Chloramphenicol

15 Okt 2022| Nurul Rafiqua
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Chloramphenicol digunakan untuk mengatasi berbagai macam infeksi bakteri

Chloramphenicol digunakan untuk mengatasi berbagai macam infeksi bakteri

Daftar merek obat yang beredar di Indonesia

Chloramex, Chloramphenicol Indo Farma, Cloramidina, Colme, Colme Eye Drop, Combicetin, Colsancetine, Enkacetyn, Fenicol, Grafacetin, Ikamicetin Ointment, Ikamicetin Ophth Ointment, Salisol Isotis 0,5% & 1%, Kalmicetine, Kalmicetine Oint, Kemicetin, Lanacetine, Licoklor, Palmicol, RECO, Opthalmic Ointment Cloramidina, Salep Topikal Cloramidina , Suprachlor, Xepanicol

Deskripsi obat

Chloramphenicol adalah obat yang digunakan untuk mengatasi berbagai macam infeksi bakteri. Obat ini termasuk ke dalam golongan obat antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara membunuh bakteri.

Chloramphenicol merupakan antibiotik dengan spektrum luas, sehingga dapat digunakan untuk melawan infeksi dari berbagai jenis bakteri sekaligus. Antara lain, S. typhi, H. influenzae, E. coli, spesies Neisseria, spesies Staphylococcus dan Streptococcus, Rickettsia, dan kelompok organisme lymphogranuloma-psittacosis yang memang sering menyerang dan menimbulkan penyakit pada manusia.

Beberapa jenis infeksi yang biasanya diatasi dengan chloramphenicol termasuk meningitis bakterialis, septikemia, demam tifoid, konjungtivitis bakteri, fibrosis kistik, tularemia, hingga radang panggul. 

Karena chloramphenicol adalah antibiotik, maka obat ini tidak dapat digunakan sembarangan dan harus sesuai resep atau petunjuk dokter.

Chloramphenicol (Kloramfenikol)
Golongan

Kelas terapi : Antiinfeksi. Klasifikasi Obat : Antibiotik kloramfenikol.

Kategori obat

Obat resep

Bentuk sediaan obat

Tablet, kaplet, kapsul, suspensi, sirup, tetes mata, salep

Dikonsumsi oleh

Dewasa dan anak-anak

Kategori kehamilan dan menyusui

Kategori B: Penelitian pada sistem reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko terhadap janin, tapi penelitian terkontrol pada wanita hamil belum dilakukan. Atau penelitian pada reproduksi hewan menunjukkan efek samping obat (selain penurunan fertilitas), yang tidak muncul dalam penelitian terkontrol pada wanita hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya).

Dosis obat

Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan atau mengonsumsi obat.

Oral

Meningitis bakterial, infeksi bakteri anaerob, abses otak, tularemia, gastroenteritis berat, tipes, aktinomikosis, antraks, abses otak, fibrosis kistik, ehrlichiosis, gas gangren, granuloma inguinale, infeksi yang disebabkan oleh H. influenzae, listeriosis,penyakit radang panggul, psittacosis, Q fever, gastroenteritis berat, melioidosis berat , tularemia, penyakit Whipple

  • Dewasa: 
    • Dosis awal: 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
    • Dosis lanjutan: 100 mg/kgBB/hari untuk meningitis atau infeksi berat. Pengobatan tetap dilanjutkan setelah suhu tubuh menjadi normal selama 4 hari pada penyakit riketsia dan 8-10 hari pada tipes.

Tetes mata

Infeksi mata 

  • Dewasa: 1-2 tetes, 6 kali/hari. 
  • Anak usia di atas 2 tahun: sama dengan orang dewasa

 

Salep mata

Infeksi mata

  • Dewasa: Oleskan kira-kira 1 cm salep ke mata yang terkena setiap 3-4 jam, atau lebih sering sesuai kebutuhan. Lanjutkan pengobatan setidaknya 48 jam setelah penyembuhan total. Durasi pengobatan selama 5 hari.
  • Anak usia di atas 2 tahun: sama dengan orang dewasa

 

Tetes telinga

Infeksi telinga

  • Dewasa: 2-3 tetes 2-3 kali/hari.

 

Injeksi atau penyuntikan pada pembuluh darah vena (intravena)

Meningitis, septikemia, tipes

  • Dewasa: 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi dengan interval tiap 6 jam. Infeksi berat, misalnya meningitis, atau infeksi akibat organisme yang resisten sedang: Hingga 100 mg/kgBB/hari.
  • Bayi prematur: 25 mg/kgBB/hari, diberikan dalam 4 dosis terbagi dengan interval 6 jam.
  • Bayi usia 2 minggu: 50 mg/kgBB/hari, diberikan dalam 4 dosis terbagi dengan interval 6 jam.

Petunjuk umum konsumsi

Selalu ikuti anjuran dari dokter atau baca petunjuk di kemasan chloramphenicol sebelum penggunaan.

Chloramphenicol dapat digunakan dengan cara berikut:

  • Oral: 
    • Obat harus diminum saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan
    • Untuk sediaan kapsul dan tablet: telan utuh tablet atau kapsul, jangan digerus, dibuka, atau dikunyah, minumlah segelas penuh air putih untuk membantu menelannya.
    • Untuk sediaan suspensi, kocok dahulu botol setiap akan dikonsumsi.
  • Obat tetes mata: 
    • Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun. Langkah ini bertujuan untuk membersihkan tangan Anda dari kotoran yang mungkin menempel.
    • Kocok botol obat tetes mata secara perlahan sebelum digunakan agar obat tercampur merata.
    • Dongakkan wajah ke atas, lalu tarik kelopak mata bagian bawah pelan-pelan menggunakan salah satu tangan Anda.
    • Dekatkan obat tetes mata ke area mata Anda.
    • Tekan kemasan obat tetes mata untuk mengeluarkan cairan ke dalam bola mata. Kemudian, kedipkan mata agar cairan tetes mata dapat menyebar ke seluruh bagian mata.
    • Lakukan langkah yang sama pada sisi mata lainnya.
  • Obat salep mata
    • Sebelum memegang wadah salep mata, cuci tangan terlebih dahulu hingga bersih.
    • Pegang wadah salep dengan satu tangan. Suhu hangat dari tangan akan membantu salep lebih cair dan lebih mudah keluar dari wadahnya.
    • Angkat kepala, posisikan mata menghadap ke langit-langit. Posisi ini perlu dilakukan agar salep tidak menetes ke arah hidung saat sedang diaplikasikan.
    • Dekatkan ujung wadah salep ke mata.
    • Tarik kelopak mata bawah hingga membentuk kantung kecil.
    • Pencet wadahnya perlahan hingga salep keluar sebesar butiran beras.
    • Arahkan salep ke kelopak mata bawah yang sedang ditarik
    • Setelah salep berhasil ditampung oleh kelopak mata, pejamkan mata selama kurang lebih satu menit agar salep bisa diserap oleh bagian mata yang lain.
    • Selama proses, tetap posisikan kepala ke atas, menengadah ke langit-langit.
    • Jangan oleskan salep menggunakan tangan untuk menghindari kontaminasi bakteri.
    • Setelah selesai, kembali cuci tangan hingga bersih.
  • Obat tetes telinga: 
    • Cuci tangan terlebih dahulu menggunakan air mengalir dan sabun. Jika sulit menemukan air mengalir, Anda dapat menggunakan cairan pembersih tangan (hand sanitizer).
    • Kocok botol obat tetes telinga.
    • Jika botol obat tetes telinga menggunakan pipet terpisah, angkat pipet dari botolnya dengan hati-hati. Letakkan botol obat tetes telinga di atas alas yang kokoh.
    • Miringkan kepala Anda ke sisi kiri atau kanan sesuai telinga yang sakit.
    • Dekati posisi obat tetes ke area telinga Anda. Tarik dan tahan daun telinga saat hendak meneteskan obat tetes telinga.
    • Lalu, tekan kemasan obat tetes atau pipet obat tetes guna mengeluarkan cairan ke dalam telinga.
    • Tetap miringkan kepala Anda selama kurang lebih 1-2 menit guna memastikan obat menyerap sempurna ke dalam telinga.
    • Lakukan langkah yang sama pada sisi telinga lainnya, bila diperlukan.
    • Segera letakkan pipet kembali dalam botol dan tutup dengan rapat.
    • Bersihkan tetesan obat yang mungkin tumpah di sekitar telinga Anda.
    • Jika sudah selesai, Anda dapat menyimpan obat tetes telinga sesuai anjuran yang terdapat pada label botol.
  • Injeksi: Dilakukan oleh dokter atau tenaga medis di bawah pengawasan dokter

Antibiotik bekerja dengan baik saat jumlah obat di tubuh dalam kadar yang konstan. Usahakan konsumsi obat ini pada waktu dan jeda yang sama setiap harinya.

 

Apa yang harus dilakukan jika ada dosis terlewat?

  • Masih dekat dengan jadwal sebelumnya
    Jika masih dekat dengan jadwal minum atau penggunaan obat sebelumnya, segera konsumsi atau gunakan obat sesuai dosis yang terlewat.
  • Sudah mendekati jadwal berikutnya
    Jika sudah mendekati jadwal selanjutnya, dosis yang terlewat dapat diabaikan dan lanjutkan mengonsumsi atau menggunakan obat sesuai jadwal berikutnya.
  • Jangan menggandakan dosis yang terlewat
    Jangan mengonsumsi atau menggunakan total dosis yang terlewat dan dosis berikutnya, kecuali atas anjuran dokter Anda.
  • Sering lupa mengonsumsi atau menggunakan obat
    Jika sering lupa menggunakan atau mengonsumsi obat, cobalah menggunakan pengingat (alarm) sesuai jadwal penggunaan atau minum obat atau mintalah bantuan orang lain mengingatkan jadwal minum obat Anda. Selain itu, alternatif lainnya yaitu menggunakan kotak obat harian sesuai kebutuhan Anda.

Efek samping obat

Pemakaian obat umumnya memiliki efek samping tertentu dan bersifat individual. Jika terjadi efek samping yang berlebih, harus segera ditangani oleh tenaga medis.

Chloramphenicol dapat menyebabkan efek samping yang meliputi: 

  • Saluran cerna:
    • Mual
      Hindari makanan yang sulit dicerna. Jangan berbaring setelah makan. Beristirahatlah dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki Anda. Jika Anda merasa mual saat bangun di pagi hari, makanlah daging tanpa lemak atau keju sebelum tidur.
      Anda juga dapat menyediakan biskuit di samping tempat tidur untuk dimakan sesaat setelah bangun tidur. Minumlah setidaknya enam gelas air sehari.
    • Muntah
      Duduk atau berbaring dalam posisi bersandar. Minumlah sedikit minuman manis. Pasalnya, minuman yang mengandung gula dapat membantu menenangkan perut. Namun, hindari minuman asam, seperti jus jeruk atau jus anggur.
    • Diare
      Untuk mengatasi diare ringan, Anda perlu mengganti cairan dan elektrolit (garam) yang hilang dengan meminum banyak air atau minuman olahraga kaya elektrolit. Hindari kopi, minuman berkafein, minuman manis, soda, dan alkool karena memiliki efek pencahar. Sebaiknya, hindari juga produk susu.
    • Peradangan pada lidah (glossitis)
    • Peradangan mukosa mulut (stomatitis)
  • Darah:
    • Kelainan sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah baru (anemia aplastik)
    • Menekan produksi sel darah merah (myelosupresi) menyebabkan jumlah sel darah rendah
    • Rendahnya jumlah sel darah putih (leukopenia)
  • Saraf:
    • Gangguan penglihatan akibat peradangan pada mata (neuritis optik)
    • Kerusakan sistem saraf perifer atau saraf tepi (neuritis perifer)
    • Perubahan status mental
  • Kulit:
    • Kulit kemerahan atau ruam
    • Syok akibat alergi yang berat (anafilaksis)
  • Depresi sumsum tulang (paling serius)
  • Grey baby syndrome (pada bayi baru lahir)

Ada beberapa efek samping lain yang mungkin belum terdaftar. Jika Anda mempunyai efek samping selain dari yang terdaftar di atas, segera konsultasikan ke dokter Anda.

Perhatian Khusus

Beritahukan dan konsultasikan dengan dokter mengenai riwayat penyakit Anda sebelumnya, terutama bila Anda memiliki riwayat atau kondisi berikut: 

  • Mengalami infeksi virus
  • Mengalami penyakit sumsum tulang atau jumlah sel darah rendah
  • Mengalami gangguan ginjal dan hati
  • Anak-anak
  • Hamil dan menyusui yang menggunakan obat tetes mata atau telinga

Informasi lebih lengkap bisa dilihat melalui kemasan.

 

Penyimpanan

  • Larutan tetes mata atau telinga: Simpan pada suhu antara 2-8°C. Jangan dibekukan dan lindungi dari cahaya matahari langsung.
  • Sediaan oral, seperti tablet, kaplet, kapsul, salep mata, injeksi intravena: Simpan di bawah 25°C. Lindungi dari cahaya matahari langsung.

 

Kapan perlu menghentikan penggunaan dan menghubungi dokter?

Hentikan penggunaan chloramphenicol dan segera hubungi dokter jika Anda mengalami:

  • Tanda-tanda alergi, seperti kemerahan(ruam), gatal-gatal, kulit merah, bengkak, melepuh, atau mengelupas dengan atau tanpa demam, suara napas tinggi (mengi), sesak di dada atau tenggorokan, serta kesulitan bernapas, menelan, atau berbicara, suara serak yang tidak biasa, atau pembengkakan pada mulut, wajah, bibir, lidah, dan tenggorokan
  • Tanda-tanda infeksi, seperti demam, menggigil, sakit tenggorokan yang sangat parah, sakit telinga atau sinus, batuk, dahak atau perubahan warna dahak, nyeri saat buang air kecil, seriawan, atau luka yang tidak kunjung sembuh
  • Tanda-tanda perdarahan, seperti muntah atau batuk darah, muntahan yang terlihat seperti bubuk kopi, darah dalam urine, tinja hitam atau merah, pendarahan pada gusi, perdarahan vagina yang tidak normal, memar tanpa sebab atau yang bertambah besar, atau perdarahan yang tidak bisa berhenti
  • Pusing atau pingsan yang sangat parah
  • Merasa sangat lelah atau lemah.
  • Merasa bingung.
  • Perubahan mood.
  • Perubahan penglihatan.
  • Perasaan terbakar, mati rasa, atau kesemutan yang tidak normal.

 

Kontraindikasi 

Jangan menggunakan chloramphenicol jika mempunyai kondisi medis di bawah ini:

  • Alergi terhadap chloramphenicol
  • Riwayat kelainan darah, misalnya kelainan sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah (anemia aplastik) dan pembentukan heme, yaitu bagian dari hemoglobin, yang tidak sempurna (porfiria akut)
  • Gendang telinga berlubang
  • Kehamilan dan menyusui pada pemakaian oral dan injeksi
  • Pemberian obat secara bersamaan yang menyebabkan depresi sumsum tulang

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

Interaksi obat mungkin terjadi jika Anda menggunakan atau mengonsumsi beberapa obat secara bersamaan. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter Anda sebelum menggunakannya. Bila perlu, dokter mungkin akan mengurangi dosis atau mengganti obat dengan alternatif obat lainnya.

Mengonsumsi chloramphenicol dengan obat lain secara bersamaan dapat menyebabkan beberapa interaksi yang meliputi:

  • Avapritinib
    Penggunaan bersama dapat meningkatkan risiko mengalami efek samping serius, seperti pendarahan di otak, gangguan kognitif seperti lupa, kebingungan, kesulitan berpikir, perubahan mood atau perilaku, halusinasi, retensi cairan atau pembengkakan, dan penurunan jumlah sel darah.
  • Butorphanol
    Penggunaan bersama dapat meningkatkan kadar butorphanol dalam darah, sehingga dapat meningkatkan efek samping, seperti mengantuk, pusing, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan dalam berpikir dan mengambil keputusan. Dalam kasus yang parah, penggunaan bersama dapat menyebabkan tekanan darah rendah, gangguan pernapasan, pingsan, koma, atau bahkan kematian.
  • Clozapine
    Penggunaan clozapine dapat menurunkan jumlah sel darah putih jika dikonsumsi dengan obat lain yang juga dapat memengaruhi fungsi sumsum tulang.
  • Deferiprone
    Penggunaan deferiprone dapat menurunkan jumlah sel darah putih jika dikonsumsi dengan obat lain, seperti chloramphenicol yang juga dapat memengaruhi sel darah putih atau fungsi sumsum tulang.
  • Encorafenib
    Penggunaan bersama dapat meningkatkan risiko efek samping serius, seperti komplikasi perdarahan, masalah mata dan penglihatan, masalah hati, irama jantung tidak teratur, dan perkembangan kanker kulit baru.
  • Phenytoin
    Penggunaan bersama phenytoin dapat meningkatkan gejala toksisitas atau keracunan phenytoin, seperti gerakan mata berkedut, bicara cadel, kantuk, kehilangan keseimbangan, tremor, otot kaku atau lemah, mual, muntah, pusing, pingsan, dan pernapasan lambat atau dangkal.

Informasi yang diberikan bukan sebagai pengganti konsultasi medis langsung dengan dokter, atau mengarahkan pemakaian obat dengan merek tertentu. Pemakaian obat harus dengan resep dokter. Ketersediaan obat tergantung pada indikasi yang disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

MSD Manual. https://www.msdmanuals.com/professional/infectious-diseases/bacteria-and-antibacterial-drugs/chloramphenicol
Diakses pada 26 September 2022
 
MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/chloramphenicol?mtype=generic
Diakses pada 26 September 2022
 
Antimicrobe. http://www.antimicrobe.org/drugpopup/chloramphenicol.htm
Diakses pada 26 September 2022
Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email