logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Toxic Positivity - Ketika Berpikir Positif Tidak Selalu Baik

open-summary

Toxic positivity adalah keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk dan sulitnya situasi yang dihadapi, Anda harus tetap mempertahankan pola pikir yang positif. Pola pikir ini dinilai dapat memberikan berbagai dampak buruk bagi kesehatan mental Anda.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari

14 Apr 2023

Toxic positivity dapat membuat Anda tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya

Toxic positivity bisa merugikan kesehatan mental Anda

Table of Content

  • Ciri-ciri toxic positivity
  • Contoh toxic positivity
  • Dampak buruk toxic positivity 
  • Cara menyingkirkan toxic positivity

Toxic positivity adalah keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk dan sulitnya situasi yang dihadapi, Anda harus tetap mempertahankan pola pikir yang positif. 

Advertisement

Meskipun menjadi optimis dan bersikap positif memiliki banyak manfaat, toxic positivity membuat Anda menyangkal semua emosi yang dianggap negatif demi terlihat gembira dan sering kali hanya merupakan sikap positif palsu.

Emosi-emosi negatif, seperti rasa sedih, kemarahan, kekecewaan, dan sebagainya, merupakan emosi yang lumrah dan manusiawi. Emosi ini berperan untuk menimbulkan kesadaran terhadap kondisi yang sedang dihadapi. 

Dengan hanya fokus pada emosi positif, Anda menekan atau bahkan menyangkal keberadaan dari emosi-emosi negatif tersebut. 

Ciri-ciri toxic positivity

Toxic positivity mungkin tidak disadari dan terus-menerus dilakukan untuk menutupi realita yang terjadi dalam hidup Anda. 

Lantas, apa saja tanda-tanda seseorang yang terjebak dalam pola pikir ini? 

1. Tidak mengekspresikan emosi yang sebenarnya dirasakan

Saat Anda mengalami rasa sedih ataupun kecewa, Anda tidak mengutarakannya dan langsung menekan sekaligus menutupinya dengan rasa senang. Anda bahkan tidak berusaha untuk merasakan emosi negatif tersebut.

2. Hanya ingin menikmati emosi positif

Anda sama sekali tidak mempedulikan atau bahkan menyepelekan emosi negatif. Anda hanya ingin merasakan emosi positif, seperti gembira dan sebagainya. 

Anda tidak berempati terhadap apa yang dialami orang lain dan menyarankan orang tersebut untuk tetap bersikap positif. Contohnya, memberikan saran “jangan menangis, ambil positifnya saja”.

3. Mengutarakan kalimat-kalimat positif

Wejangan seperti “semuanya atau tidak sama sekali” sangat sering dilontarkan orang-orang yang terjebak dalam pemikiran positif yang buruk

Anda mungkin pernah atau bahkan sering menggunakan kalimat “semuanya pasti ada hikmahnya” atau “semuanya akan baik-baik saja”.

4. Menyederhanakan segala emosi negatif

Emosi negatif yang melanda sering kali bukanlah emosi sederhana yang bisa diabaikan begitu saja. 

Karena toxic positivity, Anda akan berusaha untuk menekan emosi negatif tersebut dengan menyepelekannya ke dalam kata-kata positif sederhana. 

Anda akan berpikir bahwa “nanti akan jadi lebih baik” atau “fokus ke hal positif”.

5. Merasa bersalah

Usai menekan semua emosi negatif tersebut, Anda merasa bersalah karena sebenarnya menyadari bahwa apa yang dilakukan tidak benar. 

Namun, Anda tetap melakukannya karena percaya bahwa itu adalah hal yang benar.

BACA JUGA: Penyebab Pikiran Negatif dan Pengaruhnya pada Kesehatan Mental

Contoh toxic positivity

Berikut adalah beberapa contoh dari pola pikir ini.

  • Mengajak diri sendiri maupun orang lain untuk fokus pada hal positif dan tidak perlu berduka setelah mengalami suatu kehilangan.
  • Mengajak untuk melupakan kesedihan atau penderitaan yang dialami dan fokus pada hal-hal baik dalam hidup. Ini bisa mencegah seseorang mengungkapkan perasaan dan masalah yang dihadapinya.
  • Meremehkan kekhawatiran orang lain dengan mengatakan, "yang terjadi bisa saja lebih buruk dari ini".
  • Memaksa orang untuk berkembang terlepas dari kesulitan yang mereka hadapi.
  • Menegaskan pada korban bencana bahwa "segala sesuatu terjadi karena suatu alasan" untuk menghindari rasa sedih dan berduka.
  • Mengatakan pada orangtua yang anaknya meninggal bahwa setidaknya mereka bisa punya anak.
  • Menyebut orang yang selalu terlihat positif atau tidak memperlihatkan emosi negatif sebagai orang yang lebih kuat atau lebih disukai.

BACA JUGA: Sikap Optimis Siap Hadapi Tantangan Bukan Toxic Positivity

Dampak buruk toxic positivity 

Sikap positif berlebihan dapat berbahaya bagi seseorang yang sedang menghadapi masa sulit. 

Alih-alih diberi kesempatan untuk berbagi perasaannya dan memperoleh dukungan tulus, toxic positivity bisa menyebabkan seseorang merasa disangkal, diabaikan, bahkan diremehkan perasaannya.

  • Mempermalukan: toxic positivity dapat membuat Anda merasa seakan-akan emosi negatif yang dirasakan adalah hal memalukan yang tidak bisa diterima.
  • Menyebabkan rasa bersalah: toxic positivity juga dapat menyebabkan perasaan bersalah karena Anda merasa dianggap tidak melakukan hal yang benar akibat tidak bisa menemukan cara untuk tetap positif, meskipun tengah menghadapi tragedi.
  • Menghindari emosi yang dirasakan: toxic positivity memungkinkan Anda menghindari situasi emosional, baik pada diri sendiri maupun orang lain, yang membuat Anda merasa tidak nyaman.

Sebagian bahkan menganggap toxic positivity sebagai bentuk gaslighting yang sering kali bisa membuat Anda mempertanyakan tentang apa yang sebenarnya Anda pikirkan dan rasakan.

Dampak buruk lainnya adalah toxic positivity bisa digunakan beberapa orang untuk merendahkan, mengabaikan, dan mengerdilkan emosi serta pengalaman orang lain, khususnya yang sering berada dalam situasi sulit.

Menuntut seseorang harus selalu menunjukkan sikap positif selama masa-masa yang memberatkan, juga bisa terlihat kejam. 

BACA JUGA: 7 Manfaat Berpikir Positif bagi Kehidupan Anda

Cara menyingkirkan toxic positivity

Daripada mengabaikan dan menghindari emosi negatif, sebaiknya Anda merasakan emosi tersebut. 

Cobalah untuk menghadapi masalah dan menerima keadaan dengan mengembangkan sikap bahwa it’s okay to not be okay. Setelah itu, Anda dapat mencoba untuk melihat sisi terangnya.

Anda tidak perlu berlama-lama larut dalam emosi negatif, tetapi bukan berarti Anda menekannya. 

Dari kesadaran terhadap emosi yang dialami, Anda bisa menemukan kekuatan untuk bangkit kembali dan mencari solusi yang tepat.

Alih-alih menghindarinya karena tidak ingin semakin runyam, hadapi emosi negatif dan cari cara yang sehat untuk mengatasinya. 

Misalnya, Anda bisa membicarakan masalah yang dialami kepada orang terdekat. Dengan demikian, Anda dapat merasa lebih lega dibandingkan harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

Emosi berperan untuk memberikan kesadaran dan menuntun Anda untuk menjadi lebih baik. Bila Anda merasa sedih mengenai suatu hal, Anda akan menyadari bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan dipedulikan.

Bila Anda mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosi yang dialami atau tidak mampu menghadapi emosi yang dialami, jangan sungkan untuk mengunjungi psikiater atau psikolog.

BACA JUGA: 8 Hal yang Tak Boleh Diucapkan pada Orang Depresi

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kesehatan mental secara umum, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ

Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!

Advertisement

kesehatan mentalhidup sehatpola hidup sehat

Ditulis oleh Anita Djie

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved