Walking corpse syndrome adalah kondisi yang membuat penderitanya merasa bahwa bagian tubuhnya sudah hilang, bahkan beberapa percaya bahwa dirinya sudah mati. Cara mengatasi kondisi yang dikenal dengan istilah sindrom Cotard ini dapat dengan menjalani terapi CBT, konsumsi obat-obatan tertentu, hingga terapi ECT.
2023-03-28 14:16:47
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Penderita walking corpse syndrome tidak memiliki semangat hidup karena merasa dirinya sudah mati
Table of Content
Depresi bisa memengaruhi pola pikir dan perilaku penderitanya. Bahkan, beberapa penderita depresi, khususnya yang sangat parah, merasa bahwa diri mereka maupun bagian tubuhnya sudah tidak berfungsi atau mati.
Advertisement
Jika Anda termasuk salah satu orang yang mengalaminya, kondisi langka ini dikenal dengan sebutan walking corpse syndrome. Ketika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini berpotensi menyebabkan komplikasi kesehatan pada penderitanya.
Walking corpse syndrome adalah kondisi yang membuat penderitanya berpikir bahwa bagian tubuhnya hilang, atau merasa dirinya sudah sekarat, tidak ada, dan mati. Kondisi yang dikenal dengan istilah sindrom Cotard ini terbilang sangat langka karena saat ini hanya diderita kurang lebih 200 orang di seluruh dunia.
Hingga kini, penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun, sindrom Cotard bisa saja muncul sebagai gejala dari kondisi medis yang memengaruhi otak, seperti:
Ada beberapa gejala yang umumnya ditunjukkan oleh penderita sindrom Cotard. Gejala yang muncul bisa memengaruhi kondisi psikologis maupun fisik dari penderitanya. Berikut sejumlah gejala walking corpse syndrome:
Gejala yang dirasakan oleh masing-masing penderitanya dapat berbeda satu sama lain. Untuk mencari tahu kondisi yang mendasarinya, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.
Apabila tak mendapatkan penanganan, walking corpse syndrome berpotensi menyebabkan beberapa komplikasi kesehatan pada penderitanya. Sebagai contoh, orang yang menderita kondisi ini mungkin akan mulai berhenti mandi dan merawat diri karena merasa sudah tidak hidup lagi.
Hal tersebut dapat membuat penderitanya dijauhi oleh orang-orang di sekitar dan berpotensi mengakibatkan munculnya perasaan depresi dan terisolasi. Di sisi lain, berhenti merawat diri juga bisa menyebabkan masalah kulit dan gigi.
Sementara itu, beberapa penderita sindrom Cotard dilaporkan berhenti makan dan minum karena percaya bahwa tubuh mereka tidak membutuhkannya. Hal ini tentunya bisa memicu kekurangan gizi.
Upaya bunuh diri juga seringkali terjadi pada penderita penyakit ini. Pikiran tersebut muncul karena penderitanya merasa bahwa tubuh mereka sudah mati.
Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi sindrom Cotard. Untuk mengatasi kondisi ini, dokter mungkin akan merekomendasikan terapi, memberikan obat tertentu, atau mengombinasikan antara kedua jenis pengobatan tersebut.
Beberapa cara mengatasi walking corpse syndrome yang bisa dilakukan, antara lain:
Dalam terapi perilaku kognitif, ahli kesehatan mental akan mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab munculnya pola pikir dan perilaku negatif pada penderita sindrom Cotard. Setelah itu, penderitanya akan diajarkan untuk merespons pemicunya dengan lebih positif dan rasional.
Dokter mungkin akan meresepkan sejumlah obat-obatan untuk membantu meredakan gejala. Beberapa obat yang mungkin akan diresepkan seperti antipsikotik, antidepresan, dan obat anti-kecemasan. Beberapa orang mungkin membutuhkan lebih dari satu jenis obat untuk mengontrol gejala.
Jika terapi CBT dan konsumsi obat tidak membantu, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan terapi elektrokonvulsif. Dalam terapi ini, dokter akan mengaliri otak dengan arus listrik kecil.
Cara ini bertujuan untuk mengubah kimia yang ada di dalam otak dan menghilangkan gejala. Beberapa penderitanya mungkin akan kehilangan ingatan usai menjalani terapi ECT.
Baca Juga
Walking corpse syndrome adalah kondisi yang membuat penderitanya merasa bahwa bagian tubuhnya sudah hilang, bahkan beberapa percaya dirinya sudah mati. Cara mengatasi kondisi yang dikenal dengan istilah sindrom Cotard ini dapat dengan menjalani terapi CBT, konsumsi obat-obatan tertentu, hingga terapi ECT.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Baby blues syndrome membuat penderitanya merasa cemas berlebihan dan sedih usai melahirkan. Cara mengatasi baby blues dengan berbicara ke pasangan, mencari udara segar, hingga meminta bantuan medis.
Putus asa merupakan salah satu gejala depresi yang perlu Anda waspadai. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu Anda mengatasi rasa putus asa.
Sesuai namanya, crippling depression berarti depresi yang melumpuhkan. Saking melumpuhkannya, episode depresi ini bisa membuat seseorang tidak bisa beraktivitas dengan normal.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved