Gambaran keluarga ideal dan penuh cinta kasih sayangnya tidak berlaku bagi semua orang. Pada beberapa kasus, ada juga yang merasa terjebak dalam keluarganya sendiri karena dianggap toxic family. Penyebabnya bisa dari ikatan emosilnal yang buruk hingga perbedaan prinsip.
2023-03-16 17:51:45
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Berada dalam toxic family dapat mengganggu kesehatan mental
Table of Content
Gambaran keluarga ideal dan penuh cinta kasih sayangnya tidak berlaku bagi semua orang. Pada beberapa kasus, ada juga yang merasa terjebak dalam keluarganya sendiri karena dianggap toxic family. Lebih parahnya lagi, berada dalam keluarga semacam ini tidak bisa diatasi semudah meninggalkan teman atau pasangan yang toxic.
Advertisement
Ada emosi yang sulit ketika seseorang terlibat dalam toxic family. Konstruksi sosial yang ada selama ini adalah fokus untuk memaafkan dan memaklumi anggota keluarga sendiri. Merasa tidak suka atau menutup diri dari keluarga bahkan dianggap sebagai hal yang buruk.
Ada banyak sekali faktor yang membuat seseorang bisa membenci keluarga atau anggota di dalamnya. Penting untuk tahu apa pemicunya sehingga dapat lebih mudah mengendalikan situasi.
Beberapa penyebab paling umum seseorang merasa terjebak dalam toxic family di antaranya:
Kondisi buruknya ikatan dalam keluarga atau poor attachment bisa bermula sejak anak baru lahir. Tidak semua orang memiliki ikatan yang sehat saat masih kecil. Ketika pengasuh tidak konsisten, bisa berpengaruh terhadap rasa percaya pada orang lain.
Sementara jika orangtua cenderung mengabaikan, maka anak bisa sulit membangun hubungan dekat saat sudah dewasa. Lalu jika emosi pengasuh cenderung fluktuatif, anak akan kesulitan mengelola emosinya.
Toxic family adalah yang tidak bisa membentuk jarak ideal di antara tiap anggota keluarga. Contohnya mulai dari tidak menghormati privasi satu sama lain, manipulatif, mengabaikan emosi, terlalu dominan, atau terus-menerus mengkritik.
Hal ini juga bisa berlangsung hingga anak dewasa. Apabila orangtua terlalu bergantung pada anak, maka bisa mengganggu interaksi sosial anak dengan pasangan atau teman-temannya. Ini bisa menjadi sumber konflik dengan privasi dan batasan dirinya.
Seseorang juga bisa merasa terjebak dalam toxic family ketika prinsip dan tujuan hidupnya berbeda dengan anggota keluarga lain. Biasanya, ini bisa berupa pilihan politik hingga agama.
Namun, tidak menutup kemungkinan perbedaan ini juga berkaitan dengan cara menghabiskan waktu, memilih pasangan, pola asuh, hingga cara mengelola keuangan.
Selain hal-hal di atas, kekerasan emosional, pengalaman traumatis saat berkumpul, hingga isu yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental juga bisa jadi pemicu. Ketika merasa mengalami hal-hal di atas, langkah awal adalah mengenali dulu dari mana akar masalahnya.
Tak menutup kemungkinan, seseorang bisa merasa terancam secara fisik, emosional, dan psikologis ketika berada dalam toxic family. Orang yang menjadi penyebab toxic family adalah sosok yang sangat mungkin dibenci.
Oleh sebab itu, kenali juga beberapa tanda hubungan toxic family. Orang-orang semacam ini akan membuat Anda merasakan hal-hal seperti:
Perasaan ketika anggota keluarga tidak menghormati kebutuhan Anda
Merasa anggota keluarga menargetkan ekspektasi tinggi namun tidak melakukan hal serupa untuk Anda
Hubungan semacam ini akan membuat Anda merasa orang terdekat sekalipun tidak memahami siapa Anda. Selain itu, mereka juga tidak membantu atau membela saat diperlukan.
Sangat mungkin orang-orang toxic membuat sedikit sekali upaya – bahkan enggan – memahami Anda sebagai sosok individu seutuhnya
Sayangnya, orang toxic justru membuat Anda ikut menjadi buruk dan merasa negatif terhadap orang lain, bahkan dunia sekitar
Ketika situasi berjalan tidak sesuai harapan, anggota keluarga yang toxic akan menyalahkan Anda dan enggan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
Perhatikan betul apabila hal-hal di atas terjadi pada Anda. Lalu, cermati pula pemicu dan kapan terjadinya. Ini akan membantu Anda memetakan cara untuk mengatasinya.
Cukup menantang untuk bisa menghadapi situasi ketika merasa terjebak dalam toxic family. Baik yang masih tinggal bersama maupun hanya kontak sesekali, tetap penting untuk tahu cara menghadapi situasi ini. Apa saja?
Langkah pertama adalah dengan melakukan validasi alias menerima perasaan dan emosi yang muncul. Jangan salahkan diri sendiri ketika tidak bisa secara tulus dekat dengan anggota keluarga. Justru, cobalah untuk menerima diri sendiri dan mengelola emosi.
Artinya, ketika ada emosi yang terasa sulit atau menyakitkan, tetap validasikan. Dengan demikian, Anda bisa lebih sehat menghadapinya sehingga tidak disertai rasa cemas, sedih, atau ketakutan.
Apabila toxic family sudah sampai membahayakan diri Anda seperti melakukan kekerasan atau begitu membenci, sebaiknya putus hubungan dengan individu itu. Hal ini bisa dilakukan baik sementara maupun permanen.
Jika masih tinggal bersama, rencanakan dengan matang. Perhitungkan aspek seperti keuangan, tempat tinggal, proses pindah, dan faktor lain yang perlu pertimbangan matang.
Opsi lain adalah dengan memperbaiki hubungan bersama anggota keluarga dalam toxic family. Biasanya, ini menjadi solusi apabila hubungan itu benar-benar penting dan Anda masih bisa merasakan kepercayaan, komunikasi, dan perasaan positif.
Sediakan waktu dan ruang untuk sama-sama menyembuhkan diri sebelum rekonsiliasi dilakukan. Ada pilihan terapi keluarga untuk memperbaiki komunikasi dan mencari tahu bagaimana cara efektif membenahi hubungan.
Pastikan Anda memiliki boundaries atau jarak yang ideal terhadap keluarga yang toxic. Ini sulit mengingat keluarga selalu dekat sehingga jarak ini bisa terasa samar.
Jika memungkinkan, batasi interaksi dengan mereka. Ketika berkumpul pun, cari topik yang netral. Apabila ada yang mulai menyinggung topik sensitif, tegaskan bahwa hal itu tidak patut dibicarakan.
Ini akan memberikan Anda kendali dan wewenang dalam membangun hubungan bersama keluarga.
Simpan detail tentang kehidupan pribadi Anda dari toxic family. Terlebih jika selama ini mereka menggunakan detail kehidupan personal Anda sebagai senjata untuk menyerang. Sebisa mungkin, tegaskan seputar hal apa yang boleh dan tidak dilakukan.
Baca Juga
Setelah memutuskan bagaimana cara menghadapi toxic family, hormati keputusan itu. Terimalah dan proses apapun konsekuensinya. Setiap situasi berbeda. Jadi, apa yang dilakukan orang lain belum tentu sama dengan pengalaman Anda.
Jika dirasa kewalahan, ada baiknya berbicara dengan pakar kesehatan mental. Mereka bisa membaca situasi secara objektif dan memberikan pilihan yang paling memungkinkan.
Meski sulit, banyak orang merasa lebih baik setelah memutus hubungan atau jaga jarak dengan anggota toxic family. Mereka bisa merasa lebih mandiri sekaligus kuat.
Baca Juga
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar bagaimana dampak toxic family terhadap kesehatan mental, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Trauma psikologis berbeda dari rasa takut. Perasaan traumatis lebih dalam dari itu dan bisa mengganggu atau bahkan melumpuhkan kegiatan sehari-hari. Karena itu, segera jalani langkah-langkah untuk meredakannya, sebelum semuanya bertambah parah.
Tidak semua orang dikaruniai green thumb atau kepiawaian berkebun, itu benar. Meski demikian, semua orang bisa mendapatkan manfaat berkebun untuk kesehatan mental mereka, terutama mengusir rasa cemas berlebih. Rutinitas berkebun dengan segala detilnya bisa membuat seseorang tak lagi berkutat dengan pikiran negatif.
Setelah keguguran, seorang wanita dapat merasakan depresi setelahnya. Cara untuk pulih kembali yang bisa dilakukan adalah menerima kenyataan dan tidak menyalahkan diri sendiri.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved