Terapi hormon tidak hanya sekedar untuk orang yang ingin menjalani operasi ganti kelamin, tetapi justru umumnya digunakan untuk mengatasi menopause. Terapi ini mampu mengurangi dampak menopause, seperti sensasi panas, berkeringat, serta ketidaknyamanan di organ intim.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
27 Apr 2023
Terapi hormon sering digunakan untuk mengurangi efek menopause
Table of Content
Terapi hormon adalah salah satu pengobatan alternatif medis yang bisa digunakan oleh wanita yang memasuki usia menopause. Seorang wanita dikatakan sudah menopause bila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12 bulan.
Advertisement
Terapi hormon bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari kondisi yang dialami, seperti sensasi panas yang berasal dari dalam tubuh, berkeringat berlebihan, dan rasa tidak nyaman pada organ intim karena vagina kering.
Meski terdengar sederhana dan efektif, terapi hormon yang dapat dikenal sebagai obat hormon untuk wanita menopause ini memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan sebelum menjalaninya. Bahkan, tidak semua orang cocok untuk menggunakannya.
Terapi hormon atau hormone replacement therapy merupakan obat yang mengandung hormon wanita.
Dikenal pula sebagai obat hormon ini digunakan untuk mengurangi dampak dari menopause, seperti ketidaknyamanan pada organ intim, berkeringat, dan sensasi panas berlebih yang berasal dari dalam tubuh (hot flashes).
Namun, pada kasus tertentu, terapi hormon digunakan sebagai penanganan untuk orang-orang yang ingin melakukan operasi ganti kelamin ataupun orang-orang yang mengalami gangguan hormon tertentu.
Pada wanita menopause, terapi hormon tidak hanya mengatasi gejala dari menopause, melainkan juga mampu mengurangi risiko osteoporosis dan keretakan tulang pada wanita yang mengalami menopause atau dalam masa post menopause.
Terapi hormon biasanya mengandung hormon estrogen dan progesteron. Namun, beberapa terapi hormon hanya mengandung estrogen. Terkadang, ada juga terapi hormon yang mencampurkan hormon testosteron di dalamnya.
Terapi hormon dapat dipertimbangkan sebagai salah satu obat hormon untuk menopause. Namun, sebelum menjalaninya, Anda perlu mengetahui jenis-jenis terapi hormon sebagai berikut:
Salah satu jenis obat hormon untuk menopause adalah terapi hormon estrogen. Terapi hormon estrogen dilakukan untuk menyeimbangkan kadar estrogen dan progesteron selama atau mendekati menopause.
Terapi hormon estrogen umumnya hanya diberikan kepada wanita yang telah menjalani operasi pengangkatan rahim atau histerektomi. Terapi hormon estrogen tidak melibatkan hormon progesteron.
Bila Anda belum menjalani operasi pengangkatan rahim, maka Anda sebaiknya mengambil terapi hormon kombinasi estrogen dan progesteron. Sebab, kadar estrogen tanpa adanya progesteron dapat meningkatkan pertumbuhan dinding rahim dan memperbesar peluang Anda terkena risiko kanker rahim.
Terapi hormon estrogen bisa didapatkan dalam bentuk krim, pil, koyo, semprotan, dan gel. Terapi hormon estrogen efektif dalam mengurangi gejala menopause, seperti ketidaknyamanan pada vagina dan hot flashes, serta mengurangi kemungkinan terkena osteoporosis.
Terapi hormon estrogen lokal hanya dapat mengatasi gangguan pada organ intim saat menopause dan tidak dapat mengatasi dampak menopause lainnya, seperti hot flashes.
Terapi hormon estrogen lokal juga tidak mengurangi peluang menderita osteoporosis.
Terapi hormon estrogen bisa dalam bentuk cincin yang akan dimasukkan ke dalam organ intim, tablet, dan krim.
Terapi hormon berpola biasanya diberikan pada wanita yang masih menstruasi tetapi sudah mengalami gejala dari menopause.
Terapi hormon dengan kombinasi hormon estrogen dan progresteron akan diberikan pada akhir siklus menstruasi selama 14 hari, langsung diberikan dengan dosis untuk 14 hari, atau diberikan setiap 13 minggu.
Terapi hormon siklus panjang sangat tidak disarankan karena keamanannya masih dipertanyakan. Terapi hormon siklus panjang dapat menimbulkan perdarahan tiap tiga bulan.
Berbeda dengan terapi hormon berpola, terapi hormon terus-menerus digunakan saat wanita memasuki masa post menopause.
Pada terapi hormon ini, Anda akan diharuskan untuk menjalani terapi hormon kombinasi progesteron dan estrogen secara terus-menerus.
Terapi hormon tidak terlepas dari efek samping. Pasalnya, sebelum menjalani terapi hormon, Anda perlu memahami dengan benar efek samping yang mungkin bisa dialami ketika mengikuti terapi hormon.
Saat Anda menjalani terapi hormon maka Anda lebih berisiko untuk mengalami kondisi medis di bawah ini:
Namun, risiko-risiko di atas dipengaruhi pula oleh faktor usia. Wanita yang menjalani terapi hormon saat berada pada usia 60 tahun atau di atas 60 tahun akan lebih berpeluang untuk mengalami efek samping di atas.
Kemungkinan mengalami efek samping terapi hormon juga sangat bergantung pada faktor rekam medis, kondisi medis yang dialami, dosis hormon yang diberikan, dan jenis terapi hormon yang dijalani.
Baca Juga
Selain karena efek sampingnya, Anda tetap perlu mengunjungi dokter untuk mengetahui apakah Anda cocok menjalani terapi hormon untuk mengatasi gejala menopause.
Sebab, tidak semua wanita dapat mengikuti terapi hormon. Wanita yang kemungkinan masih bisa hamil atau risiko mengalami kondisi medis tertentu tidak bisa menjalani terapi hormon, seperti:
Baca Juga
Selain itu, Anda juga perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memilih jenis terapi hormon untuk mengatasi menopause yang sesuai untuk Anda serta dalam bentuk apa terapi hormon akan diberikan.
Advertisement
Ditulis oleh Anita Djie
Referensi
Artikel Terkait
Keputihan setelah berhubungan seks umumnya tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan khusus. Keputihan yang normal bisa menjaga vagina tetap lembap dan terlindungi dari infeksi.
16 Sep 2022
Senam otak pada lansia bermanfaat untuk menjaga agar otak tetap berfungsi baik dan mencegah pikun. Apa saja jenis senam otak tersebut?
22 Mei 2021
Mencari tahu pertanyaan seputar seks bisa membantu kamu lebih paham tentang mencari kenikmatan dalam melakukan hubungan intim sekaligus kesehatan reproduksi.
6 Jun 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved