Tak hanya sebagai pengawet, zat aditif pada makanan juga digunakan untuk memberikan warna serta aroma sedap. Meski fungsi dan manfaatnya sangat banyak, menggunakan bahan tambahan makanan ini bisa menyebabkan efek samping yang perlu diwaspadai.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
18 Apr 2023
MSG termasuk salah satu zat aditif pada makanan
Table of Content
Anda mungkin sering mendengar bahwa zat aditif adalah bahan kimia yang berbahaya yang bisa ditambahkan pada makanan. Tambahan zat aditif pada makanan ini diyakini dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga kanker.
Advertisement
Tapi sebenarnya, ada banyak zat aditif yang tergolong aman bagi kesehatan. Beberapa di jenisnya bahkan bisa ditemukan secara alami pada tumbuhan. Untuk lebih jelasnya, mari kenali macam-macam zat aditif pada makanan serta fungsinya.
Zat aditif adalah bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan untuk berbagai tujuan. Selain sebagai bahan pengawet, zat aditif sering digunakan untuk memperkuat rasa, mempercantik tampilan makanan, hingga memberikan aroma yang lebih sedap.
Selama ini, zat aditif amat berperan dalam kelancaran produksi makanan dalam jumlah besar. Membuat makanan dalam skala besar tentu berbeda dengan skala kecil di rumah.
Penggunaan macam-macam zat aditif ini diperlukan untuk memastikan makanan agar tetap aman sepanjang perjalanannya, dari pabrik hingga sampai ke konsumen.
Berdasarkan fungsinya, WHO membagi zat aditif pada makanan dan minuman secara umum ke dalam tiga kategori, yaitu:
Berikut sederet jenis zat aditif pada makanan yang umum ditambahkan ke dalam pangan beserta fungsi dan keamanannya:
Zat aditif yang biasa ditambahkan pada makanan salah satunya adalah MSG atau monosodium glutamate. Menambahkan zat aditif ini pada makanan terkenal dapat membuat hidangan terasa lebih gurih. MSG biasanya ditemukan di berbagai makanan olahan maupun kemasan.
Efek MSG terhadap kesehatan sudah lama menjadi bahan penelitian, bahkan sejak tahun 1969. Beberapa studi menemukan bahwa MSG mungkin dapat menambah berat badan serta memicu sindrom metabolik. Tapi penelitian lainnya tidak menemukan kaitan tersebut.
Hal yang lebih perlu diperhatikan adalah mengonsumsi MSG terlalu banyak bisa memicu gejala sensitivitas (gejala seperti alergi) pada beberapa orang.
Keluhannya dapat berupa sakit kepala, berkeringat, dan mati rasa. Jika Anda mengalaminya setelah mengonsumsi MSG, lebih baik hindari zat aditif ini sepenuhnya. Beberapa orang juga menyebut bahwa terlalu banyak konsumsi MSG bisa menyebabkan chinese restaurant syndrome. Namun, ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
BACA JUGA: 7 Penyedap Pengganti MSG yang Lebih Sehat untuk Makanan
Zat aditif pada makanan berikutnya adalah pewarna makanan. Zat aditif berupa pewarna makanan ini sering dianggap tidak aman untuk kesehatan. Beberapa jenisnya diketahui dapat menyebabkan reaksi alergi.
Pewarna makanan buatan juga pernah dilaporkan dapat membuat anak jadi lebih hiperaktif. Namun, selama digunakan seperlunya dan telah lulus uji BPOM, tambahan pewarna makanan cenderung aman.
Untuk berjaga-jaga, ada baiknya Anda membatasi konsumsi makanan olahan karena jenis makanan ini sering mengandung pewarna buatan. Makanan alami, seperti sayur dan buah warna-warni, juga tak kalah enak, segar, dan menyehatkan untuk disantap.
Baca Juga
Bahan tambahan makanan lain yang juga sering digunakan adalah natrium nitrit. Bahan ini sering ditemukan dalam daging olahan karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri, memberikan rasa asin serta warna merah pada daging. Sosis dan bacon adalah jenis makanan yang mendapatkan tambahan natrium nitrit.
Natrium nitrit bisa berubah menjadi komponen berbahaya yang disebut nitrosamine jika terpapar panas tinggi sekaligus asam amino. Hal ini disebut dapat meningkatkan risiko beberapa jenis kanker.
Itu sebabnya, Anda disarankan untuk membatasi asupan natrium nitrit serta daging olahan. Masih banyak asupan kaya protein lainnya yang lebih sehat, misalnya daging ayam, kacang-kacangan, tempe, dan telur.
Lemak trans pun termasuk bahan aditif yang ditambahkan pada makanan. Senyawa ini sering dimasukkan ke dalam gorengan, produk roti, margarin, dan biskuit.
Anda sebaiknya membatasi lemak trans karena bahan tambahan pangan ini dikatakan dapat meningkatkan kolesterol jahat pada tubuh. Kadar kolesterol tinggi dalam darah bisa menaikkan risiko penyakit jantung dan stroke.
American Heart Association menyarankan agar Anda membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak trans tidak lebih dari 1 persen dari kebutuhan kalori harian.
Bahan tambahan makanan yang juga sering dijumpai adalah sirup jagung tinggi fruktosa. Pemanis buatan ini lebih manis dan murah daripada gula biasa.
Anda bisa menemukannya di berbagai makanan maupun minuman kemasan, seperti soft drink dan minuman buah-buahan.
Konsumsi sirup jagung tinggi fruktosa diyakini dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2. Daripada mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat aditif ini, lebih baik Anda makan buah jika sedang ingin yang manis-manis. Atau gunakan pemanis alami stevia yang lebih aman untuk tubuh.
BACA JUGA: Serba-Serbi Dinatrium Guanilat Sebagai Penguat Rasa Makanan
Penggunaan zat aditif pada makanan atau bahan tambahan pangan (BTP) sebenarnya sudah diatur oleh Badan POM. Artinya, selama mengikuti ketentuan BPOM, penambahan bahan tambahan makanan cenderung aman dikonsumsi.
Terdapat dua zat aditif yang umum dijumpai, yaitu zat aditif alami dan buatan. Zat aditif yang alami bisa berasal dari tumbuhan, hewan, atau mineral. Sementara jenis sintesis merupakan zat aditif yang dibuat oleh manusia.
Zat aditif alami ini umumnya adalah jenis BTP yang paling aman dan minim risiko efek samping.
Beberapa orang mungkin bisa sensitif terhadap tambahan zat aditif pada makanan tertentu, sehingga menimbulkan reaksi alergi seperti:
Namun, perlu diperhatikan bahwa gejala yang mungkin timbul bisa saja berasal dari bahan makanannya, bukan semata-mata karena adanya zat tambahan pada makanan tersebut.
Selain kelima zat aditif di atas, macam-macam zat aditif lain yang umum digunakan meliputi guar gum, carrageenan, natrium benzoat, xanthan gum, dan perasa buatan. Masing-masing zat ini memiliki efek samping untuk kesehatan.
Walau tak semua zat aditif berbahaya, Anda tetap perlu berhati-hati dalam mengonsumsinya supaya tidak terlalu banyak. Anda juga sebaiknya membatasi makanan olahan yang mengandung zat aditif dan mengonsumsi lebih banyak makanan alami yang segar demi kesehatan jangka panjang.
Jika ingin berkonsultasi langsung pada dokter, Anda bisa chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang di Google Play dan Apple Store.
Advertisement
Ditulis oleh Rianti Dea Rizky Pratiwi
Referensi
Artikel Terkait
Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diolah dari daging kelapa sawit yang memiliki titik didih tinggi. Manfaat minyak kelapa sawit terkenal dapat menjaga kesehatan otak, namun masih ada risiko bahaya mengonsumsi minyak sawit yang perlu diwaspadai.
28 Agt 2020
Makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita penyakit jantung adalah makanan yang tinggi lemak jenuh, seperti daging sapi dan domba, serta makanan tinggi garam, gula, dan makanan olahan. Ketahui jenis-jenisnya dalam artikel ini.
22 Agt 2023
Trek TikTok Girl Dinner yang sudah ditonton 560 juta kali dikhawatirkan memicu kebiasaan makan malam yang tidak sehat. Kebanyakan orang yang mengikuti tren ini mengunggah diri mereka makan makanan tidak bergizi seperti permen, snack, hingga minuman manis sebagai menu makan malam pilihan mereka.
4 Agt 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved