Toilet training adalah tahap di mana anak belajar untuk buang air besar dan kecil di toilet tanpa menggunakan popok. Bagaimana cara melatih si kecil untuk melakukannya?
2023-03-26 11:28:11
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Toilet training membutuhkan kesiapan anak untuk memulainya
Table of Content
Toilet training penting untuk dilakukan agar dapat meminimalisir anak ngompol pada siang atau malam hari. Pelatihan ini memang bukan hal mudah dan orangtua harus menjalaninya dengan penuh kesabaran. Toilet training merupakan proses belajar anak untuk buang air besar atau kecil di toilet.
Advertisement
Pada tahap ini, anak belajar untuk tidak buang air di popok atau celana seperti sebelumnya. Hal ini dapat menjadi salah satu tanda tumbuh kembang anak. Namun, sebelum melakukan potty training, orangtua harus memahami tanda kesiapan anak terlebih dahulu.
Secara harfiah, toilet training artinya latihan toilet. Dikutip dari Very Well Family, toilet training adalah tahap anak-anak belajar untuk memahami dan mendengarkan tubuhnya ketika ingin buang air kecil atau besar.
Pada fase ini, anak dapat belajar untuk segera pergi ke kamar kecil untuk berkemih atau buang air besar.
Fase pelatihan yang juga dikenal sebagai potty training ini memungkinkan anak untuk tidak menggunakan popok lagi.
Meski begitu, orangtua perlu memastikan bahwa anak sudah siap melakukan toilet training.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, potty training adalah pelatihan yang dapat dilakukan jika si kecil sudah siap melakukannya.
Meski demikian, sebagian orangtua mungkin masih belum tahu dan bertanya-tanya, toilet training sebaiknya di usia berapa?
Kesiapan anak-anak untuk bisa pergi ke kamar mandi sendiri akan berbeda-beda. Sebelum memasuki usia 12 bulan, anak biasanya belum bisa mengontrol keinginan untuk buang air besar atau buang air kecil. Tanda-tanda kesiapan itu biasanya muncul pada usia 18-24 bulan.
Kesiapan secara usia harus diikuti dengan ketertarikan anak dan orangtua untuk melakukan pelatihan ini. Kesiapan secara fisik dan emosi ini penting untuk menunjang kesuksesan dalam mengajarkan toilet training untuk anak.
Selain dari segi usia, anak biasanya menunjukkan tanda siap toilet training, seperti:
Setelah melihat tanda-tanda potty training itu, bersiaplah untuk melakukan pelatihan.
Untuk memulai pelatihan buang air besar dan kecil di toilet, anak dan orangtua harus siap. Setelah siap, lakukanlah beberapa cara mengajarkan anak toilet training berikut:
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam proses potty training adalah biarkan anak mengenal fungsi toilet. Tempatkan potty chair di kamar mandi anak atau kamar mandi terdekat.
Lalu, biarkan anak duduk di atasnya dengan berpakaian lengkap atau bermain di sekitarnya dan meminta ia menggunakannya ketika perlu. Katakan bahwa ia harus pergi ke toilet dan melepas popok atau celananya jika ingin buang air besar atau kecil.
Supaya anak lebih mudah melakukan toilet training, Anda dapat memberinya contoh menggunakan toilet. Ketika Anda akan buang air kecil, ajak anak pergi ke toilet. Lalu, tunjukkan bagaimana Anda duduk atau jongkok dan jelaskan mengenai apa yang Anda lakukan.
Dalam proses toilet training untuk balita, ajarkan ia cara menggunakan toilet dengan tepat. Pastikan anak memakai celana yang mudah dilepas dan dipakai agar tidak repot.
Ketika anak terlihat ingin buang air kecil, bawa ia ke toilet. Selanjutnya, ajarkan anak duduk atau jongkok yang benar di toilet. Ajarkan pula ia membersihkan alat kelaminnya setelah buang air dan flush atau siram toilet. Setelah itu, pastikan anak mencuci tangannya dengan bersih.
Anda harus menjadikan pergi ke toilet saat ingin buang air sebagai rutinitas anak. Misalnya, saat anak bangun tidur, ajak anak pergi ke toilet untuk buang air kecil. Selain itu, Anda juga dapat mengajaknya ke toilet setelah 45 menit minum banyak air, atau 15-30 menit setelah makan. Hal ini akan membuat anak terbiasa untuk buang air di toilet.
Jika anak belum memahami fungsi toilet dan masih saja ngompol di celana, teruslah memberikan pemahaman dan memberinya dukungan. Jangan lupa pula untuk memujinya ketika dia kooperatif. Hal ini akan membuatnya lebih bersemangat untuk belajar buang air di toilet.
Cara toilet training untuk anak 2 tahun yang bisa orangtua coba adalah menyingkirkan popok di rumah.
Dikutip dari Mayo Clinic, saat anak sudah bisa buang air kecil atau besar di kamar mandi, rayakan pencapaian itu dengan menyingkirkan popok di rumah.
Orangtua boleh memberikan stiker atau daftar bintang untuk anak supaya ia semakin termotivasi untuk belajar potty training.
Cara toilet training untuk anak 2 tahun yang dapat terasa menyenangkan bagi si kecil adalah belanja celana dalam.
Ajaklah anak untuk memilih celana dalamnya sendiri. Nantinya, si kecil dapat memilih celana dalam dengan motif atau warna yang ia suka.
Cara melatih toilet training anak ini diharapkan bisa membuat si buah hati merasa termotivasi dan semangat untuk tidak lagi mengompol atau buang air besar di celana dalam.
Orangtua juga perlu lebih aktif untuk mengajari anak toilet training. Salah satu cara yang bisa dicoba selanjutnya adalah memahami ciri-ciri anak ingin buang air.
Misalnya, anak Anda tiba-tiba terdiam dan menyendiri di pojok ruangan. Cobalah tanyakan kepadanya, "Apakah kamu ingin buang air? Jika iya, mari kita ke toilet bersama-sama."
Seiring berjalannya waktu, anak diharapkan dapat pergi ke toilet sendiri dan meminta tolong untuk dibukakan celananya.
Baca Juga
Mengajari toilet training bayi tentu bukan hal yang mudah. Tahapan toilet training pada anak juga perlu dilakukan secara perlahan agar anak tidak ‘kaget’.
Sekalipun anak sudah dilatih untuk memakai toilet saat siang hari, ia mungkin masih akan mengompol di malam hari. Jangan panik, sebaiknya lakukan hal-hal berikut:
Jika ingin berdiskusi lebih lanjut seputar toilet training, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Asphyxia neonatorum adalah kondisi saat bayi tidak mendapat cukup oksigen saat proses persalinan. Dampaknya pada tiap bayi berbeda, mulai dari tak ada konsekuensi sama sekali hingga yang berakibat fatal seperti kecacatan. Di dunia, asphyxia neonatorum adalah penyebab kerusakan otak dan kematian bayi terbesar.
Time out adalah metode mendisiplinkan anak yang diciptakan Arthur W. Staats, seorang psikolog asal Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Metode ini biasanya diterapkan saat anak melakukan sesuatu yang berbahaya, melanggar peraturan keluarga, atau tidak mau mendengarkan peringatan dari orangtua.
Mengajak si kecil berlibur ke pantai tentu jadi hal yang sangat seru dan mengasyikkan. Tapi, jangan lupakan kemungkinan kulit bayi terbakar matahari akibat terlalu lama berjemur. Kabar baiknya, ada cara mengembalikan kulit bayi yang gosong.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved