Parenting anak untuk membentuk intelegensinya memang susah-susah gampang. Namun, Anda dapat melakukan enam langkah ini sesuai anjuran dari para psikolog.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
20 Apr 2023
Sebuah keluarga sedang membaca bersama
Table of Content
Orangtua mana sih yang tak ingin memiliki anak yang cerdas? Bila Anda termasuk salah satunya, ada tips parenting anak yang dapat Anda coba untuk mengembangkan kemampuan intelegensi anak secara optimal.
Advertisement
Tingkat kecerdasan anak dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor biologis dan eksternal. Faktor biologis sendiri dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya genetik ibu dan ayah, nutrisi yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan, maupun penyakit yang diderita ibu hamil atau anak itu sendiri.
Sementara itu, faktor eksternal juga berpengaruh pada IQ anak. Faktor ini dapat berupa gaya parenting anak yang Anda lakukan dan lingkungan tempat anak bersosialisasi.
Menciptakan anak yang cerdas tidak cukup dengan membelikannya mainan-mainan edukatif atau memasukkannya ke sekolah yang bagus dan mahal. Sebaliknya, anak cerdas lahir dari pola parenting anak yang tepat dan efektif dari proses yang panjang dan kompleks.
Berikut tips parenting untuk menciptakan anak yang cerdas seperti disarankan oleh para psikolog.
Anak cerdas akan lahir ketika ia dibiarkan untuk mengembangkan imajinasi dan bermain sesuka hati. Anda mungkin tergoda untuk mengatur jadwal anak sedemikian rupa agar ia mendapatkan skill yang berguna untuk mengasah otak, tapi psikolog mengatakan hal itu justru keliru.
Bebaskan anak untuk melakukan yang ia suka, termasuk berinteraksi dengan gawai atau komputer. Jangan lupa untuk tetap mengawasi dan memberikan batasan penggunaan gawai tersebut.
Perkembangan teknologi bisa membantu Anda menciptakan anak cerdas bila dimaksimalkan sesuai potensinya. Anda, misalnya, bisa menggunakan teknologi virtual reality untuk mengajarkan banyak hal pada anak, misalnya cara bermain olahraga tertentu atau memperkenalkan anak pada hewan prasejarah yang sudah punah.
Memperbanyak bertanya pada anak akan melatih skill problem solving sekaligus mempertajam imajinasi anak. Misalnya, ketika tengah berkendara, Anda bisa mengajukan pertanyaan sederhana pada anak, seperti “apa yang akan terjadi kalau kita melanggar lampu lalu lintas?”
Metode parenting seperti ini menunjukkan keberhasilan bila anak kemudian sering mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan “mengapa”. Ya, pertanyaan seperti ini akan membuat Anda lelah, tapi ingatlah bahwa itu merupakan pertanda Anda sudah dalam jalur yang benar untuk menciptakan anak cerdas.
Benar, anak memang seharusnya bermain dengan siapa saja. Namun, Anda berhak membatasi anak bergaul dengan teman-teman yang toxic agar ia tidak terpengaruh dengan pergaulan seperti itu.
Pola parenting anak bisa buyar ketika sekolah dan tenaga pengajar di dalamnya tidak menunjukkan visi yang sama dengan Anda. Ingat, anak Anda akan berada di sekolah sekitar 6 jam per hari sehingga institusi ini sangat berperan untuk membentuk pola pikir anak, terutama dalam hal akademis.
Jika memungkinkan pilih sekolah yang dikenal akan kepintaran siswanya, agar anak Anda terpacu untuk berada di level yang sama. Yang tak kalah penting, pilih sekolah yang mendukung setiap bakat anak yang berbeda-beda serta memiliki program yang dapat mengembangkan potensi anak Anda.
Setiap anak memiliki karakternya masing-masing, tugas orangtua hanyalah mengarahkan. Anak yang pendiam jangan dipaksa menjadi anak yang aktif secara fisik, begitu pula anak yang lebih suka aktivitas di luar ruangan jangan dipaksa belajar di dalam kelas dalam waktu yang panjang.
Sebaliknya, orangtua bisa mengarahkan karakter anak tersebut menjadi keuntungan baginya, misalnya anak pendiam dapat diberi banyak buku bacaan yang meningkatkan intelegensinya. Selama anak tidak berperilaku menyimpang dan masih dalam batas kewajaran, hormati keinginan anak untuk menjadi dirinya sendiri.
Orangtua juga harus ingat bahwa anak cerdas tetaplah anak-anak yang suka bermain. Jadi, selalu sediakan waktu baginya untuk menyalurkan kegiatan dalam bentuk lain, misalnya berolahraga atau bahkan sekedar main video games.
Baca Juga
Ketika menerapkan pola parenting anak demi menciptakan anak cerdas, tidak jarang orangtua melakukan kesalahan yang disadari maupun tidak. Beberapa kesalahan tersebut, antara lain:
Melakukan pola parenting anak yang tidak realistis dapat membuat orangtua maupun anak stres hingga depresi. Misalnya, Anda berharap bahwa anak menguasai setiap mata pelajaran di sekolah, mulai dari matematika hingga olahraga.
Menerapkan aturan ketat pada anak memang tidak baik, namun memberi kebebasan 100 persen juga bukan pola parenting anak yang akan merangsang kecerdasan mereka. Sebagai jalan tengah, Anda tetap dapat memberi kebebasan pada anak, namun dengan beberapa pilihan atau batasan yang tak boleh ia langgar.
Misalnya, anak boleh bermain video games setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Anak mungkin akan kesal atau marah, di sinilah orangtua harus memberi pengertian pada anak bahwa yang ini dilakukan untuk kebaikannya di masa mendatang.
Ketika Anda sudah menetapkan aturan dan batasan, lakukan dengan konsisten. Melakukan hal yang tidak konsisten akan membuat anak bingung karena Anda memberi contoh yang berubah-ubah dalam situasi yang sama.
Parenting anak untuk menciptakan anak cerdas memang susah-susah gampang. Sebagai orangtua, Anda juga harus terus belajar dan menambah wawasan, agar dapat menerapkan pola asuh terbaik bagi anak Anda.
Advertisement
Ditulis oleh Asni Harismi
Referensi
Artikel Terkait
Perkembangan emosi anak berbeda-beda dan didasari oleh usianya. Namun yang pasti, orangtua tidak boleh meremehkan pentingnya sisi emosional si kecil.
15 Mar 2022
Hypnoparenting adalah cara mendidik anak dengan memberikan sugesti-sugesti yang positif. Orangtua dapat melakukannya ketika anak berada dalam kondisi yang rileks.
25 Mei 2021
Game sadis dan game tembak-tembakan hanya sedikit dari banyak dampak game yang buruk bagi anak-anak. Pengawasan orangtua menjadi sangat krusial karena dampak game sadis dan tembak-tembakan dapat membentuk pola pikir kekerasan.
11 Jul 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Anandika Pawitri
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved