logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Sebaiknya, Jangan Katakan 5 Hal Ini pada Orang yang Terkena HIV

open-summary

Saat orang terdekat bercerita bahwa ia adalah orang yang terkena HIV, ada beberapa hal yang harusnya tak boleh Anda katakan. Beberapa pertanyaan dapat begitu menyinggung bagi mereka.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

25 Apr 2023

Orang yang terkena HIV rentan untuk sedih dan merasa tertekan, sehingga Anda harus berhati-hati dalam berucap dan menyampaikan sesuatu

Selalu dampingi orang terdekat Anda yang terkena HIV, dan hindari perkataan yang dirasa ofensif

Table of Content

  • Jangan katakan ini pada orang yang terkena HIV
  • Tips membantu sahabat dan orang yang terkena HIV

Anda mungkin tak bisa membayangkan jika orang terdekat terinfeksi HIV. Namun, bagi mereka, kondisi tersebut juga menjadi hal yang sulit untuk diterima.

Advertisement

Anda bisa mendukung kesehatan mental orang yang terkena HIV, dengan berhati-hati dalam menyampaikan pertanyaan dan perkataan. Sebab, ada pertanyaan dan pernyataan yang dapat menyinggung perasaan mereka.

Jangan katakan ini pada orang yang terkena HIV

Berpikir sebelum berbicara, jangan tanyakan atau katakan hal berikut pada orang yang terkena HIV:

1. “Kok kamu bisa tertular HIV?”

Anda mungkin penasaran bagaimana orang yang terkena HIV terinfeksi virus tersebut. Hanya saja, menanyakan hal tersebut bukanlah hal yang tepat dilakukan.

Ada banyak penyebab seseorang bisa terkena HIV. Misalnya, ditularkan melalui hubungan seks, ditularkan dari orangtua melalui kehamilan dan menyusui, transfusi darah, atau menggunakan jarum yang sama dengan orang yang sudah tertular. Pengetahuan tersebut sudah cukup bagi Anda tanpa harus menanyakan detil kehidupan pribadi seseorang.

Walau begitu, beberapa orang dengan HIV (ODHIV) mungkin cukup memercayai Anda untuk menceritakan penyebab ia terkena virus tersebut tanpa perlu ditanya terlebih dahulu.

2. “Kamu tertular dari siapa?”

Mengetahui status HIV yang positif menjadi tantangan emosional bagi mereka. Beberapa orang juga tertular dari cara yang menimbulkan trauma, seperti karena pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Dengan demikian, menanyakan siapa orang yang menularkan virus tersebut menjadi hal yang tidak bijak karena ia terpaksa untuk mengingat luka lama.

Beberapa orang yang terkena HIV juga dapat tertular di luar kendali mereka, seperti dari orangtua melalui persalinan dan menyusui. Sebagian lain mungkin juga tak mengetahui dari siapa virus tersebut. Tidak menanyakan orang yang menularkan HIV amat disarankan.

3. “Kamu tidak seperti orang yang positif HIV”

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa orang yang terkena HIV harus terlihat sakit-sakitan. Padahal, Anda tak dapat menilai seseorang positif atau tidak dari penampilannya saja. Orang yang positif HIV, selama belum menderita AIDS, akan terlihat seperti layaknya orang yang negatif HIV.

Dengan fakta ini, Anda juga akan sulit mengira-ngira diri sendiri tertular HIV atau tidak. Cara terbaik untuk mengetahui status HIV adalah dengan melakukan tes HIV. Tes ini bisa Anda lakukan di berbagai fasilitas kesehatan terdekat, termasuk klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

4. “Aku takut tertular jika kita berinteraksi”

Beberapa orang masih memercayai berbagai mitos HIV dan AIDS, termasuk takut tertular melalui sentuhan dan interaksi biasa dengan orang yang terkena HIV. Padahal, Anda tak akan mendapatkan virus tersebut dengan menyentuh, memeluk, dan berinteraksi biasa. Begitu juga saat Anda tinggal seatap, menggunakan toilet yang sama, atau menggunakan peralatan makan yang sama.

HIV hanya dapat ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman, transfusi darah, dan penggunaan jarum suntik. HIV juga bisa berpindah dari ibu yang positif HIV ke anaknya, jika sang ibu tidak mengonsumsi obat antiretroviral untuk mengendalikan HIV.

5. “Kamu tidak pakai kondom?”

Penularan HIV tidak hanya melalui seks. Banyak orang yang terkena HIV mendapatkan virus tersebut melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik, ditularkan dari sang ibu, atau ditularkan dari suami.

Apabila rekan Anda terkena dari hubungan seks, penting untuk diingat bahwa kondom tidak 100% melindungi penggunanya dari HIV.

Tentunya, menanyakan hal tersebut tidak lagi bermanfaat. Yang disarankan bagi Anda untuk dilakukan, yakni membantu dan mendorongnya untuk mendapatkan obat antiretroviral dari dokter.

Baca Juga

  • Toxic Relationship: Pengertian, Ciri-ciri, dan Solusinya
  • Avengers: Pembela Keadilan atau Pembalas Dendam?
  • Ekspresi Wajah dan Maknanya yang Dapat Dibaca

Tips membantu sahabat dan orang yang terkena HIV

Mengetahui orang terdekat terkena HIV mungkin membuat Anda bingung dan ragu apa yang harus disampaikan. Cara terbaik untuk merespons kisah yang ia sampaikan adalah dengan mendengarkan.

Selain mendengarkan keluh kesahnya, Anda dapat melakukan hal-hal berikut ini:

  • Tidak membocorkan rahasia yang ia sampaikan. Anda bisa katakan kepada orang yang terkena HIV bahwa rahasianya aman pada diri Anda.
  • Membantunya untuk mendapatkan pengobatan dokter
  • Mendorongnya untuk melakukan gaya hidup sehat
  • Mengedukasi orang lain terkait HIV dan AIDS

Apabila rekan Anda terlihat benar-benar tertekan dengan kondisi barunya, sarankan ia untuk menemui ahli kejiwaan. Mencari informasi terkait komunitas peduli HIV untuk teman Anda juga amat disarankan.

Advertisement

kesehatan mentalhivaids

Ditulis oleh Arif Putra

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved