logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Bayi & Menyusui

Mengenal Pentingnya Zat Besi untuk Bayi

open-summary

Zat besi untuk bayi memiliki peranan penting seperti membentuk sel darah merah yang membawa oksigen tubuh. Kekurangan zat besi pada bayi bisa mengganggu kesehatan mereka.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri

18 Nov 2019

Zat besi untuk bayi yang tidak terpenuhi dengan baik dapat menyebabkan kulit bayi pucat

kekurangan zat besi untuk bayi dapat ditandai dengan kulit bayi yang pucat

Table of Content

  • Pentingnya zat besi untuk bayi
  • Sumber zat besi untuk bayi
  • Kebutuhan zat besi harian untuk bayi
  • Suplemen zat besi untuk bayi
  • Efek samping suplemen zat besi bayi

Salah satu suplemen yang kerap direkomendasikan untuk bayi adalah tambahan zat besi. Sejatinya, cadangan zat besi di tubuh bayi hingga usia 4 bulan masih sangat cukup. Namun pada beberapa kondisi, zat besi untuk bayi memang dibutuhkan.

Advertisement

Pada bayi yang sehat, bayi bisa menyerap zat besi dari ASI dengan baik. Berpadu dengan persediaan zat besi dalam tubuh mereka, setidaknya kadar hemoglobin bayi tetap berada di kadar normal hingga 4 bulan pertama usia mereka.

Namun demikian, banyak hasil studi di Indonesia yang menyatakan bahwa sebagian besar bayi Indonesia kekurangan zat besi, sehingga perlu mendapatkan suplemen zat besi.

Zat besi untuk bayi bisa dibutuhkan pada mereka yang terlahir prematur. Hal ini terjadi karena sebagian besar persediaan zat besi bayi baru diperoleh dari sang ibu saat trimester akhir kehamilan.

Baca Juga

  • Mirip Leunca, Manfaat Rimbang atau Tekokak Beragam untuk Kesehatan
  • Bisakah Anemia pada Janin Diatasi dengan Transfusi Darah?
  • Tips Memilih Suplemen Vitamin C untuk Daya Tahan Tubuh

Pentingnya zat besi untuk bayi

Zat besi merupakan nutrisi yang sangat penting bagi pertumbuhan bayi. Lewat zat besi komponen sel darah merah terbentuk untuk membawa oksigen dari paru-paru bisa tersalurkan ke seluruh tubuh. Tak hanya itu, zat besi juga membantu otot menyimpan dan memanfaatkan oksigen.

Ketika seorang bayi kekurangan zat besi, ada banyak dampaknya bagi kesehatan mereka. Gejala awalnya bisa berupa menurunnya nafsu makan, anemia hingga memengaruhi kecerdasan otak.

Jika anemia defisiensi besi terus dibiarkan, dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan bayi.

Gejala lain saat bayi mengalami kekurangan zat besi adalah:

  • Kulit pucat
  • Lemas
  • Pertumbuhan jadi lebih lambat
  • Nafsu makan menurun
  • Napas lebih cepat dari normal
  • Masalah perilaku
  • Kerap mengalami infeksi
  • Ingin mengonsumsi hal yang tak wajar seperti es batu, debu, cat, dan lainnya atau disebut pica eating disorder

Sumber zat besi untuk bayi

Bayi yang minum ASI akan mendapatkan asupan zat besi yang melindungi si Kecil dari bakteri berbahaya seperti E.coli, Salmonella, Clostridium, Bacteroides, dan Staphylococcus.

Protein dalam ASI seperti laktoferin dan transferin menjaga saluran pencernaan bayi. Selain itu, zat besi juga mencegah bakteri berkembang biak lebih banyak.

Apabila bayi diberi suplemen zat besi sebelum usia 6 bulan, justru kemampuannya untuk menyerap zat besi alami secara efisien akan berkurang. Bahkan, suplemen zat besi untuk bayi dapat mengganggu kemampuan protein dalam mengikat zat besi dari ASI.

Ketika fase ASI eksklusif telah selesai dan bayi mulai mengenal makanan pendamping ASI atau MPASI, zat besi bisa diperoleh dari makanan yang mengandung zat besi untuk bayi seperti:

  • Daging berwarna merah seperti sapi, kalkun, kambing dan daging ayam
  • Jamur
  • Sayuran hijau
  • Ketela
  • Tahu
  • Kuning telur
  • Gandum dan biji-bijian
  • Tomat
  • Ikan (tuna, sarden)
  • Sereal bayi yang diperkaya zat besi

Selain makanan seperti di atas, sumber zat besi juga bisa diperoleh dari buah yang mengandung zat besi untuk bayi seperti:

  • Kurma
  • Aprikot kering
  • Berry
  • Semangka
  • Kismis
  • Delima

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan untuk memberikan makanan yang mengandung zat besi untuk bayi minimal 2 kali sehari. Cara mengolah makanan tinggi zat besi tersebut juga bisa dibarengi dengan sumber vitamin C lainnya seperti jeruk, stoberi, brokoli, paprika untuk dapat meningkatkan absorpsi zat besi dari sereal dan sayuran sehingga lebih banyak yang bisa diserap oleh saluran cerna.

Perlu diingat bahwa makanan-makanan di atas harus diperkenalkan secara bertahap kepada bayi. Dikhawatirkan ada reaksi alergi dari bayi. Tak hanya itu, mengolahnya pun harus benar-benar tepat sehingga tekstur makanan tidak membuat bayi rentan tersedak.

Kebutuhan zat besi harian untuk bayi

Berdasarkan kelompok usianya, kebutuhan zat besi bisa berbeda. Berikut panduannya menurut Kementerian Kesehatan RI:

  • Bayi 0-6 bulan: 0,27 mg
  • Bayi 7-12 bulan: 11 mg
  • Anak 1-3 tahun: 7 mg
  • Anak 4-8 tahun: 10 mg
  • Anak 9-13 tahun: 8 mg
  • Remaja 14-18 tahun (perempuan): 15 mg
  • Remaja 14-18 tahun (laki-laki): 11 mg

Tentunya, kebutuhan zat besi di atas bisa berbeda antara satu anak dengan anak lainnya.

Suplemen zat besi untuk bayi

Memberikan suplemen zat besi bayi di atas 6 bulan sah-sah saja, terutama jika memang bayi berisiko mengalami kekurangan zat besi.

Selain bayi prematur, ada juga faktor risiko yang membuat bayi bisa jadi memerlukan suplemen zat besi tambahan, yaitu:

  • Anak yang sulit makan atau kurang mendapat asupan protein
  • Kondisi medis yang membatasi penyerapan nutrisi
  • Anak terlahir dari ibu yang kekurangan zat besi
  • Anak yang mengonsumsi terlalu banyak susu sapi
  • Anak yang hanya minum ASI

Memberikan suplemen zat besi harus atas rekomendasi dari dokter anak. Bila perlu, dokter akan memeriksa sampel darah untuk tahu seberapa banyak simpanan zat besi bayi tersebut. Suplemen akan diberikan jika dokter melihat bayi memang mengalami kekurangan zat besi.

Efek samping suplemen zat besi bayi

Suplemen zat besi dapat diberikan dalam bentuk tetes, sirup, gummies, atau bubuk. Namun perlu diingat juga bahwa ada efek samping dari konsumsi suplemen zat besi.

Umumnya, suplemen zat besi dapat menyebabkan sakit perut hingga konstipasi pada bayi. Jangan berlebihan memberikan zat besi karena berisiko menyebabkan anak mengalami diare, muntah, hingga tubuh terasa sangat lemah.

Selalu berikan zat besi sesuai dosis karena memperbanyak dosis tidak akan mempercepat perbaikan kondisi defisiensi zat besi. Jangan ragu untuk berkonsultasi ke dokter jika bayi mengalami masalah kekurangan zat besi.

Untuk menghindari penyerapan suplemen zat besi yang berlebihan, Anda juga bisa memadukan dengan vitamin C seperti dari stroberi dan jeruk yang dapat membantu menyerap zat besi pada bayi.

Advertisement

anemiavitamin anakzat besianemia defisiensi besi

Ditulis oleh Azelia Trifiana

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved