Trauma akustik adalah cedera pada telinga bagian dalam akibat paparan suara dengan desibel tinggi. Umumnya, acoustic trauma terjadi setelah paparan suara sangat keras.
2023-03-18 10:29:38
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Trauma akustik bisa terjadi karena mendengar suara dengan desibel tinggi
Table of Content
Trauma akustik adalah cedera pada telinga bagian dalam akibat paparan suara dengan desibel tinggi. Umumnya, acoustic trauma terjadi setelah paparan suara sangat keras. Selain itu, trauma ini juga bisa terjadi karena berada di lingkungan dengan suara desibel signifikan dalam jangka panjang.
Advertisement
Tak hanya itu, beberapa jenis cedera pada kepala juga bisa memicu trauma akustik apabila gendang telinga pecah. Trauma pada telinga bagian dalam juga bisa memicu hal yang sama.
Apabila dokter mendeteksi seseorang mengalami gejala trauma akustik, maka akan ditelusuri lebih jauh lagi asal mulanya. Apakah terjadi akibat cedera atau paparan suara keras. Berbeda pemicu, maka akan lain pula penanganannya.
Lebih detail lagi, orang-orang dengan risiko cukup tinggi mengalami trauma akustik adalah mereka yang:
Lebih penting, ada tiga faktor yang berperan dalam terjadinya acoustic trauma, yaitu:
Ketika pemeriksaan terhadap orang dengan trauma akustik berlangsung, dokter akan memberikan estimasi jangkauan desibel suara normal sehari-hari, seperti 90 desibel untuk suara mesin berarti terlalu kencang.
Sementara suara di bawah 70 desibel dianggap aman untuk didengarkan sehari-hari, seperti ketika sekelompok orang sedang berdiskusi.
Fungsinya adalah untuk menilai apakah suara yang didengarkan sehari-hari merupakan faktor risiko terjadinya acoustic trauma hingga hilang pendengaran.
Gejala paling utama dari trauma akustik adalah hilang pendengaran. Contohnya ketika terjadi cedera pada telinga bagian dalam, maka sel-sel rambut sensitif akan kehilangan koneksinya dengan sel saraf yang bertugas mendengar.
Bahkan, struktur telinga juga bisa terdampak secara langsung akibat paparan suara kencang. Sebagai contoh, intensitas suara di atas 130 desibel dapat merusak microphone alami telinga yaitu organ Corti.
Bukan hanya itu, trauma akustik juga bisa membuat gendang telinga dan otot-otot di sekitarnya mengalami cedera.
Selain sulit mendengar suara bernada tinggi dan perlahan juga suara bernada rendah, gejala utama dari trauma akustik adalah tinnitus. Ini adalah kondisi ketika seseorang mengalami telinga berdengung. Biasanya, mereka menyadari hal ini ketika berada di lingkungan hening.
Pemicu lain terjadinya tinnitus adalah konsumsi obat dan perubahan pada pembuluh darah. Tinnitus bisa terjadi secara kronis. Ketika tinnitus berlangsung dalam jangka panjang, maka besar kecurigaan seseorang mengalami trauma akustik.
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan bertanya suara bising apa yang sering didengar sehari-hari. Selain itu, ada juga alat audiometri yang bisa mendeteksi gejala-gejala acoustic trauma. Dalam tes ini, pasien akan dipaparkan suara dengan berbagai intensitas sehingga bisa menilai apa yang bisa didengar dan tidak.
Sementara untuk penanganan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan meski belum tentu menyembuhkan, yaitu:
Dokter mungkin merekomendasikan alat bantu dengar atau implan koklea untuk membantu mengatasi hilang pendengaran akibat trauma akustik
Rekomendasi dari dokter biasanya berupa earplug dan alat lain yang bisa melindungi pendengaran. Industri yang identik dengan paparan suara keras harus menawarkan alat pelindung pribadi ini untuk pegawai mereka.
Biasanya, dokter akan meresepkan obat steroid yang dapat diberikan sebagai tetes telinga maupun obat minum pada kasus trauma akustik akut. Namun jika yang terjadi adalah tuli mendadak atau hilang pendengaran, dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut sebelum menentukan pengobatan yang tepat.
Bukan tidak mungkin tindakan yang lebih invasif dapat dilakukan seperti yang ditemukan oleh Chang dkk dalam studi yang dilakukan di Rumah Sakit Militer Yangju, Korea. Studi ini menjelaskan bahwa pemberian steroid suntik ke lapisan membran timpani pada kasus trauma akustik akibat suara senapan memiliki efek perbaikan pendengaran yang lebih baik dibandingkan pemberian steroid tetes telinga.
Berbagai metode penanganan di atas dapat membantu agar masalah trauma akustik tidak memburuk. Namun, bukan berarti bisa mengembalikan situasi seperti semula.
Justru yang terpenting adalah selalu menjaga kesehatan telinga dengan melindungi dari paparan suara kencang. Sebaiknya, kurangi betul aktivitas yang menyiksa telinga dengan paparan suara berintensitas tinggi.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar telinga berdengung dan gejala trauma akustik lainnya, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara mengatasi telinga keluar cairan harus disesuaikan dengan penyebabnya. Meskipun begitu, Anda dapat mengompres sisi telinga yang mengeluarkan cairan dengan handuk hangat sebagai langkah pertolongan pertama.
Kerusakan saraf mata pada penderita glaukoma terjadi karena tekanan pada bola mata yang terus meningkat. Dampaknya bisa mengakibatkan gangguan penglihatan hingga kebutaan permanen. Pada glaukoma sudut terbuka penderitanya tidak merasakan gejala. Sementara pada glaukoma sudut tertutup penderitanya mengalami rasa nyeri
Gas yang terperangkap dalam perut bisa terasa menyakitkan, sehingga Anda susah kentut. Agar tidak berlarut-larut, berikut cara agar bisa kentut.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved