Tes keperawanan dilakukan untuk melihat ada tidaknya, atau robek tidaknya selaput dara. Padahal, selaput dara tidak bisa menjadi patokan seorang wanita masih perawan atau tidak. Selaput dara bisa sangat rapuh, artinya bisa robek bahkan karena aktivitas sehari-hari, seperti olaharga tertentu atau kecelakaan.
2023-03-25 07:53:26
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Tes keperawanan dilakukan dengan metode 2 jari untuk mengecek selaput dara
Table of Content
Tes keperawanan kian menjadi perdebatan di berbagai kalangan. Beberapa instansi bahkan menjadikan tes keperawanan sebagai prosedur wajib dalam proses perekrutan karyawan.
Advertisement
Namun, haruskah hal tersebut dilakukan? Dan apakah tes keperawanan ini benar-benar valid dalam menentukan virginitas seorang wanita? Bagaimana pandangan medis terkait konsep keperawanan dan tes ini bagi wanita? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Dalam masyarakat, keperawanan diartikan sebagai seorang wanita yang belum melakukan hubungan seksual. Keperawanan juga sering kali menjadi simbol kesucian seorang gadis yang belum menikah.
Keperawanan atau perawan memiliki definisi yang luas dan bisa berbeda pada setiap orang.
Beberapa orang mungkin menganggap keperawanan bisa hilang akibat seks oral, seks anal, atau saat memasukkan jari ke lubang vagina. Sementara, beberapa yang lainnya menganggap keperawanan hilang saat penis melakukan penetrasi pada vagina.
Hal ini berangkat dari mitos bahwa keperawanan seorang wanita dapat ditentukan dari selaput dara yang robek atau vagina yang longgar saat berhubungan seksual. Kondisi selaput dara (hymen) inilah yang menjadi tolok ukur pada sebagian besar tes keperawanan yang dilakukan di beberapa negara.
Perlu diingat, bahwa keperawanan bukanlah kondisi medis dan bukan sesuatu yang bisa secara spesifik didefinisikan. Hal ini merupakan pilihan dan pengalaman individu secara seksual.
Badan kesehatan dunia atau WHO bahkan menyatakan bahwa istilah keperawanan adalah konstruksi sosial, budaya, dan agama, tanpa dasar medis atau ilmiah.
Baca Juga
Meski sebenarnya tes keperawanan tidak bisa memberikan informasi mengenai perawan atau tidaknya seorang wanita, beberapa institusi atau keperluan tertentu mensyaratkan dilakukannya tes ini.
Cara tes keperawanan biasanya dilakukan melalui pemeriksaan panggul atau pemeriksaan vagina. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa selaput dara.
Tujuannya untuk mengetahui adanya peregangan atau robekan hymen, yang menandakan seseorang tidak perawan.
International Society for Sexual Medicine menyatakan hal yang sama. Sebagian besar cara tes keperawanan dilakukan dengan metode “dua jari”. Cara ini dilakukan dengan memasukkan dua jari ke lubang vagina untuk memeriksa selaput dara.
Faktanya, pemeriksaan tersebut tidak bisa mengungkapkan bahwa seorang wanita masih perawan atau telah aktif secara seksual. Bahkan, seorang ginekolog pun tidak dapat mengetahui keperawanan wanita dengan melakukan pemeriksaan fisik tersebut.
Hal ini karena struktur dan elastisitas selaput dara pada tiap wanita berbeda-beda. Hymen juga dapat berubah seiring bertambahnya usia.
Ada selaput dara yang lebih kuat, bisa meregang, tidak robek, dan tidak berdarah. Ada pula selaput dara yang mudah robek, bahkan akibat aktivitas tertentu seperti olahraga, berkuda, atau terjatuh. Wanita lainnya juga mungkin memiliki selaput dara yang tipis, atau tidak memilikinya sama sekali.
Artinya, menjadikan selaput dara sebagai penentu tes keperawanan tidaklah valid. Memiliki selaput dara longgar atau robek bukan berarti seorang wanita pernah melakukan hubungan seksual.
Jika keperawanan diartikan pernah tidaknya berhubungan seks, satu-satunya cara efektif untuk mengetahuinya adalah melalui pengakuan individu yang bersangkutan.
Dalam dunia medis, pengakuan individu terkait riwayat aktivitas seksual sangat membantu dalam mendiagnosis kondisi tertentu, seperti tanda kehamilan atau mengenali adanya penyakit menular seksual (PMS).
Terdapat beragam kepercayaan di masyarakat terkait legalitas tes keperawanan bagi wanita. Uji keperawanan sendiri merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak lama di berbagai belahan dunia dengan alasan tertentu.
Alasan melakukannya biasanya bertujuan untuk menilai kelayakan sebelum menuju jenjang pernikahan, ataupun kelayakan sebagai calon pekerja suatu instansi.
Hal ini sebagian besar dilakukan oleh tenaga kesehatan, tenaga kepolisian, bahkan tokoh masyarakat untuk menilai kehormatan dan nilai sosial seorang wanita. Bahkan di beberapa daerah, tes keperawatan dilakukan pada korban perkosaan untuk memastikan ada atau tidaknya tindakan perkosaan.
Baca Juga
Organsisasi kesehatan dunia, WHO merekomendasikan untuk tidak melakukan tes keperawanan dalam kondisi apa pun karena merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Secara ilmiah, cara tes keperawanan dengan memeriksa selaput dara bahkan tidak ada dalam dunia medis.
Tes keperawanan justru bisa berdampak buruk terhadap kondisi fisik, psikologis, dan sosial seorang wanita. Terlebih jika pemeriksaan ini dilakukan pada korban kekerasan atau pelecehan seksual.
Mengingat dasar ilmiahnya yang belum terbukti, ditambah adanya risiko buruk pada kesehatan mental seorang wanita, tes keperawanan sebaiknya tidak dilakukan.
Selain karena selaput dara bisa rusak karena berbagai hal lainnya, selain berhubungan seksual, setiap orang mungkin punya definisi yang berbeda terhadap keperawanan.
Hingga kini, tes keperawanan sendiri masih menjadi kontroversi di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Mengingat status keperawanan merupakan konstruksi sosial, budaya, dan agama, pengertian dan konsep keperawanan kembali lagi pada tiap individu.
Jika masih ada pertanyaan seputar tes keperawanan, Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Manfaat ciuman sangat besar untuk meredakan stres sekaligus membakar kalori. Apabila dilakukan setiap hari, ciuman pun bisa membuat Anda semakin dekat dengan pasangan.
Cara memasang kondom yang benar adalah dengan menggunakan pelumas. Jangan sampai salah agar terhindari dari penyakit menular seksual
Berhubungan menggunakan pakaian bisa dilakukan saat Anda sedang terburu-buru atau ingin melakukan quickie sex. Dry humping bisa jadi salah satu pilihannya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved