Alermax Kaplet 4 mg

17 Jul 2020| Aby Rachman
Alermax kaplet adalah obat untuk mengatasi alergi.

Deskripsi obat

Alermax kaplet adalah obat untuk mengatasi alergi. Obat ini termasuk dalam golongan obat bebas terbatas. Alermax kaplet mengandung zat aktif klorfeniramin maleat.
Klorfeniramin maleat adalah obat yang mampu menghilangkan gejala alergi seperti ruam, pilek, bersin, mata berair, gatal pada mata, hidung, ternggorokan, dan kulit. Klorfeniramin maleat bekerja dengan menghambat zat alami yang diproduksi tubuh ketika alergi yaitu histamin, dengan penghambatan produksi histamin maka akan mengeringkan bebrapa cairan dalam tubuh untuk meringankan gejala seperti mata berair dan pilek.

Alermax Kaplet 4 mg
Golongan ObatObat bebasObat bebas terbatas. Obat yang boleh dibeli secara bebas tanpa menggunakan resep dokter, namun aturan pakai serta efek sampingnya perlu diperhatikan.
Kemasan1 box isi 10 strip @ 10 kaplet (4 mg)
ProdusenIfars Pharmaceutical Laboratories

Indikasi (manfaat) obat

Meringankan gejala alergi seperti pada:

  • Mata berair, bersin, pilek, gatal pada mata, hidung, tenggorokan, dan kulit.
  • Peradangan pada mukosa hidung yang disebabkan adanya reaksi alergi (rhinitis alergi).
  • Biduran (urtikaria).

Komposisi obat

Klorfeniramini maleat 4 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

  • Dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas: 4 mg/4-6 jam.
    • Dosis maksimal: 24 mg/hari.
  • Anak-anak:
    • 1-2 tahun: 1 mg/hari.
      • Dosis maksimal: 4 mg/hari.
    • 2-5 tahun: 1 mg/ 4-6 jam.
      • Dosis maksimal: 6 mg/hari.
    • 6-12 tahun: 2 mg/4-6 jam.
      • Dosis maksimal: 12 mg/hari.

Aturan pakai obat

Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.

Efek samping obat

  • Depresi.
  • Jantung berdebar-debar.
  • Jantung berdetak melebihi 100 kali/menit (palpitasi).
  • Penglihatan kabur.
  • Penglihatan ganda (diplopia).
  • Kehilangan nafsu makan (anoreksia).
  • Mual.
  • Mulut kering.
  • Nyeri pada perut.
  • Diare.
  • Kelelahan.
  • Peningkatan berat badan.
  • Nyeri sendi.
  • Mengantuk.
  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Kesulitan mengeluarkan urin (retensi urin).

Perhatian Khusus

  • Pasien penderita epilepsi.
  • Pasien yang mengalami peningkatan tekanan intraokular.
  • Pasien yang mengalami peningkatan tekanan bola mata (glaukoma).
  • Pasien penderita hipertrofi prostat.
  • Pasien penderita penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan pasien dengan kondisi penyempitan pembuluh darah arteri jantung (penyakit jantung iskemik).
  • Pasien yang mengalami kesulitan buang air kecil (retensi urin).
  • Pasien yang mengalami peradangan pada bronkus (bronkitis).
  • Pasien penderita kerusakan dan pelebaran permanen pada bronkus dan saluran pernapasan (bronkiektasis).
  • Anak-anak.
  • Pasien lanjut usia.
  • Kategori kehamilan dan menyusui:
    Kategori B. Penelitian pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin. Namun riset terkontrol pada wanita hamil belum dilakukan. Atau, penelitian terhadap reproduksi hewan percobaan menunjukkan efek samping obat (selain penurunan fertilitas), tapi efek ini tidak terjadi pada riset terkontrol pada wanita hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya).

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

  • Pasien yang memiliki alergi terhadap komponen obat ini.
  • Pasien penderita asma akut.
  • Bayi baru lahir.
  • Bayi lahir prematur.
  • Anak-anak 2 tahun ke bawah.
  • Pasien penderita peningkatan tekanan bola mata terlalu tinggi (galukoma sudut sempit).
  • Pasien yang mengalami penyempitan (obstruksi) pada leher kandung kemih.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

  • Jika dikonsumsi dengan selekoksib, amiodaron, simetidin, klaritromisin, atau klotrimazol akan menyebabkan penurunan metabolisme alermax.
  • Akan meningkatkan efek samping jika dikonsumsi dengan alprazolam, benzokain, buspiron, setrizin atau siprohepatadin.
  • Penggunaan bersama obat penenang dan tranquiliser alan meningkatkan efek samping pada sisten sarap pusat.
  • Penggunaan bersama fenitoin dapat mmenghambat metabolisme fenitoin dan menyebabkan toksisitas atau keracunan.
  • Penggunaan bersama penghambat monoamin oksidase seperti furozolidon, linezolid, fenelzin, dan transilpromin dapat menyebabkan peningkatan efek antikolinergik seperti halusinasi dan gangguan tidur.

MIMS. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/chlorphenamine
Diakses pada 14 Juli 2020

WebMD. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-4156/chlorpheniramine-oral/details
Diakses pada 14 Juli 2020

Bagikan
Share Facebook
SHare Twitter
Share whatsapp
Share Email