Individu yang memiliki sifat overachiever bisa sukses baik secara akademik maupun profesional. Namun, dalam jangka panjang sifat ini malah bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan seseorang yang akhirnya malah menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
2023-03-20 18:21:07
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Sikap overachiever dapat membuat seseorang bekerja berlebihan
Table of Content
Memang benar bahwa individu yang overachiever bisa sukses baik secara akademik maupun profesional. Namun, ingat bahwa ini bisa jadi biang kerok terjadinya ketidakseimbangan dalam hidup seseorang.
Advertisement
Bukan tidak mungkin, overachiever mengabaikan kebutuhan dirinya, keluarga, dan teman-temannya demi mencapai kesuksesan. Seakan dibutakan oleh keinginan mendapat pencapaian terbaik.
Masalah pada individu yang overachiever tidak terletak pada keinginannya untuk mencapai kesuksesan. Ini bukan masalah. Hanya saja, cara untuk mencapainya bisa menimbulkan masalah.
Beberapa tanda-tanda sosok orang yang overachiever di antaranya:
Tentu selain beberapa tanda-tanda orang yang overachiever di atas, ada hal lain yang juga menjadi indikator. Penting untuk mengenali ketika situasi sudah kelewat batas agar tahu kapan menarik tuas rem.
Dampak dari overachiever
Beberapa dampak yang mungkin timbul ketika seseorang terjebak dalam keinginan overachiever adalah:
Sosok overachiever akan sangat fokus pada hasil akhir. Ini yang menjadi standar dalam menjalani keseharian. Ketika tercapai, mereka lebih merasa lega karena tidak gagal, bukannya benar-benar menikmati pencapaiannya. Begitu pula sebaliknya. Ketika gagal, mereka bisa merasa benar-benar hancur.
Jangan heran apabila sosok overachiever memasang ekspektasi luar biasa tinggi. Mereka pun tak segan-segan mengkritik diri sendiri dengan keras dan berlebihan. Alhasil, merasa cemas dan meragukan diri sendiri akan menjadi bagian dari pikiran yang menghantui. Ini adalah perpaduan tak terhindarkan munculnya stres.
Terlalu terbutakan dengan masa depan membuat seorang overachiever cenderung mengabaikan apa yang terjadi saat ini. Mereka acuh pada apa yang ada saat ini, karena sibuk khawatir dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Tak heran jika sulit bagi mereka untuk menikmati waktu saat ini, apalagi bersikap mindful.
Bukan workaholic saja, namun orang overachiever seakan-akan tak bisa berhenti bekerja. Tak pernah mengambil cuti, menyendiri, atau bahkan sekadar bersantai. Pola ini terus berulang, terutama saat masa-masa sibuk. Ketika sudah kronis, overachiever akan merasa bingung bagaimana menekan tombol pause dari pekerjaan.
Pemandangan yang akan sering terlihat dari seorang overachiever adalah lembur setiap hari, terus-menerus bekerja, bahkan tidak meluangkan waktu untuk merawat diri atau menjalani hobi.
Berani, memang. Namun cenderung berlebihan ketika orang overachiever sudah menghalalkan berbagai risiko demi mencapai tujuannya. Bahkan yang tidak etis sekalipun. Mereka rela melakukan apapun demi tidak menghadapi kegagalan. Bukan hanya dalam pekerjaan, ini juga bisa terjadi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Ekspektasi berlebihan akan membuat seorang overachiever merasa stres. Ketika sudah menumpuk, rentan terjadi ledakan emosional saat situasi tidak berjalan sesuai rencana. Bahkan, hal sederhana saja bisa membuat mereka meledak tak keruan.
Bagi overachiever, evaluasi atau kritik dari orang lain bisa jadi sangat destruktif. Sebab, menurut mereka kritik adalah indikasi terjadinya kegagalan. Ini adalah hal yang paling ditakuti oleh mereka. Bahkan, dari kritik kecil sekalipun.
Setiap orang pasti punya sumber motivasi. Bagi overachiever, mereka termotivasi rasa takut. Takut gagal, takut mengecewakan orang lain, takut terlihat lemah, takut tampak tidak kompeten. Inilah yang menjadi sumber kecemasan mereka.
Pada akhirnya, orang semacam ini akan bekerja keras demi menghindari kegagalan, bukan demi mencapai kesuksesan. Kondisi ini juga disertai dengan rasa khawatir, takut, dan kehilangan kepercayaan diri.
Baca juga: Sisi Gelap Menjadi Orang Perfeksionis bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Apabila dampak dan tanda-tanda orang yang overachiever di atas telah Anda alami, saatnya mengambil sikap. Ini penting, jangan sampai keinginan mencapai tujuan justru merusak kesehatan fisik, mental, dan relasi dengan orang lain.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan seperti:
Ambil jeda dari kesibukan dan tuntutan sehari-hari, kemudian renungkan kembali apa yang menjadi prioritas Anda. Pertimbangkan pula bagaimana perasaan Anda ketika tujuan tidak tercapai? Lalu, tarik kesimpulan apakah ekspektasi ini realistis?
Setidaknya, ini bisa menjernihkan pikiran untuk tahu apa motivasi yang selama ini ada.
Jangan lupakan pentingnya merawat diri sendiri, baik fisik maupun mental. Ambil jeda saat merasa lelah, apresiasi pencapaian selama ini, dan lakukan hal setiap hari yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Bisa dengan berolahraga, minum smoothies, meditasi, dan banyak lagi.
Bagi overachiever, mungkin relasi dengan orang lain di sekitar kerap kali bukan menjadi prioritas. Baik itu dengan keluarga, pasangan, teman, bahkan tetangga. Cobalah untuk lebih terkoneksi dengan mereka. Hubungan sosial yang baik akan menjadi faktor penting bagi kesuksesan seseorang.
Tentu orang overachiever punya sumber ketakutan yang membuatnya terbutakan untuk mencapai tujuan. Ketakutan ini bukan untuk diabaikan atau dianggap tidak ada. Justru, bertemanlah dengan rasa takut. Kenali akar masalahnya sehingga perlahan bisa menerima.
Bantuan terapis atau pakar kesehatan mental bisa membantu dalam proses ini.
Mantra dalam hal ini sama seperti positive self-talk yang bisa menjadi pengingat agar tidak terlalu menuntut diri berlebihan. Contohnya seperti apresiasi sudah melakukan yang terbaik, merasa cukup, dan mencintai diri sendiri. Mantra semacam ini juga menjadi pengingat untuk menyayangi diri sendiri.
Setelah semua pencapaian sejauh ini - terlepas dari sempurna atau tidak - Anda layak mendapat apresiasi. Tidak perlu menjadi sempurna, karena tiap orang unik dan punya jalan hidup masing-masing. Ketika Anda merasa terjebak sebagai seorang overachiever, ketahuilah bahwa semua ini bisa teratasi.
Baca Juga
Hal terpenting, ketahui apa sumber ketakutan Anda. Apa yang sampai membuat Anda tidak bisa tenang menjalani hidup dan terus dihantui keharusan untuk sukses? Dari situ, masalah perlahan bisa terurai.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar cara membiasakan diri memberikan afirmasi positif, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Momen first kiss bagaikan pertaruhan, apakah akan menjadi hal yang dikenang indah seumur hidup? Ini tipsnya agar sukses dan berkesan.
KDRT pada anak bisa menjadi gangguan mental pada anak hingga dewasa. Salah satu yang umum terjadi adalah gangguan identitas disosiatif atau gangguan kepribadian ganda.
Sakit jiwa tidak bisa sembuh total tetapi sangat mungkin untuk diredakan gejalanya sehingga pengidap gangguan jiwa bisa menjalani aktivitas sehari-hari tanpa gangguan. Sakit jiwa dikatakan tidak bisa sembuh total karena kemungkinan kambuhnya cukup tinggi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved