logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Parenting

Obesitas pada Anak: Penyebab, Bahaya, dan Cara Mengatasinya

open-summary

Penyebab obesitas pada anak, di antaranya faktor keturunan, sering mengonsumsi makanan tidak sehat, jarang bergerak (tidak aktif), hingga kondisi medis tertentu. Kondisi medis ini perlu diwaspadai karena berpotensi menyebabkan masalah kesehatan pada si kecil.


close-summary

2023-03-25 15:14:31

| Asni Harismi

Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari

Obesitas pada anak ditandai dengan perut buncit

Baju yang tidak muat karena perut semakin membuncit bisa jadi tanda obesitas pada anak

Table of Content

  • Penyebab obesitas pada anak
  • Gejala obesitas pada anak
  • Dampak obesitas pada anak
  • Cara mengatasi obesitas pada anak
  • Cara mencegah obesitas pada anak

Anak gemuk memang tampak menggemaskan, tapi orangtua patut waspada ketika kelebihan berat badan berubah menjadi obesitas. Pasalnya, obesitas pada anak dapat membuatnya lebih rentan terkena berbagai masalah kesehatan berbahaya.

Advertisement

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut obesitas pada anak sebagai salah satu tantangan kesehatan yang paling serius di abad ke-21 ini. Tercatat pada tahun 2016, anak obesitas di dunia berjumlah lebih dari 41 juta, dan hampir setengahnya berada di Asia.

Tidak semua anak yang terlihat besar menderita obesitas. Untuk mengetahui anak obesitas atau tidak, Anda dapat meminta bantuan dokter untuk melakukan pengecekan menggunakan grafik pertumbuhan, perhitungan indeks massa tubuh, dan bila perlu menjalani tes lain sesuai kondisi anak.

Penyebab obesitas pada anak

Di Indonesia, salah satu kasus anak obesitas yang paling banyak disorot adalah kasus Arya Permana yang sempat memiliki bobot 192 kg saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Arya mengaku bisa mengalami obesitas karena porsi makan yang berlebihan.

Secara garis besar, obesitas pada anak memang disebabkan  konsumsi kalori dan makanan mengandung lemak yang terlalu banyak. Di sisi lain, kurangnya aktivitas fisik si kecil juga dinilai sangat berpengaruh terhadap kondisinya sehingga bisa menyebabkan obesitas.

Meskipun demikian, ada beberapa penyebab dan faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak, yaitu:

1. Faktor keturunan

Anak yang lahir dari keluarga penyandang obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama.

Hal ini juga banyak dipengaruhi oleh kebiasaan dalam keluarga yang senang mengonsumsi makanan tinggi kalori, serta tidak diimbangi dengan semangat melakukan banyak aktivitas fisik.

2. Psikologis anak

Anak yang memiliki masalah psikis dapat menjadikan makanan sebagai pelarian. Ia bisa saja makan tanpa henti ketika merasa stres atau bosan.

Jika orangtua tidak mencegahnya, masalah ini berpotensi besar dapat menyebabkan obesitas pada anak.

3. Mengonsumsi makanan tidak sehat

Mengonsumsi berbagai makanan yang tidak sehat juga dianggap sebagai penyebab obesitas pada anak.

Dalam beberapa kalangan masyarakat, orangtua kerap memberikan anak makanan siap saji, makanan beku, mie instan, atau biskuit yang praktis didapat dan tidak cepat basi.

Perilaku ini juga bisa didukung oleh ketidaktahuan orangtua bahwa makanan-makanan tersebut justru dapat meningkatkan potensi obesitas anak.

4. Jarang bergerak

Menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak banyak bergerak, seperti bermain gawai atau menonton televisi, juga dapat memicu obesitas. 

Anak-anak yang jarang bergerak lebih mungkin mengalami kenaikan berat badan yang tinggi karena tidak banyak melakukan aktivitas yang membakar kalori. 

5. Masalah sosial

Dikutip dari Medicine Net, anak kelebihan berat badan atau obesitas juga dapat disebabkan oleh masalah sosial yang terjadi di lingkungannya.

Misalnya, kurangnya uang untuk membeli makanan sehat atau minimnya tingkat keamanan di lingkungan sekitar sehingga anak tidak bisa berolahraga di luar rumah.

6. Penyakit tertentu

Terdapat beberapa penyakit yang dianggap bisa menjadi penyebab anak gemuk atau obesitas, misalnya hipotiroidisme, resistensi insulin, sindrom ovarium polikistik (PCOS), sindrom Cushing, hingga sindrom Prader-Willi.

Obesitas umumnya terjadi karena gabungan beberapa faktor risiko. Ketika bobot anak meningkat drastis dan divonis obesitas, risikonya mengalami berbagai dampak obesitas yang berbahaya juga semakin meningkat.

Untuk menentukan apakah anak mengalami obesitas atau tidak, Anda dapat melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT).

Gejala obesitas pada anak

Dikutip dari Very Well Health, terdapat beberapa gejala obesitas pada anak yang patut diwaspadai, di antaranya:

  • Munculnya stretch mark di punggung hingga panggul
  • Munculnya akantosis nigrikans (kulit gelap di sekitar leher dan area lainnya)
  • Sleep apnea (terhentinya pernapasan sementara saat tidur)
  • Sembelit
  • Pubertas dini pada anak perempuan dan terlambat pubertas pada anak laki-laki
  • Menderita penyakit refluks gastroesofagus (GERD)
  • Peneumpukan lemak (terutama di daerah dada)
  • Sesak napas ketika melakukan aktivitas fisik.

Berbagai gejala obesitas di atas tentunya dapat mengganggu kualitas hidup anak. Maka dari itu, orangtua perlu membantu si kecil untuk mengatasi masalah obesitas yang dialaminya.

Jika Anda menemukan berbagai gejala obesitas pada bayi atau anak di atas, segera periksakan si kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dampak obesitas pada anak

gambar anak obesitas
Gambar anak obesitas

Dampak obesitas pada anak dapat terjadi dalam jangka pendek maupun panjang. Masalah kesehatan yang mungkin terlihat dalam jangka pendek, antara lain:

  • Tekanan darah dan kolesterol tinggi yang membuat anak rentan terkena penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung atau stroke
  • Resistensi insulin yang mengarah pada diabetes tipe 2
  • Masalah pernapasan, seperti asma dan henti napas ketika tidur (sleep apnea)
  • Masalah persendian, seperti nyeri saat bergerak
  • Pembengkakan hati, batu ginjal, hingga penyakit GERD.

Dari segi psikologis, dampak obesitas juga dapat membuat anak mengalami kecemasan hingga depresi. Selain itu, mereka juga dapat memiliki kepercayaan diri rendah karena mengalami perundungan dan stigma sebagai anak yang obesitas.

Obesitas pada anak sangat erat hubungannya dengan disabilitas hingga kematian dini pada anak. Ketika anak divonis obesitas, kondisi ini biasanya menetap hingga dewasa sehingga membatasi ruang gerak dan membuatnya menderita penyakit kronis di usia dini.

Dalam beberapa kasus, beberapa penyakit baru muncul saat anak beranjak remaja, seperti:

  • Penyakit kardiovaskuler, terutama sakit jantung dan stroke
  • Diabetes
  • Kelainan muskuloskeletal, terutama osteoartritis
  • Baca Juga

Berbagai bahaya obesitas pada anak tersebut tidak boleh diremehkan. Segera berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk memulai perencanaan diet.

Cara mengatasi obesitas pada anak

Program penurunan berat badan anak tidak boleh dilakukan sembarangan. Sebaiknya, Anda berkonsultasi pada dokter untuk mendapat panduan yang tepat.

Di sisi lain, cara mengatasi obesitas pada anak dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat, seperti:

  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang

Pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi seimbang, terutama sayur-mayur dan buah. Hindari memberikan makanan tinggi lemak, kalori, dan gula; ataupun makanan cepat saji. Sajikan makanan dalam porsi yang sesuai untuk anak-anak agar ia tidak makan berlebihan.

  • Ajak anak berolahraga

Alih-alih hanya berdiam diri, ajaklah buah hati melakukan olahraga untuk anak SD yang menyenangkan, misalnya bersepeda atau berenang.

Anda juga bisa mengajaknya melakukan permainan, seperti lompat tali atau petak umpet, yang memungkinkan tubuhnya bergerak aktif. Selain itu, batasi waktu anak menatap layar karena dapat membuatnya malas bergerak.

  • Berikan dukungan untuk anak

Hindari berkomentar negatif tentang berat badan anak karena bisa menciptakan citra buruk pada tubuhnya sendiri. Sebaiknya, beri dukungan pada anak untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan berolahraga agar memiliki berat badan yang lebih sehat.

Butuh proses untuk mengatasi obesitas pada anak. Oleh sebab itu, Anda harus bersabar dan tetap fokus pada tujuan agar kondisi ini bisa terkendali.

Baca Juga

  • Kenali 14 Cara Mengurangi Nafsu Makan Berlebih Supaya Tidak Obesitas
  • Mengenal Penyakit Hidrosefalus pada Bayi, Bisakah Dicegah?
  • Mengenal Gejala Asma pada Anak dan Cara Mengatasinya

Cara mencegah obesitas pada anak

Ketika anak sudah obesitas, perlu waktu lama baginya untuk mengembalikan bobot tubuh idealnya. Oleh karena itu, WHO lebih menyarankan orangtua dan lingkungan sekitar untuk mengusahakan upaya pencegahan obesitas pada anak.

Rekomendasi umum WHO dalam pencegahan obesitas pada anak, yakni:

  • Meningkatkan konsumsi buah dan sayur, kacang-kacangan, serta makanan sehat lainnya
  • Membatasi konsumsi makanan yang kaya akan lemak jenuh dan menggantinya dengan lemak tak jenuh
  • Mengurangi konsumsi gula, baik pada makanan maupun minuman manis
  • Membuat anak lebih aktif bergerak.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membantu para orangtua di Indonesia untuk menghindari obesitas dengan panduan makanan anak yang disebut dengan traffic light diet.

Green/hijau adalah makanan yang boleh dimakan setiap hari, contohnya buah dan sayur, daging tanpa lemak, ikan, kacang-kacangan, roti gandum, susu rendah lemak, dan air.

Yellow/kuning makanan yang boleh dikonsumsi dalam porsi kecil, tetapi boleh untuk dikonsumsi setiap hari, yakni daging olahan rendah lemak dan garam, produk roti dan sereal olahan, susu tinggi lemak, serta kue dan biskuit rendah lemak dan gula.

Red/merah adalah makanan yang hanya boleh dimakan sekali seminggu, yang terdiri dari makanan yang mengandung rendah vitamin dan mineral tetapi tinggi kalori. Contohnya, lemak jenuh, gula dan garam, gorengan, daging olahan tinggi lemak, kue, minuman manis, serta cokelat.

Beberapa penelitian juga menunjukkan pencegahan obesitas dapat dimulai sejak bayi dengan memberikan ASI eksklusif. Membebaskan bayi dalam menyusu secara langsung disebut mengajarkannya untuk mengenali rasa lapar dan rasa kenyang.

Pada anak yang memiliki risiko obesitas, orangtua juga harus memerhatikan cara pemberian makan pada anak.

Hindari kebiasaan menyuapi anak sambil bermain atau menonton televisi karena dikhawatirkan membuatnya melampiaskan emosi dengan makan sehingga asupan kalorinya tidak terkontrol.

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar obesitas pada anak, jangan ragu untuk bertanya dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh di App Store atau Google Play sekarang juga.

Advertisement

penyakit anakobesitaskelebihan berat badan

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American Express