Belum ada bukti kuat bahwa vaksin COVID-19 sebabkan gangguan siklus haid. Jika pun ada, itu hanya berlangsung sementara.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
26 Jun 2021
Belum ada bukti kuat vaksin COVID-19 sebabkan gangguan siklus menstruasi
Table of Content
Sejak awal tahun 2021, perbincangan seputar vaksin COVID-19 selalu menjadi topik utama. Banyak yang berharap bisa mendapat imunitas dari vaksin ini, namun di saat yang sama tak sedikit yang punya kekhawatiran akan efek sampingnya. Salah satunya khawatir dapat membuat siklus menstruasi berantakan.
Advertisement
Faktanya, hingga kini belum ada penelitian yang membuktikan bahwa vaksin COVID dapat berdampak pada siklus haid seseorang. Jika ada perubahan pun, itu hanya berlangsung sementara.
Adanya temuan vaksin COVID-19 menjadi harapan untuk menciptakan kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2. Inilah virus yang menggemparkan dunia secara global sejak awal tahun 2020 dan belum mereda hingga setahun berikutnya.
Mungkin vaksin yang masih terus dikembangkan ini tidak serta merta menciptakan kekebalan. Hanya saja, setidaknya ketika terinfeksi virus COVID-19, dampaknya tidak terlalu signifikan.
Orang yang sudah mendapatkan vaksin COVID-19 bisa mengalami Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI). Bentuknya beragam dan bisa berbeda-beda antara satu individu dan lainnya.
Hanya saja, penelitian tentang pengaruh vaksin COVID terhadap siklus menstruasi masih sangat terbatas. Belum ada yang menghubungkan secara langsung dan memasukkannya sebagai efek setelah mendapatkan vaksinasi.
Jika ada laporan siklus menstruasi berantakan pun, ini hanya berdasarkan tindakan individu saja dan bukan proses terstruktur. Keluhan yang pernah muncul seperti volume darah haid lebih banyak serta siklus menstruasi berantakan.
Lebih detail lagi, berikut faktanya seperti yang tercantum dalam British Medical Journal:
Lagi-lagi, belum ada penelitian yang secara pasti menghubungkan perubahan siklus menstruasi dengan vaksin COVID-19. Terlebih, ada banyak faktor lain yang juga turut berdampak pada siklus menstruasi seseorang.
Terlepas dari vaksin, pada dasarnya sekitar 5-35% perempuan bisa saja merasakan hal tak biasa dari siklus menstruasi mereka. Tim peneliti asal Korea Selatan dalam jurnal PLoS One mencatat perubahan ini meliputi:
Kondisi ini ditandai dengan siklus menstruasi lebih singkat atau lebih lama dari normal. Pemicunya bisa karena kondisi PCOS, radang panggul, obesitas, masalah tiroid, diabetes, gangguan makan, stres, aktivitas fisik berlebih, hingga penggunaan alat kontrasepsi seperti IUD.
Ada beberapa hal yang berpotensi menyebabkan volume darah haid berubah, baik menjadi lebih banyak maupun sedikit. Contohnya fibroid rahim, endometriosis, adenomiosis, komplikasi kehamilan, obesitas, kanker serviks, gangguan perdarahan, hingga konsumsi obat pengencer darah.
Baca Juga
Selain itu, perhatikan pula bahwa stres akibat pandemi global juga sangat mungkin berpengaruh pada siklus menstruasi. Ada banyak hal yang bisa memicu stres ini, seperti:
Berbeda dengan vaksin COVID-19, ada penelitian dan studi yang mengonfirmasi hubungan antara stres dengan tidak teraturnya siklus menstruasi. Contohnya studi dari Saudi Medical Journal menyebutkan bahwa stres tingkat tinggi bisa membuat siklus menstruasi terlewat, haid terasa lebih nyeri, hingga terjadinya gejala PMS.
Tak hanya itu. Sebelumnya studi oleh tim dari Australian Institute of Sport Female Performance & Health Initiative juga menemukan fakta serupa. Mereka meneliti perubahan siklus menstruasi pada atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade Tokyo 2021.
Dalam penelitian yang dilakukan sejak April 2020 ini, 1 dari tiap 5 atlet merasakan perubahan siklus haid di masa pandemi. Ada yang terjadi karena perubahan frekuensi dan intensitas latihan. Namun, tak menutup kemungkinan faktor psikologis seperti stres juga mengambil peran.
Baca Juga
Bagi yang merasakan perubahan siklus menstruasi setelah mendapatkan vaksin COVID-19, jangan langsung panik. Biasanya, ini hanya perubahan yang berlangsung sementara dan akan kembali normal pada periode berikutnya.
Namun apabila siklus menstruasi berantakan terus terjadi, ada baiknya konsultasi langsung dengan ahlinya. Hanya saja perlu dicatat bahwa hingga kini tidak ada hubungan langsung antara pemberian vaksin COVID terhadap siklus menstruasi seseorang.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar faktor lain yang berpengaruh terhadap perubahan siklus haid seseorang, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Vaksin Moderna dibuat menggunakan metode mRNA, seperti vaksin Pfizer. Bisa digunakan untuk individu berusia di atas 18 tahun dan diberikan sebanyak dua kali dengan selang waktu satu bulan.
18 Jul 2021
Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 terdeteksi di Bali. Subvarian ini dianggap memiliki potensi lebih menular daripada subvarian Omicron sebelumnya, tapi tidak menyebabkan kesakitan yang lebih parah.
13 Jun 2022
Pembalut, tampon, dan menstrual cup adalah tiga produk pilihan yang bisa digunakan oleh wanita saat sedang menstruasi. Ketiganya memiliki bentuk dan cara pemakaian yang berbeda, serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
22 Okt 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved