Ulkus mole merupakan suatu penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus ducreyi. Pengobatan ulkus mole yang utama adalah antibiotik.
5
(2)
9 Mei 2019
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Ulkus mole dapat diobati dengan antibiotik, tetapi kini muncul resistensi.
Table of Content
chancroid atau ulkus mole adalah suatu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus ducreyi. Penyakit in dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan, yang menyebabkan luka terbuka yang nyeri pada alat kelamin. Luka terbuka ini menjadi pintu masuk bagi kuman lain untuk menginfeksi tubuh. Salah satu contoh yang paling penting adalah HIV.
Advertisement
Pengobatan penyakit ulkus mole yang utama adalah antibiotik. Namun, kini sudah banyak ditemukan resistensi antibiotik dalam pengobatannya. Salah satu studi yang meneliti resistensi kuman ulkus mole menemukan adanya kuman Haemophillus ducreyi yang resisten terhadap antibiotik. Kuman ini ditemukan resisten terhadap sebagian besar antibiotik yang ada, seperti penisilin, karbapenem, eritromisin, kanamisin, kloramfenikol, trimetoprim, dan tetrasiklin.
Saat ini, antibiotik untuk ulkul mole yang direkomendasikan adalah azitromisin, ceftriaxone, atau ciprofloxacin. Namun ternyata, sudah ditemukan juga kasus ulkus mole yang resisten terhadap pengobatan ciprofloxacin. Sayangnya, belum ada studi tentang pola resistensi kuman Haemophillus ducreyi di Indonesia.
Perlu diingat, hingga saat ini belum ditemukan antibiotik baru yang efektif melawan kuman-kuman yang resisten. Penemuan terakhir antibiotik baru adalah di tahun 1980-an. Kita hanya bisa bergantung pada antibiotik yang sudah ada untuk mengobati ulkus mole.
Masyarakat dunia harus berterima kasih kepada Sir Alexander Fleming atas penemuannya yang menyelamatkan jutaan umat manusia, yaitu antibiotik pertama berupa penisilin. Sejak saat itu, puluhan antibiotik ditemukan. Namun sayangnya, kuman-kuman ini mampu beradaptasi terhadap serangan antibiotik dan membentuk kekebalan, yang kemudian berubah menjadi superbug.
Jika seseorang dicurigai mengidap suatu penyakit infeksi, idealnya dilakukan pemeriksaan kultur darah untuk menemukan secara pasti kuman penyebab infeksi. Tes resistensi antibiotik kemudian dilakukan untuk mengetahui antibiotik yang efektif membunuh kuman. Setelah itu, barulah antibiotik yang sesuai diberikan. Akan tetapi, hal ini cenderung sulit dilakukan untuk ulkus mole karena beberapa alasan berikut:
Kita dapat berperan aktif dalam mencegah resistensi terhadap penyakit ini. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
Jika menemukan luka pada penis atau keluar cairan dari penis yang tidak normal, segera berkonsultasi dengan dokter. Mungkin ada rasa malu karena ini menyangkut hal yang sensitif. Tapi ingat, semakin cepat ulkus mole diobati dengan tepat, tingkat kesembuhannya semakin besar,
Jika diresepkan antibiotik, habiskan sesuai pesan dokter walaupun mungkin gejalanya sudah tidak dirasakan lagi. Dengan menghabiskan antibiotik, kuman dipastikan mati seluruhnya dan tidak ada yang dorman (tidur) di dalam tubuh.
Memberitahu pasangan seksual tentang PMS yang diderita bukanlah hal mudah, tapi wajib dilakukan. Jika Anda sudah sembuh, tapi pasangan belum diobati, besar kemungkinan untuk tertular kembali setelah hubungan seksual. Dengan demikian, Anda dianjurkan untuk memberitahu pasangan jika Anda memiliki IMS apapun.
Tidaklah bijak untuk berbagi obat kepada orang lain karena penyakitnya bisa jadi tidak sama meskipun gejalanya mirip.
Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Praktikkan hubungan seksual yang aman untuk hindari ulkus mole dan penyakit menular seksual lainnya.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar ulkus mole maupun kondisi kesehatan keluarga Anda, tanyakan langsung kepada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Mekanisme kerja antibiotik dalam membunuh bakteri adalah dengan menghancurkan dinding tubuh bakteri, mengganggu proses reproduksi bakteri, dan menghentikan produksi protein dari bakteri.
Radang tenggorokan mengakibatkan penderita sulit menelan, bahkan hingga demam dan rasa tidak nyaman di sekitar tenggorokan. Penyebab radang tenggorokan bisa berasal dari banyak hal, namun tidak semuanya memerlukan antibiotik radang tenggorokan.
Antibiotik untuk sinusitis memang diperlukan untuk infeksi akibat bakteri. Sementara itu, sinusitis yang berkaitan dengan infeksi virus ternyata tidak membutuhkan antibiotik.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Jeng Yuliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved