Vaksin Sputnik V asal Rusia sudah mendapat izin darurat atau EUA dari BPOM RI. Efikasi vaksin Sputnik dalam mencegah Covid-19 mencapai 91,6%. Sama seperti jenis vaksin Covid-19 lainnya, ada efek samping yang mungkin dialami beberapa orang setelah penyuntikan.
2023-03-17 03:58:56
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Vaksin Sputnik telah mendapat izin darurat atau EUA dari BPOM RI untuk usia 18 tahun ke atas
Table of Content
Program vaksinasi di Indonesia semakin gencar dilakukan pemerintah guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Ada sejumlah vaksin yang telah digunakan oleh pemerintah. Salah satu vaksin yang hendak digunakan dan baru saja mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yakni vaksin Sputnik V.
Advertisement
Simak ulasan selengkapnya mengenai vaksin Rusia dalam artikel berikut ini.
Vaksin Sputnik V adalah vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology, Rusia, sehingga dikenal juga sebagai Gam-COVID-Vac.
Vaksin Sputnik dibuat dengan cara memasukkan protein spike dari virus SARS-CoV-2 yang sudah dinonaktifkan ke dalam virus flu biasa yang tidak berbahaya (adenovirus).
Melansir studi yang dipublikasi di Lancent, vaksin ini menggunakan pendekatan adenovirus berbeda, yakni adenovirus 26 (Ad26) dan adenovirus 5 (Ad5) pada dosis pertama dan kedua, untuk mengirimkan kode genetik protein virus corona ke dalam manusia.
Berikut adalah sejumlah fakta mengenai vaksin Sputnik asal Rusia, termasuk cara kerja, hasil uji klinis, dan izin darurat yang telah dikeluarkan oleh BPOM RI.
Saat disuntikkan ke tubuh, adenovirus yang telah dimodifikasi akan membawa elemen protein SARS-CoV-2 ke dalam sel tubuh. Nantinya, sistem imun akan melakukan proses identifikasi terhadap protein tersebut.
Setelah virus berhasil dikenali, sistem imun dapat membentuk antibodi untuk melakukan perlawanan.
Dengan demikian, di masa mendatang antibodi dapat mengenali dan melawan virus corona SARS-CoV-2 asli yang masuk ke tubuh. Anda pun dapat terhindar dari Covid-19.
Menurut jurnal yang dimuat dalam Lancet, vaksin Sputnik telah melewati uji klinis fase 3 yang melibatkan kurang lebih 40 ribu orang di Rusia.
Peserta uji klinis vaksin Sputnik terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 18 tahun hingga 60 tahun ke atas.
Mereka merupakan orang-orang yang belum pernah terinfeksi Covid-19, tidak ada kontak erat dengan pasien Covid-19, tidak memiliki alergi terhadap kandungan vaksin ini, serta tidak sedang mengalami penyakit infeksi pernapasan.
Sekitar 24% dari penerima vaksin, di antaranya merupakan orang-orang dengan penyakit kronis bawaan atau komorbid, seperti diabetes, hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung iskemik.
Berdasarkan uji klinis yang telah dilakukan, vaksin Sputnik menunjukkan efek perlindungan yang kuat pada semua kelompok usia.
Hasil uji klinis juga memperlihatkan bahwa sistem kekebalan tubuh sudah akan memproduksi antibodi terhadap virus penyebab Covid-19 setelah 18 hari sejak dosis pertama diberikan.
Data uji klinis fase 3 menyebutkan efikasi atau tingkat efektivitas vaksin Sputnik dalam mencegah Covid-19, yakni mencapai 91,6%, dengan rentang confidence interval 85,6% - 95,2%.
Pemerintah Republik Indonesia melalui BPOM sudah mengeluarkan izin darurat atau Emergency Use of Authorization (EUA) terhadap vaksin Sputnik V asal Rusia setelah melakukan uji klinis.
Sama seperti proses pemberian EUA pada vaksin Covid-19 sebelumnya, pemberian izin darurat ini telah melalui kajian intensif oleh BPOM bersama Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19 dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).
Penilaian terhadap data mutu vaksin ini juga telah mengacu pada pedoman evaluasi mutu vaksin yang berlaku secara internasional.
Vaksin Sputnik V di Indonesia dapat digunakan mencegah penularan SARS-CoV-2 untuk orang berusia 18 tahun ke atas.
Vaksin diberikan dalam 2 dosis penyuntikan melalui injeksi intramuskular (IM) dengan dosis masing-masing 0,5 ml, dalam rentang waktu 3 minggu (21 hari).
Sebagai informasi, vaksin Rusia ini termasuk dalam kelompok vaksin yang memerlukan penyimpanan pada kondisi suhu khusus, yaitu pada suhu -20 Celcius ± 2 Celcius.
Seperti halnya vaksin Covid-19 pada umumnya, ada risiko efek samping ringan hingga sedang yang mungkin terjadi setelah penyuntikan vaksin Sputnik Rusia.
Berdasarkan hasil uji klinis fase 3, efek samping vaksin Sputnik Rusia yang umum terjadi, yakni:
Jika Anda mengalami efek samping vaksin Sputnik V yang serius, reaksi alergi, atau efek samping yang tidak hilang dalam beberapa hari setelah penyuntikan, segera hubungi dokter.
Bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan orang dengan penyakit penyerta tertentu, alangkah baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mendapatkan vaksin Sputnik.
Bertambahnya jenis vaksin Covid-19, yaitu vaksin Sputnik di Indonesia, yang sudah memperoleh EUA dari BPOM, niscaya langkah ini dapat semakin membantu pemerintah dalam mencapai herd immunity.
Tentunya, vaksin Rusia dan jenis-jenis vaksin Covid-19 lainnya, seperti vaksin Sputnik dan vaksin-vaksin COVID-19 lainnya, seperti Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer-BioNTech, diharapkan bisa menjadi solusi untuk menghentikan pandemi ini.
Akan tetapi, masyarakat juga diminta untuk tidak lengah walaupun sudah menerima vaksin Covid-19. Sebab, pemberian vaksin tetap harus disertai dengan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus corona.
Jika masih punya pertanyaan seputar vaksin Sputnik V atau vaksin Covid-19 lainnya, Anda bisa bertanya dengan dokter lewat aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya sekarang melalui App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Menjaga daya tahan tubuh merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan di masa pandemi. Tips agar sistem imunitas tetap terjaga antara lain dengan menerapkan pola makan sehat, rutin berolahraga, dan konsumsi suplemen.
Dexamethasone adalah obat radang yang disebut-sebut dapat mengobati Covid-19, menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan di Inggris. Namun, benarkah dexamethasone efektif dalam mengobati pasien Covid-19?
Studi terbaru menunjukkan pasien sembuh dari corona mempunyai imunitas selama 5-7 bulan. Baca ulasan lengkap mengenai kekebalan tubuh dari coronavirus, dan tes yang perlu dijalani pasien yang sembuh dari corona.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved