputi: 

  • Tremor.
  • Jantung berdebar-debar.
  • Detak jantung lebih cepat.
  • Nervous tension (ketegangan saraf): sulit beristirahat, kekakuan otot, cemas.
  • Napas cepat.
  • Nyeri dada.
  • Nyeri kepala.
  • Kram otot.
  • Hipokalemia (kadar kalium rendah dalam darah).
  • Reaksi alergi (ruam, bengkak, gatal).

Ada beberapa efek samping lain yang belum terdaftar. Jika Anda mempunyai efek samping selain dari yang terdaftar di atas, konsultasikan segera ke dokter Anda.

Perhatian Khusus

Beritahukan dan konsultasikan dengan dokter mengenai riwayat penyakit Anda sebelumnya, terutama bila Anda memiliki riwayat atau kondisi berikut: 

  • Hipertiroid (fungsi tiroid berlebih).
  • Aritmia (denyut jantung tidak beraturan).
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi).
  • Diabetes melitus.
  • Asma berat.
  • Kehamilan.
  • Myocardial insufficiency.

Clenbuterol seringkali disalahgunakan untuk keperluan pembentukan otot dan penurunan berat badan. Namun perlu diingat bahwa penggunaannya dalam dosis tinggi dapat bersifat toksik bagi jantung dan dapat menyebabkan denyut jantung tidak beraturan, kadar kalium rendah dalam darah, napas cepat, dan nyeri dada.

 

Kontraindikasi 

Jangan menggunakan clenbuterol jika mempunyai kondisi alergi atau hipersensitivitas terhadap clenbuterol.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

Interaksi obat mungkin terjadi jika Anda menggunakan atau mengonsumsi beberapa obat secara bersamaan. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum menggunakannya. Bila perlu, dokter mungkin akan mengurangi dosis atau mengganti obat dengan alternatif obat lainnya.

Mengonsumsi clenbuterol dengan obat lain secara bersamaan dapat menyebabkan beberapa interaksi yang meliputi:

  • Peningkatan risiko denyut jantung tidak teratur bila dikonsumsi dengan obat-obatan yang menyebabkan penurunan kadar kalium dalam darah (misalnya, thiazide, amfoterisin B, kortikosteroid).
  • Peningkatan risiko hipokalemia (kadar kalium rendah dalam darah) dan detak jantung cepat bila dikonsumsi bersamaan dengan teofilin dosis tinggi.
  • Meningkatkan efek clenbuterol bila digunakan bersamaan dengan obat golongan agonis beta lainnya.
  • Menurunkan efek clenbuterol bila diberikan bersamaan dengan obat golongan penghambat beta.

Informasi yang diberikan bukan sebagai pengganti konsultasi medis langsung dengan dokter, atau mengarahkan pemakaian obat dengan merek tertentu. Pemakaian obat harus dengan resep dokter. Ketersediaan obat tergantung pada indikasi yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

MIMS. http://www.mims.com/indonesia/drug/info/clenbuterol/?type=brief&mtype=generic
Diakses pada 3 Oktober 2022
 
Healthline. https://www.healthline.com/health/clenbuterol#side-effects
Diakses pada 3 Oktober 2022
 
PubChem. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/clenbuterol#section=Pharmacology
Diakses pada 3 Oktober 2022
 
Science Direct. https://www.sciencedirect.com/topics/veterinary-science-and-veterinary-medicine/clenbuterol
Diakses pada 3 Oktober 2022
 
Drugbank. https://www.drugbank.ca/drugs/DB01407
Diakses pada 3 Oktober 2022
 
Spiller HA,  James KJ, Scholzen S, Borys DJ. A descriptive study of Adverse Events from Clenbuterol Misuse and Abuse for Weight Loss and Bodybuilding. Substance Abuse. 2013.
Diakses pada 3 Oktober 2022
 
Widiastuti R, Anastasia Y. Clenbuterol Residues in Beef Meat Collected from Several Cities in Java Island, Indonesia. Indonesian Journal of Animal and Veterinary Science. 2018.
Diakses pada 3 Oktober 2022
Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email