Bactrim Forte Tablet

15 Des 2020
Bactrim forte tablet adalah obat untuk mengatasi berbagai macam infeksi yang disebabkan bakteri.

Deskripsi obat

Bactrim forte tablet adalah obat untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri seperti infeksi saluran pencernaan, saluran kemih, saluran pernapasan, dan infeksi THT. Obat ini merupakan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Bactrim forte tablet mengandung zat aktif trimetoprim dan sulfametoksazol.

Bactrim Forte Tablet
Golongan ObatObat kerasObat resep. Obat hanya boleh dibeli menggunakan resep dokter.
Produk HalalYa
Kandungan utamaSulfametoksazol dan trimetoprim.
Kelas terapiAntibiotik.
Klasifikasi obatSulfonamid.
Kemasan1 box isi 4 strip @ 5 tablet
ProdusenBoehringer Ingelheim

Informasi zat aktif

Sulfametoksazol bekerja mengganggu sintesis dan pembentukan asam folat bakteri melalui penghambatan pembentukan asam dihidrofolat dari asam paraaminobenzoat. Sedangkan trimetoprim bekerja menghambat perubahan asam dihidrofolat, dimana asam dihidrofolat adalah enzim yang mengaktifkan jalur metabolisme asam folat dengan cara mengubah dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Sehingga proses kerja tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan membunuh bakteri (bakterisidal).

Bedasarkan proses kerja obat dalam tubuh, sulfametoksazol dan trimetoprim diketahui memiliki status:

  • Absorpsi : Mudah dan terserap dengan baik dari saluran cerna. Waktu dimana obat mencapai kadar tertinggi dalam plasma (waktu puncak konsentrasi plasma) adalah 1-4 jam.
  • Distribusi: Tersebar luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh, termasuk dahak, cairan lendir menyerupai plasma (aqueous humor), cairan telinga tengah, cairan prostat, cairan vagina, empedu dan cairan pada otak (serebrospinal). Melintasi plasenta dan memasuki ASI. Ikatan protein plasma sulfametoksazol sekitar 70% dan trimetoprim sekitar 45%.
  • Metabolisme: Sulfametoksazol diubah menjadi turunan N4-asetil tidak aktif melalui proses perubahan senyawa tidak toksik dan mudah larut agar mudah diekskresi (konjugasi) dan menjadi hidroksilamina melalui oksidasi. Trimethoprim mengalami metabolisme hati sekitar 10-20%.
  • Ekskresi: Diekskresi melalui urin sekitar 50%.Waktu yang dibutuhkan obat untuk dikeluarkan oleh tubuh dari separuh kadar awal obat (waktu paruh plasma) sulfametoksazol sekitar 6-12 jam dan trimetoprim sekitar 8-10 jam.

Indikasi (manfaat) obat

  • Infeksi saluran kemih seperti:
    • Infeksi pada ginjal (pielonefritis).
    • Peradangan pembuluh darah (plelitis).
    • Prostates akut dan kronis yang disebabkan oleh kuman yang sensitive seperti E.coli, klebsiella, enterobacter dan proteus mirabilis.
  • Infeksi saluran cerna, terutama yang disebabkan oleh kuman Salmonella dan Shigella seperti:
    • Demam tifoid.
    • Paratifus (paratifoid).
    • Disentri basiler.
  • Infeksi saluran napas sseperti:
    • Peradangan bronkus akibat infeksi dan iritasi yang baru saja terjadi dan berlangsung tak lama (bronchitis akut).
  • Infeksi THT seperti:
    • Infeksi pada telinga bagian tengah (otitis media akut).
    • Peradangan yang terjadi di rongga hidung atau sinus (sinusitis akut) yang disebabkan oleh kuman H.Influenzae atau S.Pneumoniae.

Sulfametoksazol merupakan salah satu obat golongan sulfonamida yang bekerja langsung pada sintesis folat di dalam organisme mikroba. Mekanisme kerja sulfametoksazol adalah dengan menghentikan bakteri dalam memproduksi asam dihidrofolat dan trimetoprim mencegah pembentukan asam tetrahidrofolat, dimana dua hal tersebut merupakan langkah penting dalam pembentukan asam nukleat dan protein penting bagi banyak bakteri. Jika digunakan sendiri, obat ini hanya bekerja secara bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan bakteri. Namun, bila digunakan dalam kombinasi sulfametoksazole-trimetoprim, akan memblokir dua langkah dalam pembentukan senyawa kimia (biosintesis) bakteri seperti asam nukleat esensial dan protein, sehingga bersifat membunuh bakteri (bakterisidal).

Komposisi obat

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

Dewasa: 1 tablet sebanyak 3 kali/hari.

Aturan pakai obat

Dikonsumsi dengan makanan.

Efek samping obat

  • Muntah.
    Cobalah mengonsumsi makanan yang sederhana dan jangan mengonsumsi makanan yang berat dan pedas. Cobalah mengonsumsi obat setelah makan dan cobalah minum air dalam jumlah sedikit. Jika efek samping ini terus berlanjut, hubungi dokter Anda.
  • Mual.
    Cobalah mengonsumsi obat dengan atau setelah makan, serta hindari mengonsumi makanan yang berat atau pedas saat mengonsumsi obat ini.
  • Reaksi hipersensitivitas yang fatal pada kulit atau darah seperti Sindrom Steven Johnson, kelainan kulit dan mukosa (toxic epidermal necrolysis) dan kelainan perkembangan sel darah (diskrasia darah).
  • Pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan anemia megaloblastik.
  • Kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah (trombositopenia).
  • Sumsum tulang tidak bisa memproduksi sel darah (anemia aplastik).
  • Rendahnya jumlah sel darah putih (leukopenia).
  • Kondisi akut dari leukopenia (agranulositosis).
  • Kemerahan (ruam) kulit.

Perhatian Khusus

  • Pasien penderita ketidakseimbangan mineral dalam tubuh seperti memiliki kadar kalium yang tinggi atau kadar natrium yang rendah dalam darah.
  • Pasien dengan kelainan darah seperti porfiria dan anemia akibat defisiensi vitamin.
  • Pasien dengan kelainan darah akibat pengobatan dengan trimetoprim dan sulfametoksazol.
  • Pasien dengan gangguan ginjal dan hati.
  • Pasien dengan gangguan sumsum tulang belakang.
  • Pasien dengan kadar gula darah tinggi (diabetes melitus).
  • Pasien yang memiliki berbagai alergi.
  • Pasien penderita asma.

Kategori kehamilan

Kategori D: Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat ini menimbulkan risiko pada janin manusia. Penggunaan pada ibu hamil dapat dipertimbangkan jika manfaat yang diberikan melebihi risiko yang mungkin timbul pada janin. Misalnya, bila obat dibutuhkan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius, di mana obat lain tidak efektif atau tidak bisa diberikan.

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Pasien dengan kekurangan sel darah merah akibat sumsum tulang memproduksi sel darah merah abnormal (anemia megaloblastik).
  • Pasien yang mengosumsi leukovorin untuk pengobatan Pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada pasien positif HIV.
  • Pasien dengan riwayat rendahnya keping darah (trombositopenia) akibat penggunaan trimetoprim atau sulfonamid.
  • Penderita yang memiliki alergi terhadap golongan sulfonamid dan trimetoprim.
  • Penderita anemia megaloblastik yang terjadi karena kekurangan folat.
  • Pasien yang mengonsumsi klozapin.
  • Pasien dengan gangguan hati dan ginal berat.
  • Wanita hamil dan menyusui
  • Bayi usia 4 minggu ke bawah.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Amilorid, benazepril, captopril.
    Amilorid, benazepril, captopril dapat meningkatkan kadar kalium dalam darah. Kadar kalium yang tinggi dapat berkembang menjadi kondisi yang disebut hiperkalemia, yang pada kasus parah dapat menyebabkan gagal ginjal, kelumpuhan otot, irama jantung tidak teratur, dan serangan jantung.
  • Fenitoin.
    Kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim dapat meningkatkan waktu paruh fenitoin sehingga kada fenitoin dalam darah meningkat.
  • Anisindion.
    Anisindion dapat meningkatkan risiko perdarahan, terutama jika Anda sudah lanjut usia atau memiliki gangguan ginjal atau hati.
  • Amiodaron.
    Amiodaron dapat meningkatkan risiko terjadi detak jantung cepat di atas normal (aritmia ventrikular).
  • Metenamin.
    Metenamin dapat meningkatkan risiko terdapatnya kristal pada urin (kristaluria).
  • Klozapin.
    Klozapin dapat menurunkan jumlah sel darah putih, dapat memengaruhi fungsi sumsum tulang.

Apa yang harus dilakukan jika ada dosis terlewat?

  • Masih dekat dengan jadwal sebelumnya.
    Jika masih dekat dengan jadwal minum obat sebelumnya, segera konsumsi obat sesuai dosis yang terlewat.
  • Sudah mendekati jadwal berikutnya.
    Jika sudah mendekati jadwal selanjutnya, maka dosis yang terlewat dapat diabaikan dan lanjutnya konsumsi obat sesuai jadwal berikutnya.
  • Jangan menggandakan dosis yang terlewat.
    Jangan mengonsumsi total dosis antara yang terlewat dan dosis berikutnya, kecuali dianjurkan lain oleh dokter Anda.
  • Sering lupa mengonsumsi obat.
    Jika sering lupa untuk mengonsumsi obat, cobalah untuk menggunakan pengingat (alarm) sesuai jadwal minum obat atau meminta bantuan orang lain untuk membantu mengingatkan jadwal minum obat Anda. Selain itu, alternatif lainnya yaitu menggunakan kotak obat harian yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

Kapan perlu menghentikan penggunaan dan menghubungi dokter?

  • Terjadi kelemahan otot, perubahan mental atau mood.
  • Terjadi tanda-tanda masalah ginjal seperti perubahan jumlah urin dan adanya darah dalam urin.
  • Rasa kantuk yang ekstrim.
  • Terjadi tanda-tanda gula darah rendah seperti berkeringat tiba-tiba, gemetar, detak jantung cepat, lapar, penglihatan kabur, pusing, atau kesemutan pada tangan atau kaki.

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera informasikan kepada dokter Anda. Jangan menghentikan obat tanpa persetujuan dari dokter.

MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/sulfamethoxazole%20+%20trimethoprim?mtype=generic
Diakses pada 21 September 2020

WebMD. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-3409-1071/sulfamethoxazole-trimethoprim-oral/sulfamethoxazole-trimethoprim-suspension-oral/details
Diakses pada 21 September 2020

Drugs. https://www.drugs.com/drug-interactions/sulfamethoxazole-trimethoprim.htm l
Diakses pada 21 September 2020

NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513232/
Diakses pada 21 September 2020

MedlinePlus. https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a684026.html#if-i-forget
Diakses pada 21 September 2020

 

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email