Vaksin tetanus toksoid yang diberikan setelah luka adalah salah satu langkah pencegahan tetanus. Toksoid terbagi atas dua yaitu, toksoid cair dan adsorpsi.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
21 Mei 2019
Tetanus toksoid dapat diberikan dalam bentuk vaksin DTP-HB-HiB
Table of Content
Tetanus toksoid berisi toksin yang telah dilemahkan dengan formaldehid sehingga tidak lagi berbahaya. Zat ini digunakan sebagai imunisasi aktif setelah terjadi luka dan sebagai pencegahan primer penyakit tetanus dalam bentuk vaksinasi.
Advertisement
Terdapat dua tipe toksoid yang tersedia, yaitu toksoid cair dan toksoid adsorpsi (presipitat garam aluminum). Keduanya memiliki potensi yang sama untuk menciptakan serokonversi (perkembangan antibodi dalam serum akibat imunisasi) dalam tubuh. Akan tetapi, toksoid adsorpsi lebih sering digunakan karena respons kadar antitoksin yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama dibandingkan toksoid cair.
Tetanus toksoid diberikan pada semua jenis luka apabila Anda belum pernah memperoleh vaksinasi atau vaksinasi yang didapat belum cukup dari dosis yang dibutuhkan, yaitu 3 dosis. Apabila Anda telah menerima vaksinasi tetanus sebanyak lebih dari tiga kali dengan vaksin terakhir dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun, tetanus toksoid hanya diberikan ketika Anda mengalami jenis luka di bawah ini:
Tidak terbatas pada jenis luka di atas, apabila luka yang dialami dianggap mampu menjadi tempat perkembangbiakan tetanus, maka sebaiknya Anda mendapat suntikan tetanus toksoid. Jika vaksin terakhir Anda lebih dari 10 tahun, Anda tetap perlu divaksin walaupun luka yang dialami kecil dan bersih.
Di Indonesia, tetanus toksoid diberikan dalam bentuk vaksin DTP-HB-HiB, yaitu vaksin gabungan yang memberikan pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae B. Penyuntikan vaksin ini akan dilakukan pada paha atas atau lengan pada bayi yang lebih besar.
Pemberian vaksin berisi tetanus toksoid diberikan paling cepat pada bayi berusia 6 minggu. Sesuai rekomendasi dari IDAI, vaksin ini direkomendasikan untuk diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan apabila memperoleh DTPw, serta pada usia 2, 4, dan 6 bulan apabila vaksin yang diberikan DTPa. Vaksin ini tidak bisa diberikan pada anak dengan kejang, kelainan saraf, atau kelainan otak pada bayi baru lahir.
Salah satu penelitian di NCBI, menyatakan bahwa dua dosis imunisasi tetanus toksoid yang diberikan setidaknya 4 minggu, akan memberikan hasil yang signifikan untuk mengurangi risiko kematian tetanus neonatal.
Efek samping yang dapat ditimbulkan berupa reaksi lokal pada tempat suntikan berupa bengkak, nyeri, dan kemerahan. Selain itu, dapat disertai demam pada sebagian besar kasus. Umumnya, Anda akan diberikan obat penurun panas untuk mengantisipasi terjadinya demam.
Pada reaksi yang berat, dapat terjadi demam tinggi, anak menjadi rewel, dan menangis dengan nada tinggi. Hal ini bisa berlangsung dalam 24 jam setelah pemberian.
Baca Juga
Jika terjadi efek samping, tindakan penanganan yang dapat Anda lakukan sebagai orangtua adalah sebagai berikut:
Pemberiaan booster dilakukan pertama kali pada usia 18 bulan, kemudian 5 tahun, 10-12 tahun, dan tiap 10 tahun setelahnya. Pada anak berusia 7 tahun ke atas, tetanus toksoid akan diberikan dalam bentuk vaksin Td atau Tdap, tidak lagi bersama dengan vaksin hepatitis B dan Haemophilus influenza B.
Ibu yang sedang hamil juga dianjurkan untuk memperoleh imunisasi TT, yaitu tetanus toksoid murni. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, yaitu tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir.
Perlindungan yang diberikan oleh tetanus toksoid secara signifikan menurunkan kejadian tetanus. Akan tetapi, tidak menjamin 100% bahwa tidak akan terjadi tetanus pada individu yang berisiko. Tetanus toksoid perlu dilakukan pengulangan (booster) setiap 10 tahun untuk mempertahankan kadar antitoksin dalam darah.
Advertisement
Ditulis oleh Giovanni Jessica
Referensi
Artikel Terkait
Tetanus pada bayi umumnya terjadi akibat proses persalinan yang kurang steril dan ibu yang tidak mendapat vaksin tetanus saat proses kehamilan. Toksin bakteri tetanus banyak ditemukan di tanah dan dapat bertahan selama kurang lebih 40 tahun.
16 Mei 2019
Imunisasi DPR merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejan, dan tetanus. Imunisasi ini harus diperoleh Si Kecil sebelum ia menginjak usia 1 tahun
26 Apr 2023
Tertusuk paku adalah insiden yang umum terjadi. Pertolongan pertama tertusuk paku harus segera dilakukan untuk menghindari infeksi bakteri yang mematikan, seperti infeksi bakteri tetanus. Ini caranya.
22 Sep 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved