Emotional eating adalah respon tubuh Anda dalam menghadapi stres, dan bukanlah masalah utamanya. Stres adalah masalah utama yang harus Anda atasi jika ingin menghentikan kebiasan buruk ini.
21 Apr 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Saat stres seseorang tergoda untuk makan camilan tidak sehat
Table of Content
Penyebab stres sering kali datang dalam berbagai bentuk. Mulai dari kemacetan yang berkepanjangan, tugas pekerjaan yang menumpuk dan tak kunjung berakhir, hingga masalah keluarga. Saat mengalami stres, tubuh secara alamiah mencari pelampiasan. Salah satunya dengan makan.
Advertisement
Emotional eating adalah salah satu bentuk pelarian seseorang dalam menghadapi perasaan stres. Anda makan bukan karena lapar, namun agar perasaan Anda kembali baik.
Meski “ngemil” bisa membantu membuat mood Anda lebih baik, nyatanya hal itu hanya berlangsung sementara. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi kesehatan dan pola makan Anda.
Terlebih, saat stres seseorang cenderung memilih camilan yang tak sehat seperti cokelat, biskuit, dan kue. Akibatnya Anda bisa mengalami kelebihan berat badan dan juga rentan mengalami penyakit seperti diabetes dan serangan jantung
Jika Anda sering mendapati diri makan camilan tak sehat saat stres, Anda bisa mengatasinya dengan beberapa cara berikut.
Jika Anda memiliki kebiasaan emotional eating, tentunya camilan adalah hal yang pertama Anda cari. Oleh karena itu selalu bawa camilan sehat sebagai “target” pelampiasan Anda. Anda bisa membawanya di tas, menyimpannya di kantor atau mobil sehingga mudah diambil.
Beberapa camilan sehat yang bisa Anda coba adalah mixed nuts, granola bar, energy bar. Atau jika Anda ingin camilan yang lebih sederhana, buah-buahan seperti pisang dan apel bisa menjadi alternatif yang baik dan tentunya jauh lebih sehat dibandingkan snack biasa.
Usahakan untuk makan secara teratur. Terutama jangan lewatkan waktu sarapan. Sarapan membantu menjaga kadar gula darah stabil dan membuat perut tetap kenyang. Jika Anda lapar bersamaan dengan stres, maka Anda akan lebih “kalap” dalam melahap makanan.
Untuk menghadapi emotional eating, pastikan tubuh Anda sudah kenyang. Tujuannya agar Anda bisa meyakinkan diri Anda untuk menolak keinginan untuk makan karena tubuh sudah kenyang.
Kafein dalam kopi memang dapat membuat Anda lebih bersemangat. Namun efeknya bisa bertahan selama 6 jam di dalam sistem peradaran darah. Tentu hal ini akan mengganggu waktu istirahat Anda.
Saat kurang tidur, Anda lebih rentan terserang stres yang akhirnya kembali memicu keinginan untuk ngemil.
Baca Juga
Jika Anda masih dalam tahap mengganti camilan biasa ke camilan sehat, berikut daftar yang bisa Anda coba.
Keinginan untuk makan saat stres biasanya dapat berlalu dengan sendirinya. Oleh karena itu Anda perlu mencari kegiatan lain yang menyehatkan untuk mengalihkan perhatian. Saat Anda stres dan menyadari timbulnya keinginan untuk makan, Anda bisa mencoba melakukan beberapa hal berikut:
Hal-hal ini akan membantu mengalihkan perhatian Anda dari keinginan untuk makan.
Baca Juga
Emotional eating adalah respon tubuh Anda dalam menghadapi stres, dan bukanlah masalah utamanya. Stres adalah masalah utama yang harus Anda atasi jika ingin menghentikan kebiasan buruk ini. Anda dapat mencoba berbagai cara mengatasi stres, mulai dari menulis jurnal, yoga, hingga berkonsultasi dengan terapis.
Namun, sementara Anda berjuang mengatasi perasaan tertekan, menerapkan tips makan yang benar bisa menolong Anda tetap sehat.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar mengatasi stres, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Rafting atau arung jeram merupakan olahraga ekstrem yang memacu adrenalin. Tak hanya sekadar seru, ada manfaat rafting bagi kesehatan.
Mempelajari hal baru bisa jadi lebih efisien dengan menggunakan beberapa trik seperti: mulai dengan durasi singkat, membuat kuis, hingga melibatkan tidur siang dalam prosesnya.
Kecanduan obat terlarang mempunyai kaitan dengan gangguan mental yaitu stres. Stres juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami ketergantungan terhadap obat terlarang.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved