Beberapa tipe anak mungkin akan di-bully jika memiliki kondisi fisik tertentu. Tidak hanya itu, anak yang pintar dan cerdas atau anak yang disukai di sekolah pun memiliki kemungkin menjadi korban bullying.
11 Jul 2019
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Anak yang tidak memiliki teman, sangat rentan menjadi korban bullying di sekolah
Table of Content
Kasus bullying di sekolah mungkin sering Anda dengar dari pemberitaan media. Bahkan, perundungan mungkin juga menimpa anak-anak di sekitar Anda. Mungkin Anda bertanya-tanya, apa saja faktor pada anak yang menyebabkan mereka menjadi korban bullying di sekolah?
Advertisement
Bullying, perisakan, atau perundungan, merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara verbal maupun fisik, yang sifatnya menganggu, merusak, maupun melukai orang lain. Perundungan dapat berbentuk ejekan, cemoohan, ancaman, meminta barang atau uang dengan paksa, maupun kekerasan fisik. Korban bullying yang tidak dibantu dapat menderita kondisi depresi, gangguan kecemasan, bahkan mungkin berkeinginan untuk bunuh diri.
Baca Juga
Anak yang menjadi korban penindasan di sekolah, akan menunjukkan tanda-tanda mengalami bullying yang bisa Anda amati. Misalnya, Si Kecil akan sangat ketakutan untuk kembali ke sekolah dan mengalami separation anxiety. Selain itu, anak mungkin akan sering mengalami mimpi buruk, perubahan perilaku, nafsu makan yang turun, bahkan mungkin mengompol di rumah.
Beberapa tipe anak mungkin akan di-bully jika memiliki kondisi fisik tertentu. Jika anak menunjukkan tanda di atas, apalagi jika masuk kelompok di bawah ini, ia akan rentan mengalami bullying di sekolah.
Siswa yang menjadi korban bullying biasanya termasuk anak yang pintar dan cerdas, atau mungkin memiliki keahlian yang membuatnya sering dipuji. Pelaku perisakan bisa merasa minder atau iri dengan keahlian anak tersebut.
Anak yang menjadi korban bullying cenderung tidak memiliki teman. Kalaupun punya teman, jumlahnya sedikit. Akibatnya, korban akan menjadi sasaran untuk di-bully, dikucilkan dari acara-acara sekolah, dan sering menghabiskan waktu sendirian.
Anak yang disukai oleh siswa-siswi lain, juga kerap menjadi sasaran bully di sekolah. Pelaku perisakan kerap merasa terancam, dengan popularitas yang dimiliki oleh korban.
Jenis bullying ini disebut dengan agresi relasional, yang cenderung sering dilakukan ‘geng murid perempuan’ popular, terhadap anak perempuan lain. Contoh perilaku bullying agresi relasional yakni menyebarkan rumor, memengaruhi orang lain untuk membenci korban, atau merusak kepercayaan diri seseorang.
Fenomena agresi relasional ini, mungkin juga mengingatkan Anda dengan cerita Mean Girls, film terkenal adaptasi novel, yang dibintangi oleh Lindsay Lohan dan Rachel McAdams.
Mungkin Anda sudah sering melihat film dengan plot cerita ini. Namun dalam kenyataannya, anak yang berkebutuhan khusus, atau memiliki penyakit tertentu, rentan mengalami bullying di sekolah. Korban bullying dalam kelompok ini, misalnya anak dengan gangguan spektrum autisme, penderita ADHD, down syndrome, atau gangguan disleksia.
Anak yang memiliki ciri fisik unik dan berbeda dari siswa kebanyakan, juga rentan menjadi korban perundungan. Misalnya, anak dengan mata sipit, postur tubuh yang dianggap terlalu pendek, kelewat tinggi, gemuk, dan ciri fisik lainnya.
Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang Januari-April 2019, setidaknya ada 20 kasus bullying, yang melibatkan kekerasan fisik dan psikis. Perundungan tersebut pun berupa saling ejek di dunia maya, yang berlanjut ke dunia nyata.
Kasus bullying yang melibatkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sudah sangat sering terjadi. Pada akhir tahun 2019, seorang anak di Alabama, Amerika Serikat, dilaporkan bunuh diri. Disebutkan oleh keluarganya, ia melakukan bunuh diri sebagai akibat bullying rasisme karena korban berasal dari keluarga kulit hitam.
Pada 2017, seorang murid SD dengan ciri fisik menyerupai mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menjadi korban bullying. Akibatnya, ia enggan masuk sekolah cukup lama, dan mengalami ketertinggalan dalam pelajaran. Akhirnya, ia harus pindah ke sekolah lain.
Bullying di sekolah merupakan hal yang nyata, dan mungkin dapat terjadi pada anak Anda. Apabila anak Anda menjadi korban perisakan, ada beberapa langkah membantu korban bullying, yang bisa dilakukan.
Perisakan atau bullying di sekolah merupakan keadaan serius, yang harus Anda tangani. Apabila dibiarkan, anak akan tidak bersemangat untuk belajar sehingga membuat performa akademiknya menurun. Membiarkan anak terus di-bully juga akan membuat ia rentan untuk menderita gangguan mental, seiring tumbuh kembangnya.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Cara membatasi anak bermain gadget berlebihan perlu diketahui orangtua untuk mengatasi kebiasaan buruk ini. Salah satu caranya efektifnya adalah dengan menetapkan waktu dan daerah rumah tertentu yang “bebas-gadget”.
Ciri-ciri anak sehat dapat ditandai dengan berbagai aspek, seperti tumbuh dengan optimal, memiliki nafsu makan yang baik, aktif dan ceria, serta kondisi emosi yang stabil.
Kanker darah pada anak dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari anemia (kekurangan sel darah merah), rentan mengalami infeksi, nyeri sendi dan tulang, hingga pembengkakan di area tubuh tertentu.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved