Bronchosal Kaplet 4 mg

17 Jul 2020| Maria Yuniar
Bronchosal kaplet adalah obat untuk mengatasi gangguan pada sistem pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Deskripsi obat

Bronchosal kaplet adalah obat untuk mengatasi gangguan pada sistem pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Obat ini termasuk dalam golongan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Bronchosal kaplet mengandung zat aktif salbutamol.
Salbutamol adalah obat yang dapat melebarkan saluran udara pada paru-paru atau yang disebut dengan bronkodilator, obat ini bekerja dengan melemaskan otot-otot yang berada di sekitar saluran pernapasan yang menyempit sehingga udara yang mengalir ke dalam paru-paru menjadi lebih lancar.

Bronchosal Kaplet 4 mg
Golongan ObatObat kerasObat resep. Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter.
Kemasan1 box isi 10 strip @ 10 kaplet (4 mg)
ProdusenIfars Pharmaceutical Laboratories

Indikasi (manfaat) obat

  • Mencegah terjadinya pengencangan otot-otot yang melapisi saluran udara (bronkus) pada paru-paru (bronkospasme).
  • Mengobati penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada paru-paru (emfisema).
  • Mengobati asma umum yang disebabkan oleh peradangan pada saluran udara atau bronkus (asma bronkial).
  • Mengobati kejang pada bronkus.
  • Mengobati penyakit peradangan pada paru yang berkembang pada jangka waktu panjang (PPOK).

Komposisi obat

Salbutamol sulfat yang setara dengan salbutamol 4 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

  • Dewasa: 2-4 mg sebanyak 3-4 kali/hari.
    • Dosis maksimal: 8 mg sebanyak 3-4 kali/hari.

  • Anak-anak:
    • 2-6 tahun: 1-2 mg sebanyak 3-4 kali/hari.
    • 6-12 tahun: 2 mg sebanyak 3-4 kali/hari.

  • Pasien lanjut usia: 2 mg sebanyak sebanyak 3-4 kali/hari.

Aturan pakai obat

Dikonsumsi sesuai petunjuk dokter.

Efek samping obat

  • Gangguan gerakan gemetar yang tidak dapat dikendalikan (tremor).
  • Mual.
  • Muntah.
  • Gugup.
  • Jantung berdetak melebihi 100 kali/menit (takikardi).
  • Jantung berdebar-debar (palpitasi).
  • Nyeri dada.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Gangguan kesulitan tidur (insomnia).
  • Penurunan tekanan darah hingga di bawah batas normal (hipotensi).
  • Berkeringat berlebih.
  • Reaksi alergi.
  • Kram pada otot.
  • Penurunan kadar kalium dalam darah (hipokalemia).
  • Pada penggunaan dosis tinggi dapat memperburuk penderita penyakit kencing manis (diabetes melitus).

Perhatian Khusus

  • Pasien yang memiliki kadar hormon tiroid terlalu tinggi dalam tubuh (hipertiroid).
  • Pasien dengan gangguan irama jantung (aritmia).
  • Pasien penderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Pasien penderita kencing manis (diabetes melitus).
  • Pasien yang mengalami peningkatan tekanan intraokular mata (glaukoma).
  • Pasien yang memiliki kadar kalium yang rendah dalam darah (hipokalemia).
  • Pasien penderita gangguan ginjal.
  • Pasien dengan gangguan kejang.
  • Pasien lanjut usia.
  • Kategori kehamilan dan menyusui:
    Kategori C. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan efek buruk terhadap janin dan tidak ditemukan studi yang memadai pada manusia. Namun, mengingat efektivitasnya, penggunaannya dapat dipertimbangkan pada wanita hamil sekalipun berisiko.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Pasien yang memiliki alergi terhadap komponen obat ini.
  • Pasien penderita penyakit jantung.
  • Wanita hamil dengan usia kehamilan 22 minggu ke bawah.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Dapat meningkatkan risiko penurunan kadar kalium dalam darah jika digunakan bersama kortikosteroid, diuretik, xantin, dan digoksin.
  • Penggunaan bersama obat penghambat beta seperti atenolol, metoprolol, propranolol, dan labetalol memiliki efek antagonis.
  • Penggunaan bersama obat simpatomimetik dapat meningkatkan risiko kardiovaskular.
  • Guanetidin, metildopa, reseprin, dan obat penghambat monoamin oksidase (MAOI) seperti isokarboksazid, fenelzin, rasagilin, selegilin, dan transilpromin dapat mempengaruhi kerja salbutamol.
  • Penggunaan bersama kortikosteroid dapat menyebabkan penumpukan cairan pada kantong paru sehingga menyebabkan gejala kesulitan bernafas (edema paru).
  • Penggunaan bersama obat antidiabetes dapat menyebabkan efek antagonisme.
  • Penggunaan bersama obat anestesi dapat meningkatkan inersia uteri.

MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/salbutamol
Diakses pada 14 Juli 2020

Pionas. http://pionas.pom.go.id/monografi/salbutamol
Diakses pada 14 Juli 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email