Waham adalah salah satu gejala skizofrenia. Kondisi ini perlu diperiksa oleh dokter, sebab jika Anda berhalusinasi….
26 Sep 2020
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Waham adalah gejala psikotik yang muncul pada skizofrenia
Table of Content
Waham adalah salah satu tanda yang bisa ditemukan pada pengidap skizofrenia. Menurut Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Riskesdas) 2018, jumlah prevalensi penderita skizofrenia di dalam rumah tangga adalah 7 permil. Artinya di dalam seribu rumah tangga, ada 7 rumah tangga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia.
Advertisement
Skizofrenia adalah masalah kejiwaan yang membuat orang mengartikan kenyataan dengan cara yang tidak akurat. Menurut American Psychiatric Association, selain waham, pengidap skizofrenia juga mengalami halusinasi, kekacauan pikiran, bicara tidak teratur, kesulitan berpikir, dan kehilangan motivasi.
Waham serupa dengan penyakit pada umumnya. Waham memiliki penyebab maupun gejalanya. Namun, sebelum mengerti lebih lanjut mengenai waham, kenali pengertian waham terlebih dahulu.
Baca Juga
Waham adalah keyakinan keliru yang dianut penderita gangguan kejiwaan. Meski banyak bukti nyata yang menunjukkan adanya kesalahan, pengidap waham tetap bersikukuh bahwa apa yang dianut atau dipercayai itu benar.
Menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), waham adalah kepercayaan keliru dan dianut dengan kuat, yang diakibatkan kesalahan mengambil kesimpulan tentang kenyataan.
Keyakinan mengawur ini dipegang teguh terlepas dari kenyataan dan apa yang diketahui pasti oleh hampir semua orang serta didukung bukti-bukti kuat yang tidak terbantahkan.
Waham dapat dikategorikan sebagai gangguan psikotik, yaitu adanya kesulitan untuk mengenali dan membedakan kenyataan dan khayalan.
Waham memiliki faktor-faktor penyebabnya, sama seperti gangguan kesehatan pada umumnya. Secara umum, waham ditimbulkan akibat adanya faktor keturunan, kondisi otak, psikologis, dan lingkungan.
Penelitian yang diterbitkan pada jurnal American Journal of Medical Genetics memaparkan, waham ataupun gangguan psikotik pada umumnya bisa disebabkan akibat faktor genetik.
Jika ada kerabat generasi pertama, seperti hubungan orang tua dan anak ataupun saudara kandung, maka hal tersebut merupakan faktor menetap penyebab munculnya risiko waham pada seseorang.
Penelitian yang dikemukakan pada jurnal CNS Neuroscience and Therapeutics menemukan, penderita waham memiliki kelainan pada otak. Kelainan yang ditunjukkan adalah adanya permasalahan pada interaksi di bagian otak tertentu. Selain itu, zat otak dopamin pun juga menunjukkan aktivitas yang abnormal pada penderita waham.
Penyintas penyakit stroke juga mampu meningkatkan faktor penyebab waham. Sebab, stroke mampu merusak otak belahan kanan. Pada penelitian ini menunjukkan, waham muncul setelah adanya kerusakan otak bagian kanan.
Waham pasca-stroke ini bisa muncul tanpa riwayat riwayat masalah kesadaran, seperti delirium ataupun gangguan intelektual, seperti demensia.
Penelitian yang diterbitkan BMC Psychiatry menemukan fakta bahwa orang yang memiliki trauma di masa lalu juga menyebabkan munculnya waham. Penelitian ini memaparkan, sebelum merasakan waham, mereka terlebih dahulu terdiagnosis dengan gangguan kejiwaan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder).
Penyintas trauma yang mengidap PTSD terus-menerus menunjukkan gejala tambahan, seperti gejala psikotik, seperti waham. Hal ini menyebabkan mereka mengidap PTSD dengan fitur Psikotik Sekunder (PTSD-SP). Waham yang kambuh biasanya berkaitan dengan trauma di masa lalu.
Orang yang tinggal dan hidup dengan orang dengan waham juga rentan terkena risiko waham. Bahkan, hal ini menimbulkan fenomena shared psychotic disorders.
Biasanya, hal ini kerap terjadi pada pasangan yang telah hidup bersama menahun. Namun, penderita shared psychotic disorders cenderung pasif.
Bisa juga seseorang menderita waham jika berada di satu kelompok dengan pemimpin yang juga waham. Stres dan merasa terisolasi di lingkungan sosial pun menjadi pemicu shared psychotic disorder ini.
Baca Juga
Waham memiliki tanda-tanda yang bisa dikenali. Biasanya, tanda-tanda ini cukup khas dan bisa disadari, terutama orang lain di sekitarnya. Biasanya, waham bisa dikenali jika sudah berada pada fase gangguan waham menetap. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima, inilah gejala dari waham:
Selain itu, dalam buku Schizophrenia and Related Disorders, gangguan waham menetap biasanya diikuti dengan delusi yang berkepanjangan, bahkan seumur hidup.
Biasanya, diidap oleh orang dengan usia paruh baya ke atas. Dalam hal ini, orang dengan gangguan waham menetap memiliki pikiran dan perilaku yang terlihat normal, tetapi dalam menanggapi wahamnya, sikap dan tindakannya membahayakan.
Waham ternyata memiliki tipe yang beragam. Hal ini dibedakan berdasarkan perasaan apa yang dipercaya oleh pengidap waham.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima, inilah jenis-jenis waham:
Penderita waham erotomania merasa jika ada orang lain yang mencintai dirinya. Biasanya, orang yang dianggap mencintai dirinya adalah orang dengan status lebih tinggi. Namun, bisa juga orang tidak dikenal.
Penderita waham melebih-lebihkan kemampuannya, seolah-olah mereka memiliki bakat dan wawasan yang sangat mumpuni, atau bahkan merasa pernah membuat penemuan mutakhir. Ada juga yang merasa memiliki hubungan khusus dengan orang terkenal, tetapi ini jarang ditemui.
Penderita merasa pasangannya atau orang lain selalu berselingkuh atau tidak setia. Biasanya, mereka langsung membuat kesimpulan yang tidak tepat, yang didukung oleh bukti yang meleset, seperti menjumpai pakaian pasangan yang kusut sebagai tanda jika pasangannya pernah berselingkuh.
Penderita biasanya merasa dihantui oleh ancaman, misalnya dimata-matai seseorang untuk dibunuh, merasa ada penguntit yang ingin meracun, atau menghalangi tujuan jangka panjangnya. Biasanya, mereka membesar-besarkan hal-hal yang dianggap melecehkan mereka.
Bahkan, tak jarang, mereka kerap mengambil tindakan hukum berkali-kali. Penderita juga sering meluapkan kemarahan. Mereka bahkan juga melakukan tindak kekerasan terhadap orang yang dianggap menyakiti.
Penderita seolah-olah merasakan sensasi tertentu pada tubuhnya. Bentuk waham yang paling umum dari waham somatik adalah mereka merasa tubuhnya mengeluarkan bau busuk.
Selain itu, mereka merasa tubuh mereka terjangkit parasit atau serangga. Mereka juga menganggap tubuh mereka cacat atau jelek dan salah satu bagian tubuh tidak berfungsi.
Waham lebih mudah dialami bagi beberapa orang tertentu. Dalam buku Delusional Disorder, orang yang merasa terkurung, iri, sinis dan tidak percaya, curiga, dan merasa harga dirinya rendah adalah faktor yang membuat seseorang rentan waham. Sebab, hal-hal tersebut membuat mereka membuat-buat atau mencari-cari penjelasan.
Dalam hal ini, khayalanlah yang digunakan sebagai penjelasan. Ketika seseorang tidak bisa membedakan kenyataan dan khayalan, inilah yang membuat seseorang mengalami waham.
Orang yang rentan terkena gangguan jiwa ini adalah orang yang terisolasi, seperti imigran dengan kendala bahasa atau penyandang difabel dengan gangguan pendengaran dan/atau penglihatan. Orang lanjut usia pun juga rentan terhadap waham.
Penderita waham biasanya ditangani dengan kombinasi dua perawatan, yaitu obat-obatan dan psikoterapi, yang dijalankan bersamaan.
Psikoterapi membuat pengidap mampu mengutarakan apa yang dirasakan dan memotivasi mereka agar bersikap lebih sehat.
Baca Juga
Terapi psikososial juga dipilih sebagai metode ampuh untuk mengatasi gangguan perilaku dan psikologis pada pengidap. Mereka belajar bagaimana mengontrol gejala, menyadari tanda-tanda dini saat kambuh, dan menyusun strategi untuk mencegah kambuh.
Inilah beberapa terapi psikososial yang biasa digunakan untuk penderita waham:
Obat-obatan yang dipilih biasanya berupa:
Waham adalah gangguan kejiwaan yang membuat penderita meyakini sesuatu yang salah walaupun ada banyak bukti yang menyatakan jika apa yang dipercaya salah. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan mengartikan dan mengambil kesimpulan yang berkaitan dengan kenyataan. Ada empat faktor penyebab waham, ada yang berasal dari diri sendiri hingga pengaruh dari luar.
Waham pun memiliki jenis-jenisnya sendiri. Hal ini bergantung pada perasaan apa yang muncul yang paling dipercaya oleh pengidap waham.
Selain memiliki faktor bawaan yang menyebabkan waham, ada pula orang-orang yang rentan terkena waham. Biasanya, orang-orang yang merasa terisolasi lah yang lebih mudah mengidap waham.
Waham bisa diatasi dengan cara terapi psikologi dan obat-obatan. Keduanya harus beriringan hasilnya maksimal.
Jika mengalami gejala-gejala di atas, segera konsultasi ke dokter spesialis kejiwaan.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Media sosial memiliki sisi baik dan buruk. Jika tidak digunakan dengan baik, Anda bisa saja mengalami dampak negatif media sosial, seperti bocornya informasi personal, menjadi terobsesi untuk mendapatkan ‘likes’, mengurangi waktu tatap muka, cyberbullying, menurunkan kemampuan bersosialisasi, membandingkan diri dengan orang lain hingga mengalami gangguan tidur.
Cari perhatian atau caper adalah tindakan atau perilaku seseorang yang ingin dipuji atau diperhatikan secara berlebihan. Penyebab caper dipicu oleh kesepian hingga gangguan mental tertentu.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik sama-sama dapat memberi pengaruh baik asal disikapi dengan cara yang tepat. Motivasi intrinsik merupakan dorongan dari dalam diri sendiri, sedang ekstrinsik dipengaruhi oleh faktor luar.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved