Tes masif corona yang mulai dilakukan di Jawa Barat, merupakan salah satu usaha untuk menekan angka penularan Covid-19 yang semakin meluas di Indonesia.
17 Sep 2020
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Tes masif corona sudah mulai di lakukan di Indonesia
Table of Content
Tes masif corona menggunakan rapid test corona adalah salah satu cara efektif untuk menekan penyebaran Covid-19. Hal ini terbukti dari negara seperti Korea Selatan dan Islandia yang mampu mengendalikan penyebaran virus corona dan meminimalisir angka kematian, melalui metode ini.
Advertisement
Tentu, tes masif corona juga perlu diimbangi dengan kapasitas fasilitas kesehatan yang memadai dan juga instruksi serta mekanisme yang jelas untuk masyarakat terkait infeksi Covid-19.
Hingga saat ini di Indonesia, tes masif corona baru dilakukan di Jawa Barat. Tes ini disebut akan menyasar sebanyak mungkin masyarakat yang berisiko tertular Covid-19, mulai dari tenaga medis hingga orang yang tidak bisa bekerja dari rumah atau work from home. Di hari pertama pendaftaran yang dibuka secara online, 10.000 orang disebut sudah mencoba mendaftar untuk mengikuti tes ini.
Sejauh ini, tes masif corona belum dilakukan secara merata di seluruh Indonesia. Baru provinsi Jawa Barat lah yang sudah pasti akan melakukan tes secara besar-besaran untuk warganya. Namun, itupun tidak semua warga bisa melakukannya.
Mengutip dari CNN Indonesia, warga Jawa Barat yang bisa melakukan tes masif corona dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
Orang-orang dalam kategori ini adalah mereka yang berisiko tertular paling tinggi, misalnya ODP yang baru pulang dari luar negeri atau PDP beserta keluarga dan orang-orang terdekatnya. Tenaga medis juga masuk ke dalam kategori ini.
Sementara itu, orang yang masuk sebagai kategori B adalah kelompok orang yang karena tuntutan pekerjaannya, harus berinteraksi dengan orang banyak, sehingga rawan tertular.
Lalu yang masuk sebagai kategori C adalah masyarakat yang tidak termasuk dalam kategori A maupun B, tapi memiliki gejala yang mirip dengan gejala Covid-19.
Pengelempokkan ketiga kategori tersebut akan dilakukan saat pendaftaran melalui aplikasi Pikobar yang disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Jadi, sebelum datang ke tempat pemeriksaan, Anda harus mengisi terlebih dahulu formulir pendaftaran secara online sambil melengkapi form pemeriksaan mandiri.
Setelah selesai, jika Anda termasuk orang yang bisa diperiksa, maka Anda akan mendapatkan nomor antrian sekaligus lokasi dan jam pemeriksaan. Pemeriksaannya sendiri dilakukan secara drive thru, tanpa kontak langsung dan turun dari kendaraan.
Tes masif yang dilakukan ini menggunakan metode rapid test antibodi dengan sampel darah. Sehingga, jika hasil rapid test-nya positif, Anda akan lanjut diperiksa menggunakan metode swab tenggorok untuk menentukan status Anda: positif atau negatif corona .
Strategi yang diterapkan Korea Selatan dan Islandia, menjadi bukti nyata bahwa tes masif corona bisa menekan penyebaran Covid-19. Hingga saat ini, Korea Selatan sudah melakukan hampir 400.000 tes pada warga negaranya.
Sementara itu Islandia, sebagai negara kecil yang berpenduduk tidak sampai satu juta orang, sudah berhasil melakukan tes pada hampir semua warga negaranya.
Dengan mengetahui siapa saja yang positif terinfeksi corona, maka orang tersebut bisa segera dirawat atau minimal bisa segera mengisolasi diri dan sadar bahwa ia harus menjauh dari kerumunan.
Selain itu, dengan mengetahui orang-orang yang positif terinfeksi, maka pelacakan mengenai orang-orang yang pernah berkontak, bisa berlangsung lebih cepat. Sehingga mereka bisa segera diinstruksikan untuk diisolasi. Hal ini penting untuk memutus rantai penularan yang kian hari kian meluas.
Lagipula, dari hasil tes masif corona yang dilakukan di kedua negara tersebut terbukti bahwa banyak orang yang positif terinfeksi corona, ternyata tidak merasakan gejala yang berarti. Artinya, banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya terinfeksi.
Ini adalah hal yang berbahaya. Sebab, orang yang tidak merasa sakit, bisa saja menganggap dirinya masih “sah” untuk keluar rumah, naik transportasi umum, atau bahkan berkumpul di kerumunan. Padahal, dirinya sudah menjadi silent carrier atau individu pembawa virus yang tidak bergejala, namun tetap bisa menularkan ke orang lain.
Sementara itu, jika orang yang tidak merasa sakit tersebut tahu bahwa ia ternyata positif terinfeksi, maka kesadaran untuk melakukan isolasi diri akan muncul dan satu rantai penularan berhasil diputus.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI yang dikeluarkan tanggal 29 Maret 2020, sejauh ini baru 6.534 spesimen pemeriksaan corona yang diterima. Jumlah ini sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Ini adalah hal yang mengkhawatirkan. Sebab, semakin sedikit yang diperiksa, maka semakin tinggi juga kemungkinan bahwa di sekitar kita terdapat orang yang positif corona namun tak bergejala dan tidak terdeteksi. Pada akhirnya, orang tersebut tetap akan menyebarkan virus corona ke orang banyak.
• Tentang lokcdown corona: Lockdown vs karantina wilayah, apa bedanya?
• Herd immunity bisa hentikan pandemi corona?: Selengkapnya seputar konsep herd immunity
• Vaksin corona kapan bisa tersedia?: Perkembangan terbaru tentang pembuatan vaksin corona
Jika berbicara jumlah orang yang positif terinfeksi Covid-19, tentu ini membuat banyak orang khawatir. Namun, jika lonjakan terjadi setelah adanya tes masif corona, hal ini bisa jadi justru pertanda baik. Sebab itu artinya, kasus-kasus yang selama ini tersembunyi, akhirnya terdeteksi.
Logikanya, semakin sedikit tes yang dilakukan, maka semakin sedikit pula angka positif yang akan keluar. Sebaliknya, semakin banyak tes dilakukan, maka semakin banyak juga kasus positif yang akan ditemukan.
Pada negara-negara yang melakukan tes secara masif sebagai bentuk preventif, angka kematian akibat Covid-19 cenderung lebih rendah. Korea Selatan misalnya. Dari data yang dikeluarkan WHO pada tanggal 29 Maret 2020, dari 9.583 orang yang terinfeksi virus corona di negara tersebut, angka kematiannya berada di angka 152. Artinya, persentase kematian akibat infeksi virus ini di Korea Selatan hanya 1%.
Sementara itu di Indonesia per tanggal 3 Mei 2020, dari 11.192 orang yang terdeteksi positif corona, ada 1.876 pasien yang sembuh, dan 845 yang meninggal dunia. Kondisi ini membuat persentase kematian akibat corona di Indonesia cukup tinggi meskipun angka pasien sembuh sudah melewati angka pasien yang meninggal dunia.
Saat ini, persentase rata-rata kematian akibat virus corona dari semua negara yang terinfeksi ada pada angka 4,7%.
Tes masif corona juga berguna bagi orang yang positif terinfeksi. Sebab, semakin cepat ia memulai perawatan dan mengisolasi diri, maka akan semakin baik. Kemungkinan sembuhnya pun akan semakin tinggi. Selain itu, kemungkinan penularan pada orang banyak akan lebih rendah karena orang yang positif ini sudah terlebih dahulu menjalani isolasi.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Kriteria sembuh dari covid-19 tidak lagi ditentukan dengan dua kali negatif tes PCR. Masing-masing tingkat keparahannya memiliki kriteria kesembuhan yang berbeda.
Negara yang bisa dikunjungi saat pandemi tentunya memerlukan beberapa persyaratan ketat seperti sertifikat bebas Covid-19. Hal ini tentunya terbatas untuk urusan bisnis dan diplomatis.
Makanan untuk pasien Covid diperlukan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh karena hingga saat ini belum ada obat yang dapat melawan virus corona. Dengan mengonsumsi makanan sehat, tubuh akan memiliki imunitas yang kuat untuk dapat melawan Covid-19.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved