logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
SehatQ for Corporate
TokoObatArtikelTindakan MedisDokterRumah SakitPenyakitChat DokterPromo
Kesehatan Mental

Merasa Terjebak dalam Toxic Family, Apa yang Harus Dilakukan?

open-summary

Gambaran keluarga ideal dan penuh cinta kasih sayangnya tidak berlaku bagi semua orang. Pada beberapa kasus, ada juga yang merasa terjebak dalam keluarganya sendiri karena dianggap toxic family. Penyebabnya bisa dari ikatan emosilnal yang buruk hingga perbedaan prinsip.


close-summary

2023-03-16 17:51:45

| Azelia Trifiana

Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

Berada dalam toxic family dapat mengganggu kesehatan mental

Berada dalam toxic family dapat mengganggu kesehatan mental

Table of Content

  • Penyebab merasa berada di toxic family
  • Tanda-tanda hubungan toxic family
  • Cara menghadapi toxic family
  • Catatan dari SehatQ

Gambaran keluarga ideal dan penuh cinta kasih sayangnya tidak berlaku bagi semua orang. Pada beberapa kasus, ada juga yang merasa terjebak dalam keluarganya sendiri karena dianggap toxic family. Lebih parahnya lagi, berada dalam keluarga semacam ini tidak bisa diatasi semudah meninggalkan teman atau pasangan yang toxic.

Advertisement

Ada emosi yang sulit ketika seseorang terlibat dalam toxic family. Konstruksi sosial yang ada selama ini adalah fokus untuk memaafkan dan memaklumi anggota keluarga sendiri. Merasa tidak suka atau menutup diri dari keluarga bahkan dianggap sebagai hal yang buruk.

Penyebab merasa berada di toxic family

Ada banyak sekali faktor yang membuat seseorang bisa membenci keluarga atau anggota di dalamnya. Penting untuk tahu apa pemicunya sehingga dapat lebih mudah mengendalikan situasi.

Beberapa penyebab paling umum seseorang merasa terjebak dalam toxic family di antaranya:

  • Ikatan yang buruk

Kondisi buruknya ikatan dalam keluarga atau poor attachment bisa bermula sejak anak baru lahir. Tidak semua orang memiliki ikatan yang sehat saat masih kecil. Ketika pengasuh tidak konsisten, bisa berpengaruh terhadap rasa percaya pada orang lain.

Sementara jika orangtua cenderung mengabaikan, maka anak bisa sulit membangun hubungan dekat saat sudah dewasa. Lalu jika emosi pengasuh cenderung fluktuatif, anak akan kesulitan mengelola emosinya.

  • Berbeda ekspektasi tentang peran dalam keluarga

Toxic family adalah yang tidak bisa membentuk jarak ideal di antara tiap anggota keluarga. Contohnya mulai dari tidak menghormati privasi satu sama lain, manipulatif, mengabaikan emosi, terlalu dominan, atau terus-menerus mengkritik.

Hal ini juga bisa berlangsung hingga anak dewasa. Apabila orangtua terlalu bergantung pada anak, maka bisa mengganggu interaksi sosial anak dengan pasangan atau teman-temannya. Ini bisa menjadi sumber konflik dengan privasi dan batasan dirinya.

  • Perbedaan prinsip

Seseorang juga bisa merasa terjebak dalam toxic family ketika prinsip dan tujuan hidupnya berbeda dengan anggota keluarga lain. Biasanya, ini bisa berupa pilihan politik hingga agama.

Namun, tidak menutup kemungkinan perbedaan ini juga berkaitan dengan cara menghabiskan waktu, memilih pasangan, pola asuh, hingga cara mengelola keuangan.

Selain hal-hal di atas, kekerasan emosional, pengalaman traumatis saat berkumpul, hingga isu yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental juga bisa jadi pemicu. Ketika merasa mengalami hal-hal di atas, langkah awal adalah mengenali dulu dari mana akar masalahnya.

Tanda-tanda hubungan toxic family

Tak menutup kemungkinan, seseorang bisa merasa terancam secara fisik, emosional, dan psikologis ketika berada dalam toxic family. Orang yang menjadi penyebab toxic family adalah sosok yang sangat mungkin dibenci.

Oleh sebab itu, kenali juga beberapa tanda hubungan toxic family. Orang-orang semacam ini akan membuat Anda merasakan hal-hal seperti:

  • Tidak dihormati

Perasaan ketika anggota keluarga tidak menghormati kebutuhan Anda

  • Eksploitasi

Merasa anggota keluarga menargetkan ekspektasi tinggi namun tidak melakukan hal serupa untuk Anda

  • Tidak didukung

Hubungan semacam ini akan membuat Anda merasa orang terdekat sekalipun tidak memahami siapa Anda. Selain itu, mereka juga tidak membantu atau membela saat diperlukan.

  • Salah paham

Sangat mungkin orang-orang toxic membuat sedikit sekali upaya – bahkan enggan – memahami Anda sebagai sosok individu seutuhnya

  • Negatif

Sayangnya, orang toxic justru membuat Anda ikut menjadi buruk dan merasa negatif terhadap orang lain, bahkan dunia sekitar

  • Disalahkan

Ketika situasi berjalan tidak sesuai harapan, anggota keluarga yang toxic akan menyalahkan Anda dan enggan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri

Perhatikan betul apabila hal-hal di atas terjadi pada Anda. Lalu, cermati pula pemicu dan kapan terjadinya. Ini akan membantu Anda memetakan cara untuk mengatasinya.

Cara menghadapi toxic family

Cukup menantang untuk bisa menghadapi situasi ketika merasa terjebak dalam toxic family. Baik yang masih tinggal bersama maupun hanya kontak sesekali, tetap penting untuk tahu cara menghadapi situasi ini. Apa saja?

1. Validasi perasaan

Langkah pertama adalah dengan melakukan validasi alias menerima perasaan dan emosi yang muncul. Jangan salahkan diri sendiri ketika tidak bisa secara tulus dekat dengan anggota keluarga. Justru, cobalah untuk menerima diri sendiri dan mengelola emosi.

Artinya, ketika ada emosi yang terasa sulit atau menyakitkan, tetap validasikan. Dengan demikian, Anda bisa lebih sehat menghadapinya sehingga tidak disertai rasa cemas, sedih, atau ketakutan.

2. Ambil keputusan

Apabila toxic family sudah sampai membahayakan diri Anda seperti melakukan kekerasan atau begitu membenci, sebaiknya putus hubungan dengan individu itu. Hal ini bisa dilakukan baik sementara maupun permanen.

Jika masih tinggal bersama, rencanakan dengan matang. Perhitungkan aspek seperti keuangan, tempat tinggal, proses pindah, dan faktor lain yang perlu pertimbangan matang.

3. Memperbaiki hubungan

Opsi lain adalah dengan memperbaiki hubungan bersama anggota keluarga dalam toxic family. Biasanya, ini menjadi solusi apabila hubungan itu benar-benar penting dan Anda masih bisa merasakan kepercayaan, komunikasi, dan perasaan positif.

Sediakan waktu dan ruang untuk sama-sama menyembuhkan diri sebelum rekonsiliasi dilakukan. Ada pilihan terapi keluarga untuk memperbaiki komunikasi dan mencari tahu bagaimana cara efektif membenahi hubungan.

4. Buat jarak

Pastikan Anda memiliki boundaries atau jarak yang ideal terhadap keluarga yang toxic. Ini sulit mengingat keluarga selalu dekat sehingga jarak ini bisa terasa samar.

Jika memungkinkan, batasi interaksi dengan mereka. Ketika berkumpul pun, cari topik yang netral. Apabila ada yang mulai menyinggung topik sensitif, tegaskan bahwa hal itu tidak patut dibicarakan.

Ini akan memberikan Anda kendali dan wewenang dalam membangun hubungan bersama keluarga.

5. Jaga privasi

Simpan detail tentang kehidupan pribadi Anda dari toxic family. Terlebih jika selama ini mereka menggunakan detail kehidupan personal Anda sebagai senjata untuk menyerang. Sebisa mungkin, tegaskan seputar hal apa yang boleh dan tidak dilakukan.

Baca Juga

  • Kiat Menolong Diri Sendiri Saat Beban Hidup Begitu Penuh Duri
  • Merasa Hidup Tidak Berharga? Jangan Patah Semangat, Mungkin Ini Penyebabnya
  • Apa Itu Friendzone? Kenali Ciri-Ciri dan Cara Mengatasinya

Catatan dari SehatQ

Setelah memutuskan bagaimana cara menghadapi toxic family, hormati keputusan itu. Terimalah dan proses apapun konsekuensinya. Setiap situasi berbeda. Jadi, apa yang dilakukan orang lain belum tentu sama dengan pengalaman Anda.

Jika dirasa kewalahan, ada baiknya berbicara dengan pakar kesehatan mental. Mereka bisa membaca situasi secara objektif dan memberikan pilihan yang paling memungkinkan.

Meski sulit, banyak orang merasa lebih baik setelah memutus hubungan atau jaga jarak dengan anggota toxic family. Mereka bisa merasa lebih mandiri sekaligus kuat.

Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar bagaimana dampak toxic family terhadap kesehatan mental, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.

Advertisement

kesehatan mentalpost traumatic stress disorder (PTSD)menjalin hubungan

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Metode Pembayaran

Bank BCABank MandiriBank BNIBank Permata
Credit Card VisaCredit Card Master CardCredit Card American ExpressCredit Card JCBGopay

Fitur

  • Toko
  • Produk Toko
  • Kategori Toko
  • Toko Merchant
  • Booking
  • Promo
  • Artikel
  • Chat Dokter
  • Penyakit
  • Forum
  • Review
  • Tes Kesehatan

Perusahaan

Follow us on

  • FacebookFacebook
  • TwitterTwitter
  • InstagramInstagram
  • YoutubeYoutube
  • LinkedinLinkedin

Download SehatQ App

Temukan di APP StoreTemukan di Play Store

Butuh Bantuan?

Jam operasional: 07.00 - 20.00

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved