Beberapa ucapan orang tua yang bisa mengganggu psikologis anak antara lain yang membandingkan anak dengan orang lain, terlalu sering memuji, memaksa anak untuk baik-baik saja, hingga menganggap anak tidak bisa melakukan tugasnya.
24 Feb 2022
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Ucapan orang tua yang bisa mengganggu psikologis anak bisa bertahan hingga dewasa
Table of Content
Ucapan orang tua bisa memberikan pengaruh besar pada psikologis anak. Jika sampai salah ucap, bukan tidak mungkin hal tersebut bisa membuat Anda merasa kurang nyaman hingga akhirnya berdampak pada kesehatan mentalnya.
Advertisement
Ucapan orang tua yang dapat mengganggu psikologis anak tidak hanya bisa terlontar dalam kondisi penuh kekesalan atau kemarahan. Adakalanya ucapan yang dilontarkan sebagai pujian namun dengan pilihan kata atau cara penyampaian yang salah juga bisa berdampak buruk untuk kesehatan mental anak.
Berikut ini ucapan orang tua yang sebaiknya dihindari karena dapat mengganggu priskologi anak:
Saat anak sedang aktif-aktifnya dan senang mencoba hal baru, banyak orangtua yang akan sering sekali mengucapkan kata hati-hati kepada si kecil. Meski tidak dilarang, tapi Anda disarankan untuk tidak terlalu sering mengucapkan kata-kata tersebut.
Melansir dari Harvard Health Publishing, seorang psikiater anak bernama Dr. Joshua Sparrow mengatakan bahwa anak belajar makna dari suatu kata melalui konteks. Sehingga jika kata tersebut diucapkan di konteks yang berbeda-beda, maka akan kehilangan maknanya.
Artinya, Anda disarankan untuk mengucapkan kalimat peringatan tersebut saat anak benar-benar sedang dalam bahaya.
Jika Anda terlalu sering mengucapkannya ketika ia sedang berkegiatan yang biasa anak-anak lakukan, misalnya bermain panjat tali di taman bermain, maka kemungkinan besar dia malah akan gagal melakukannya.
Maka, daripada mengatakan hati-hati setiap kali anak melakukan sesuatu, sebaiknya dampingi lah anak dari dekat ketika ia beraktivitas tanpa berkata apa pun. Pastikan Anda selalu siaga mengawasinya dan segera bertindak saat anak terlihat terancam bahaya.
Jika Anda ingin anak lebih berhati-hati, berikan instruksi secara detail, seperti misalnya: “Tetaplah bermain di dalam pagar”, “Pegangan yang erat selama permainan”, atau “Pakai helm saat bersepeda”. Meskipun demikian, pendampingan dan pengawasan tidak boleh diabaikan.
Terlalu sering mengatakan “jangan mengganggu!”, “Mama sedang sibuk,” atau kalimat lain yang serupa akan membuat anak merasakan penolakan dan berpikir tidak ada gunanya mendatangi atau bicara dengan Anda.
Ini adalah ucapan orangtua yang mengganggu psikologi anak dan bisa membuatnya semakin enggan bercerita seiring bertambahnya usia.
Saat anak terlihat kesulitan, kebingungan atau terlalu gugup untuk melakukan sesuatu, seringkali orangtua memilih untuk melakukan semuanya untuk mereka agar cepat selesai. Kebiasaan ini akan menghambat kemandirian dan kemampuan anak dalam mengatasi masalah.
Oleh karena itu sebaiknya gunakan kalimat positif untuk membantunya, seperti: “Kamu mungkin gugup, tapi Mama tahu kamu bisa melakukannya. Mama ada di sini untuk mendukungmu.”
Berbagai bentuk kalimat yang membandingkan Si Kecil dengan orang lain bisa menjadi ucapan orangtua yang mengganggu psikologis anak. Membandingkannya terang-terangan akan menyiratkan Anda berharap anak tidak seperti saat ini.
Melakukan perbandingan bisa membuatnya menjadi tidak percaya diri. Ini juga bisa menumbuhkan kebencian dan membuatnya tidak mengikuti saran Anda karena dia ingin memberontak.
Kalimat untuk meminta anak menghindari perasaan negatif seperti: “kamu tidak apa-apa”, “jangan menangis”, “tidak usah sedih” dan kalimat serupa lainnya, sebaiknya tidak terlalu sering diucapkan.
Anda mungkin bermaksud menghibur dan menenangkannya, tetapi yang harus dilakukan adalah membuat anak mengenali perasaan tersebut serta cara mengatasinya.
Sebaiknya berikan kenyamanan dengan memeluknya, dan mengakui bahwa perasaan sedih mereka beralasan. Lalu, beritahu ia cara untuk mengatasinya.
Contoh kalimat yang ideal untuk anak dalam konteks ini salah sautnya: “Habis jatuh pasti rasanya sakit ya, ayo kita obati dulu lukanya agar lekas sembuh.”
Setiap anak memiliki kemampuan dan kebiasaan yang berbeda. Saat anak lebih lambat bergerak dari yang lain, memintanya bergegas hanya akan membuatnya terdesak serta meningkatkan rasa bersalah, stres dan tidak berdaya.
Maka sebaiknya gunakan kalimat lain yang lebih tepat, seperti “ayo kita jalan lebih cepat,” untuk menunjukkan bahwa kalian berada dalam kecepatan yang sama, atau bertanya dengan kalimat “apa yang bisa papa atau mama bantu?”. Dengan begitu, Si Kecil bisa menyelesaikan tugasnya lebih cepat.
Berbagai jenis kalimat ancaman berpotensi menjadi ucapan orang tua yang mengganggu psikologis anak.
Jika Anda sering mengancam memotong uang jajan, mengurungnya di kamar, atau mengancam akan mencubitnya, maka lama kelamaan nilai ancaman tersebut akan berkurang dan membuat Anak justru tidak mendengarkan perkataan Anda dengan baik.
Selain itu, mengancam telah terbukti menjadi cara yang tidak efektif untuk mengubah perilaku. Seringnya anak mendapatkan ancaman dapat membuat mereka tidak lagi menghiraukannya.
Memperhatikan berat badan tentu tidak ada salahnya. Tetapi jika anak selalu melihat Anda mengecek timbangan berkali-kali dan mengeluh tentang tubuh yang “gemuk” maka ini mungkin mendorong anak mengembangkan citra tubuh yang tidak sehat dan membuat Anak jadi sulit menerima dirinya sendiri.
Memberi label negatif pada anak seperti kamu itu memang nakal, kamu benar-benar pemalas atau lain sebagainya juga bisa menjadi ucapan orangtua yang mengganggu psikologis anak. Anak cenderung mempercayai apa yang mereka dengar, termasuk pendapat tentang diri mereka sendiri.
Memberi label negatif atau melakukan labeling pada anak bisa mendorongnya menjadi seperti yang dituduhkan. Jika ingin mengoreksi perilaku anak, sebaiknya berikan pemahaman tanpa menyematkan kata sifat yang negatif.
Memberikan pujian atas pencapaian anak tentu adalah hal yang baik. Tetapi, hal ini bisa memberikan dampak negatif bahkan bisa menjadi ucapan orangtua yang mengganggu psikologis anak jika diucapkan terlalu sering tanpa konteks yang jelas atau dilontarkan begitu saja untuk setiap perbuatannya.
Anak yang terlalu sering mendapatkan pujian kosong bisa menjadi bergantung pada pujian saat melakukan sesuatu ketimbang motivasi diri. Terlebih lagi jika pujian diberikan secara umum atas semua perbuatan mereka, hal ini akan kehilangan maknanya.
Maka dari itu hanya berikan pujian pada saat anak benar-benar telah berusaha melakukan sesuatu, berikan pujian yang lebih spesifik dan hanya memuji perbuatannya, bukan orangnya.
Contohnya jika si kecil sudah berlatih keras untuk bernyanyi dan melawan rasa gugupnya, tidak ada salahnya memberikan pujian: “Wah bagus sekali sudah berani bernyanyi di depan kelas dan juga mengingat semua liriknya.”
Baca Juga
Menjadi orang tua memang tidak mudah, namun bukan berarti Anda tidak bisa belajar bersama anak. Dengan mengenali beberapa ucapan orangtua yang dinilai bisa mengganggu psikologis anak, maka ke depannya diharapkan interaksi Anda dan buah hati menadi lebih sehat.
Jika Anda punya pertanyaan seputar pola asuh anak, konsultasikan langsung dengan psikolog anak maupun dokter anak secara online lewat fitur Chat Dokter di aplikasi kesehatan SehatQ. Unduh gratis di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Plastisitas otak erat kaitannya dengan prinsip otak dan prinsip belajar. Konsep plastisitas otak menjelaskan otak manusia terus berkembang selama terus distimulasi.
Baik karena faktor usia dan posisi sebagai orang yang lebih berpengalaman, sering kali orangtua berlaku selalu merasa benar kepada anak. Ini kadang membuat Anda sebagai anak kesal. Berikut cara menghadapi orangtua yang selalu merasa benar.
Di antara banyaknya pilihan kado untuk ayah, Anda dapat memberikan barang yang dapat menyehatkan fisik maupun mentalnya seperti rekomendasi berbagai kado berikut ini.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved