Keterlambatan bicara pada anak berhubungan dengan kesulitan untuk membaca, menulis, memusatkan perhatian, dan bersosialisasi. Untuk menangani kondisi ini, terapi wicara ampuh atasi keterlambatan bicara anak.
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
30 Mei 2019
Terapi bicara diharapkan bisa mengatasi keterlambatan bicara pada anak
Table of Content
Anak ibu Ani sudah dapat berbicara dengan jelas di usia 2 tahun, sedangkan anak ibu Budi yang usianya sama, tidak dapat dimengerti jika berbicara. Contoh kondisi yang dialami anak ibu Budi seringkali membuat orangtua bertanya-tanya, apakah anak mereka mengalami keterlambatan bicara atau tidak.
Advertisement
Keterlambatan bicara pada anak berhubungan dengan kesulitan untuk membaca, menulis, memusatkan perhatian, dan bersosialisasi. Pada anak dengan keterlambatan bicara, pemeriksaan tumbuh kembang secara menyeluruh sangatlah penting karena bisa jadi masalah bahasa dapat muncul karena penyebab yang lain, misalnya akibat kelainan pendengaran, autisme, disabilitas intelektual, hingga penyakit langka seperti sindrom Angelman.
Bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa reseptif yang merupakan kemampuan untuk mengerti, dan bahasa ekspresif, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan ide. Sedangkan berbicara adalah produk verbal dari bahasa. Selain verbal, juga dikenal bahasa nonverbal, seperti bahasa isyarat, menggunakan gambar, atau media lainnya.
Gangguan bicara reseptif terjadi jika anak tidak dapat mengerti perkataan orang lain, sedangkan gangguan bicara ekspresif terjadi jika anak tampak mengerti apa yang dikatakan orang, tetapi tidak mampu memberi respons.
Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya keterlambatan bicara anak, tentunya perlu diketahui tahapan perkembangan anak yang normal terlebih dulu. Berikut panduannya secara umum:
Penting untuk mengetahui kapan penanganan lebih jauh perlu diberikan kepada anak yang tampak memiliki keterlambatan berbicara. Berikut adalah gejala-gejala umum pada keterlambatan bicara:
Baca juga: Mengenal Apraksia pada Anak dan Cara Mengatasinya
Terapi wicara ampuh atasi keterlambatan bicara anak, dan efektivitasnya bergantung pada penyebab dasar masalah. Terapi wicara terbukti efektif untuk anak dengan kesulitan bicara ekspresif, tetapi tidak cukup efektif mengatasi kesulitan bicara reseptif. Berikut adalah jenis-jenis terapi wicara yang bisa dijalani oleh anak:
Pada dasarnya, terapi dilakukan untuk merangsang anak untuk berbicara. Terapis akan mencoba berbagai cara seperti mengajak anak bermain, memperkenalkan kartu bergambar, atau bahasa isyarat.
Apraxia adalah kesulitan untuk mengucapkan suku kata tertentu. Anak mengetahui kata yang ingin diucapkan, tetapi tidak dapat menyebutkannya dengan benar. Terapi yang intensif dibutuhkan untuk membantu mengatasi apraxia. Terapis dapat membantu anak untuk mengerti respons pendengaran, visual, atau sentuhan. Misalnya dengan melatih anak berbicara di depan cermin atau dengan merekam suaranya.
Dalam masalah gagap, terapis akan mencoba untuk melatih anak berbicara lebih pelan dan jelas karena berbicara terlalu cepat seringkali membuat gagap lebih berat.
Berhasil tidaknya seorang anak dengan keterlambatan bicara untuk berbicara dan berkomunikasi secara normal sangat bergantung pada tipe kelainan dan penyebabnya. Secara umum, hasil yang lebih baik akan didapat jika dilakukan deteksi dan intervensi sedini mungkin.
Para ahli sepakat mengenai tidak ada patokan usia yang pasti untuk mendiagnosis keterlambatan bicara. Kekhawatiran orangtua adalah salah satu indikasi awal yang dapat digunakan untuk segera memeriksakan anak.
Advertisement
Ditulis oleh dr. Adelina Haryono
Referensi
Artikel Terkait
Terapi okupasi dilakukan untuk membantu individu mencapai tingkat maksimal fungsi dan kemandirian dalam semua aspek kehidupan. Terdapat beberapa jenis terapi okupasi yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.
25 Jun 2021
Terapi suportif adalah terapi bicara agar pasien dapat mengekspresikan keresahan mereka serta membantu mengatasi tekanan emosional dan masalah hidup.
14 Apr 2021
Tanpa cara berkomunikasi lain yang efektif, penderita happy puppet syndrome semakin terisolasi dari dunia luar. Untungnya, sebagian besar anak tetap dapat berkomunikasi menggunakan ekspresi, isyarat, ataupun simbol. Cara ini dikenal sebagai Augmentative and Alternative Communication (AAC). Tujuan dari AAC adalah agar anak dapat menyatakan permintaan akan sesuatu, penolakan tidak menginginkan sesuatu, dan terlibat dalam interaksi sosial.
28 Mei 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved