Withdrawal syndrome adalah gejala yang terjadi saat seseorang berhenti menggunakan zat tertentu, umumnya obat-obatan terlarang (NAPZA). Kondisi ini bisa bahaya dan memerlukan penanganan medis.
2 Agt 2020
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Withdrawal syndrome dapat menyebabkan lelah
Table of Content
ditor: Lenny Tan
Advertisement
Medical Editor: dr.Karlina Lestari
Image caption:
Withdrawal syndrome atau gejala putus obat adalah kombinasi efek fisik dan mental ketika sesoerang mengurangi atau menghentikan penggunaan zat tertentu. Beberapa contoh umum dari zat ini meliputi alkohol dan obat-obatan terlarang.
Mengurangi hingga berhenti secara tiba-tiba dari pemakaian obat atau zat tertentu yang berisiko memicu candu, akan menyebabkan seseorang mengalami withdrawal syndrome.
Kondisi ini bisa menyebabkan beragam gejala yang mengganggu. Beberapa di antaranya bahkan cukup berbahaya. Karena itu, Anda sering disarankan untuk selalu mendiskusikan penghentian konsumsi suatu obat dengan dokter terlebih dulu.
Tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan homeostatis, yaitu kondisi seimbang sehingga dapat berfungsi normal. Saat menggunakan zat tertentu yang dapat mengubah keseimbangan ini, tubuh akan otomatis mengambil langkah penyesuaian agar kondisi tetap seimbang.
Perubahan yang terjadi akibat zat tertentu, seperti alkohol dan obat-obatan adiktif, biasanya akan mengubah cara pengguna memproses emosi dan suasana hati. Zat-zat tersebut dapat mendorong produksi hormon dopamin dan serotonin, sehingga menciptakan perasaan senang, bebas, dan ‘terbang’.
Seiring berjalannya waktu dan penggunaan zat-zat secara rutin, tubuh akan membangun toleransi serta ketergantungan.
Toleransi berarti Anda butuh dosis lebih besar untuk mencapai efek serupa seperti saat pertama kali menggunakan zat tertentu. Sedangkan ketergantungan berarti tubuh perlu zat tersebut guna menghindari withdrawal syndrome alias gejala putus obat.
Bila Anda tiba-tiba menghentikan atau mengurangi asupan zat tersebut, keseimbangan tubuh terganggu dan gejala putus obat bisa terjadi. Gejala ini dapat bersifat fisik maupun mental.
Gejala putus obat umumnya berlawanan dengan efek dari zat yang Anda gunakan. Misalnya jika alkohol membuat Anda menjadi lebih tenang, berhenti minum alkohol tiba-tiba akan membuat Anda gelisah dan gemetar.
Gejala withdrawal syndrome, tingkat keparahan gejala, hingga durasinya sangat bervariasi. Secara umum, enam hal di bawah ini akan memengaruhinya:
Meski sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor, gejala withdrawal syndrome biasanya merupakan salah satu atau beberapa kondisi berikut:
Ciri-ciri withdrawal syndrome juga bisa meliputi kejang, halusinasi, dan delirium (linglung dan tidak mampu berpikir jernih).
Secara spesifik, berikut adalah contoh beberapa zat dan gejala withdrawal syndrome yang bisa terjadi:
Tremor hingga kejang yang dapat bertahan tiga hari sampai beberapa minggu. Gejala bisa dimulai delapan jam sampai beberapa hari setelah Anda berhenti minum alkohol.
Gejala putus obat heroin mirip flu yang dapat bertahan sampai 5-7 hari. Gejala bisa mulai muncul pada 12 jam sejak Anda berhenti memakai heroin.
Gelisah hingga kejang yang dapat bertahan beberapa minggu hingga bulan. Gejala bisa dimulai dalam 1-4 hari setelah berhenti menggunakan benzodiazepine.
Depresi dan gelisah yang dapat bertahan 7-10 hari termasuk withdrawal syndrome akibat kokain. Keluhan ini mulai muncul dalam beberapa jam sejak penggunaan terakhir.
Hidung berair, produksi air mata berlebih, nyeri otot, dan meriang yang bisa bertahan 5-10 hari merupakan gejala putus obat opioid atau morfin. Gejala dapat dimulai pada 8-24 jam sesudah penggunaan terakhir.
Tidak semua kasus withdrawal syndrome membutuhkan pendampingan medis. Penanganan yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis zat dan tingkat keparahan ketergantungan.
Sebagai contoh, kecanduan kopi atau kafein umumnya bisa ditangani secara mandiri. Pasien cukup mengurangi konsumsinya secara bertahap.
Meski demikian, beberapa zat lain membutuhkan pendampingan medis. Misalnya, ketergantungan alkohol dan benzodiazepine.
Penanganan medis dibutuhkan karena withdrawal syndrome akibat zat-zat tersebut bisa berbahaya. Untuk menghentikan kecanduan ini juga memerlukan konsumsi beberapa obat lain, seperti diazepam, lozarepam, dan segabainya.
Selain dengan mengurangi asupan obat secara perlahan dan terencana sesuai bantuan tenaga medis, penderita withdrawal syndrome juga disarankan untuk menerapkan gaya hidup sehat.
Gaya hidup sehat tersebut dapat berupa pola makan sehat dengan gizi seimbang, rutin berolahraga, serta beristirahat dan meningkatkan kualitas tidur.
Mengatasi withdrawal syndrome akibat alkohol dan zat-zat terlarang lain (NAPZA) membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Karena itu, penderita perlu memiliki komitmen dan tekad yang kuat untuk menajalaninya.
Dukungan moral dari orang terdekat dan keluarga juga bisa membantu penderita untuk lebih semangat dalam mengatasi ketergantungannya.
Penderita pun bisa bergabung dalam support group untuk mendapatkan dukungan moral. Dalam konseling kelompok ini, para pengidap ketergantungan akan saling berbagi cerita mengenai perjuangan dan kesulitannya selama mengalami kecanduan maupun menjalani pengobatan.
Baca Juga
Withdrawal syndrome merupakan kondisi yang terjadi ketika seseorang berhenti menggunakan suatu zat tertentu yang menyebabkan kecanduan. Contohnya, saat Anda berhenti mengonsumsi kopi, alkohol, atau obat tertentu, kemudian merasa gelisah, lelah, maupun sakit kepala.
Bila gejala-gejala tersebut, Anda sebaiknya segera menghubungi dokter untuk mendapatkan saran dan penanganan gejala putus obat atau zat yang tepat.
Diperlukan komitmen yang kuat dan usaha keras dalam mengatasi kondisi ketergantungan. Jangan ragu untuk meminta dukungan dan bantuan dari keluarga maupun orang terdekat agar Anda tidak perlu melaluinya sendirian.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Bahaya narkoba bagi pelajar dapat merusak masa depannya. Baik jangka pendek atau panjang, dampak narkoba bagi kesehatan sangat merugikan, seperti mengundang penyakit jantung hingga kematian akibat overdosis.
Biasanya, orang jadi sering uring-uringan saat sedang banyak pikiran atau stres. Tapi ada hal-hal lainnya yang ternyata bisa membuat Anda marah-marah. Apa sajakah itu?
Efek samping rokok elektrik adalah meningkatkan tekanan darah, menimbulkan gangguan pada otak, menimbulkan penyakit paru, hingga membahayakan orang sekitar Anda.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved