Toxic positivity adalah keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk dan sulitnya situasi yang dihadapi, Anda harus tetap mempertahankan pola pikir yang positif. Pola pikir ini dinilai dapat memberikan berbagai dampak buruk bagi kesehatan mental Anda.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
14 Apr 2023
Toxic positivity bisa merugikan kesehatan mental Anda
Table of Content
Toxic positivity adalah keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk dan sulitnya situasi yang dihadapi, Anda harus tetap mempertahankan pola pikir yang positif.
Advertisement
Meskipun menjadi optimis dan bersikap positif memiliki banyak manfaat, toxic positivity membuat Anda menyangkal semua emosi yang dianggap negatif demi terlihat gembira dan sering kali hanya merupakan sikap positif palsu.
Emosi-emosi negatif, seperti rasa sedih, kemarahan, kekecewaan, dan sebagainya, merupakan emosi yang lumrah dan manusiawi. Emosi ini berperan untuk menimbulkan kesadaran terhadap kondisi yang sedang dihadapi.
Dengan hanya fokus pada emosi positif, Anda menekan atau bahkan menyangkal keberadaan dari emosi-emosi negatif tersebut.
Toxic positivity mungkin tidak disadari dan terus-menerus dilakukan untuk menutupi realita yang terjadi dalam hidup Anda.
Lantas, apa saja tanda-tanda seseorang yang terjebak dalam pola pikir ini?
Saat Anda mengalami rasa sedih ataupun kecewa, Anda tidak mengutarakannya dan langsung menekan sekaligus menutupinya dengan rasa senang. Anda bahkan tidak berusaha untuk merasakan emosi negatif tersebut.
Anda sama sekali tidak mempedulikan atau bahkan menyepelekan emosi negatif. Anda hanya ingin merasakan emosi positif, seperti gembira dan sebagainya.
Anda tidak berempati terhadap apa yang dialami orang lain dan menyarankan orang tersebut untuk tetap bersikap positif. Contohnya, memberikan saran “jangan menangis, ambil positifnya saja”.
Wejangan seperti “semuanya atau tidak sama sekali” sangat sering dilontarkan orang-orang yang terjebak dalam pemikiran positif yang buruk.
Anda mungkin pernah atau bahkan sering menggunakan kalimat “semuanya pasti ada hikmahnya” atau “semuanya akan baik-baik saja”.
Emosi negatif yang melanda sering kali bukanlah emosi sederhana yang bisa diabaikan begitu saja.
Karena toxic positivity, Anda akan berusaha untuk menekan emosi negatif tersebut dengan menyepelekannya ke dalam kata-kata positif sederhana.
Anda akan berpikir bahwa “nanti akan jadi lebih baik” atau “fokus ke hal positif”.
Usai menekan semua emosi negatif tersebut, Anda merasa bersalah karena sebenarnya menyadari bahwa apa yang dilakukan tidak benar.
Namun, Anda tetap melakukannya karena percaya bahwa itu adalah hal yang benar.
BACA JUGA: Penyebab Pikiran Negatif dan Pengaruhnya pada Kesehatan Mental
Berikut adalah beberapa contoh dari pola pikir ini.
BACA JUGA: Sikap Optimis Siap Hadapi Tantangan Bukan Toxic Positivity
Sikap positif berlebihan dapat berbahaya bagi seseorang yang sedang menghadapi masa sulit.
Alih-alih diberi kesempatan untuk berbagi perasaannya dan memperoleh dukungan tulus, toxic positivity bisa menyebabkan seseorang merasa disangkal, diabaikan, bahkan diremehkan perasaannya.
Sebagian bahkan menganggap toxic positivity sebagai bentuk gaslighting yang sering kali bisa membuat Anda mempertanyakan tentang apa yang sebenarnya Anda pikirkan dan rasakan.
Dampak buruk lainnya adalah toxic positivity bisa digunakan beberapa orang untuk merendahkan, mengabaikan, dan mengerdilkan emosi serta pengalaman orang lain, khususnya yang sering berada dalam situasi sulit.
Menuntut seseorang harus selalu menunjukkan sikap positif selama masa-masa yang memberatkan, juga bisa terlihat kejam.
BACA JUGA: 7 Manfaat Berpikir Positif bagi Kehidupan Anda
Daripada mengabaikan dan menghindari emosi negatif, sebaiknya Anda merasakan emosi tersebut.
Cobalah untuk menghadapi masalah dan menerima keadaan dengan mengembangkan sikap bahwa it’s okay to not be okay. Setelah itu, Anda dapat mencoba untuk melihat sisi terangnya.
Anda tidak perlu berlama-lama larut dalam emosi negatif, tetapi bukan berarti Anda menekannya.
Dari kesadaran terhadap emosi yang dialami, Anda bisa menemukan kekuatan untuk bangkit kembali dan mencari solusi yang tepat.
Alih-alih menghindarinya karena tidak ingin semakin runyam, hadapi emosi negatif dan cari cara yang sehat untuk mengatasinya.
Misalnya, Anda bisa membicarakan masalah yang dialami kepada orang terdekat. Dengan demikian, Anda dapat merasa lebih lega dibandingkan harus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
Emosi berperan untuk memberikan kesadaran dan menuntun Anda untuk menjadi lebih baik. Bila Anda merasa sedih mengenai suatu hal, Anda akan menyadari bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang penting dan dipedulikan.
Bila Anda mengalami kesulitan untuk mengekspresikan emosi yang dialami atau tidak mampu menghadapi emosi yang dialami, jangan sungkan untuk mengunjungi psikiater atau psikolog.
BACA JUGA: 8 Hal yang Tak Boleh Diucapkan pada Orang Depresi
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kesehatan mental secara umum, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ.
Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Ditulis oleh Anita Djie
Referensi
Artikel Terkait
Aplikasi Tinder belum cocok untuk anak remaja. Berikan pemahaman kepada anak bahwa main Tinder bisa memberi celah bagi predator seksual.
14 Feb 2021
Ada seribu alasan berbeda yang membuat seseorang meminjam uang alias utang. Namun ketika berutang dilakukan untuk kebutuhan konsumtif, bisa-bisa yang dipertaruhkan adalah kesehatan mental. Mulai dari stres hingga depresi.
14 Mei 2021
Maladaptive daydreaming adalah kondisi saat seseorang lebih banyak menghabiskan waktu untuk melamun selama berjam-jam, bahkan hingga terhanyut dalam khayalannya.
7 Nov 2022
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved