Menopause bisa saja memengaruhi turunnya libido. Tapi bukan berarti kehidupan seksual Anda ikut menurun. Komunikasi yang tepat dengan pasangan hingga menggunakan sex toys bisa jadi cara untuk mempertahankannya.
2023-03-24 17:53:18
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Jangan biarkan menopause menghambat kehidupan seksual Anda
Tantangan ketika memasuki usia senja berbeda dengan saat masih berada di fase produktif. Termasuk berbagai perubahan kehidupan seks setelah menopause. Untuk menyiasatinya, komunikasi dengan pasangan masih menjadi kunci untuk membawa ekspektasi tetap realistis.
Advertisement
Adaptasi ini menjadi penting karena faktor hormonal rentan membuat aktivitas seksual tidak lagi senikmat sebelumnya. Namun jangan khawatir, menjalani gaya hidup sehat akan membantu fokus dan merasa puas saat menjalani momen-momen intim bersama pasangan.
Seorang perempuan dikatakan telah mengalami menopause apabila tidak ada siklus menstruasi hingga 12 bulan dan seterusnya. Dalam fase ini, hormon estrogen menukik tajam dan tentu akan berdampak signifikan pada kehidupan seksual.
Beberapa perubahan yang sangat mungkin terjadi adalah:
Level hormon estrogen dan testosteron dalam tubuh menurun, artinya akan menjadi lebih sulit untuk terangsang secara seksual. Bahkan, menurunnya gairah ini bisa terjadi beberapa tahun sebelum dan setelah menopause terjadi.
Pada perempuan, penurunan libido ini lebih umum dialami pada akhir usia 40 tahun dan 50 tahunan. Setiap orang pun berbeda. Ada yang merasa perubahannya signifikan, ada pula yang tidak seberapa.
Pengaruh hormonal pula yang membuat liang vagina tidak lagi bisa meregang serta terasa kering. Istilah medis untuk kondisi ini adalah atrophic vaginitis atau vaginal atrophy. Dalam kondisi ini, jaringan vagina menjadi lebih tipis dan mudah mengalami iritasi lagi-lagi karena estrogen yang menurun.
Perubahan vagina menjadi lebih kering ini bisa terjadi selama sekitar 5 tahun atau lebih lama. Konsekuensinya, lubrikasi alami lebih sulit terjadi saat bercinta dan dapat memicu rasa sakit.
Perempuan dalam fase menopause juga bisa merasakan berkurangnya sensitivitas terhadap sentuhan dan gesekan. Ini juga berkaitan dengan berkurangnya sensitivitas seksual di area vagina. Komunikasikan hal ini dengan pasangan karena sangatlah wajar dan bisa dipahami.
Bukan hanya fisik, ada juga perubahan secara emosional yang berkaitan dengan mental. Bahkan, pemikiran bahwa tidak lagi akan mengalami menstruasi teratur saja sudah bisa menyebabkan stres. Belum lagi ditambah hormon yang berubah secara signifikan.
Jadi, jangan kaget apabila individu yang berada di fase menopause menjadi lebih rentan mengalami mood swing hingga cemas berlebih. Ini akan berdampak pula pada kehidupan seks setelah menopause.
Baca Juga
Menopause bukan berarti akhir dari kehidupan seksual bersama pasangan. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menyiasatinya, seperti:
Sebenarnya, libido bukan hanya seputar gairah seksual saja. Cakupannya begitu kompleks. Ketika memasuki fase menopause, coba temukan lagi makna kedekatan dengan pasangan.
Caranya bisa dengan mengubah rutinitas seksual, fokus pada foreplay, hingga bereksperimen dengan sex toys hingga vibrator. Bahkan bermain solo seperti masturbasi terlebih dahulu juga bisa menjadi cara untuk membuat aktivitas seksual terasa lebih menyenangkan.
Konsep berhubungan seksual yang mungkin dulunya berpusat pada penetrasi, kini bisa dibuat lebih fleksibel. Coba siasati vagina yang terasa kering dengan menggunakan lubrikan.
Bahkan jika intensitas bercinta berkurang drastis pun, itu bukan masalah besar. Ada banyak metode lain untuk membangun kedekatan dengan pasangan, seperti berpelukan, cuddling, hingga tertawa bersama.
Apabila diperlukan, ada pula yang setuju melakukan terapi hormon estrogen. Meski demikian, ada risiko dan efek samping yang menyertai sehingga perlu diskusi dan pertimbangan matang sebelum dilakukan. Contohnya kombinasi hormon progesteron dan estrogen sekaligus bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
Selain itu, ada juga beberapa pilihan terapi yang dapat membuat proses adaptasi memasuki fase menopause berlangsung mulus. Contohnya seperti mengikuti yoga, meditasi, tai chi, atau mencoba akunpuntur.
Tidak ada satu jawaban pasti apa metode yang membuat proses menopause berjalan lebih mudah. Perlu trial and error hingga menemukan terapi yang tepat. Tentunya, disertai dengan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.
Dari beberapa perubahan seks setelah menopause di atas, ingat bahwa tidak bisa dianggap sama rata pada tiap orang. Bahkan menariknya, ada pula yang merasa libidonya justru meningkat.
Mereka merasa bebas karena tidak perlu lagi menggunakan kontrasepsi, atau bahkan merasa privasi terjaga karena anak-anak sudah tidak tinggal di rumah.
Baca Juga
Apapun yang Anda alami, tidak ada yang salah. Setiap orang akan memproses perubahan dengan cara berbeda-beda. Apabila gairah seksual tidak lagi terasa meluap-luap, itu pun tidak salah. Tak perlu dipaksakan.
Mungkin, ketika usia tak lagi muda memang fokus bukan lagi pada urusan bercinta. Waktu berkualitas dengan pasangan bisa dialihkan ke hal lain seperti berpetualang bersama.
Namun apabila ada perubahan aspek seks setelah menopause yang mengkhawatirkan, jangan ragu untuk bertanya pada ahlinya. Tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Memasuki masa menopause, ada banyak perubahan di tubuh perempuan. Salah satu usaha demi membuat proses adaptasi lebih mulus, perlu suplemen untuk wanita menopause. Beberapa di antaranya adalan vitamin A, B-12, B6, D, dan E.
Mandi bareng pasangan dapat memberikan manfaat dalam pernikahan, mulai dari meningkatkan keintiman, menjadi variasi dalam bercinta, dan memberi ruang untuk berbicara. Stres Anda dan pasangan pun bisa mereda dengan mandi bareng suami atau istri.
Ada sejumlah makanan agar Miss V basah dan tidak kering yang bisa Anda konsumsi secara rutin. Beberapa makanan tersebut meliputi kacang kedelai, alpukat, yogurt tawar, dan apel.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved