Inflamasi atau peradangan adalah respons alami tubuh saat ada patogen penyebab penyakit, masuk dan menyerang sistem imun. Saat inflamasi terjadi, akan ada beberapa gejala yang muncul, seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan.
Ditinjau secara medis oleh dr. Reni Utari
19 Nov 2020
Inflamasi adalah bahasa medis dari peradangan
Table of Content
Inflamasi atau peradangan adalah respons alami dari sistem imun tubuh terhadap virus, bakteri, jamur, maupun benda asing lain penyebab penyakit, yang datang menyerang. Saat inflamasi terjadi, tubuh akan mengalami berbagai gejala peradangan, seperti nyeri, demam, dan bengkak pada area yang terdampak.
Advertisement
Selain karena paparan zat berbahaya, inflamasi juga bisa dipicu oleh cedera, seperti saat Anda terbentur sesuatu.
Pada kasus tertentu, sistem imun juga bisa salah dan menyerang sel-sel yang sehat dan menimbulkan respons inflamasi. Penyakit yang muncul akibat hal ini disebut penyakit autoimun.
Ada dua jenis inflamasi atau peradangan, yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Lantas, apa perbedaan keduanya? Berikut ini penjelasannya.
Inflamasi akut adalah kondisi peradangan yang terjadi secara tiba-tiba atau dalam waktu singkat. Biasanya, kondisi ini akan muncul beberapa jam atau hari setelah pemicunya terjadi dan bisa bertambah parah dalam waktu yang singkat.
Biasanya, inflamasi akut dipicu oleh kejadian yang juga mendadak atau terjadi dalam waktu cepat, seperti benturan, cedera, atau infeksi.
Ada lima tanda dan gejala kunci yang dapat muncul pada inflamasi akut, yaitu:
Contoh penyakit yang masuk sebagai inflamasi akut antara lain:
Dibandingkan dengan inflamasi akut, inflamasi kronis biasanya lebih sulit dikenali karena gejalanya tidak terlalu terlihat.
Gejala inflamasi kronis antara lain:
Tingkat keparahan gejala di atas bisa beragam, mulai dari ringan hingga parah dan bisa terus-menerus terjadi selama beberapa bulan bahkan tahun. Karena itulah kondisi ini digolongkan sebagai penyakit kronis.
Penyebab inflamasi kronis ada beragam, seperti:
Beberapa hal juga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena inflamasi kronis, adalah:
Baca Juga: Ragam Makanan yang Bisa Turunkan Tingkat Inflamasi di Tubuh
Menurut jurnal ilmiah tentang inflamasi, saat “diserang” oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing, maka secara alami, tubuh akan melakukan respons perlindungan untuk menghindarkan kita dari penyakit.
Untuk memberikan perlindungan tersebut, ada banyak zat yang berperan, termasuk hormon histamin dan bradikinin. Zat-zat yang terlibat itu dinamakan sebagai mediator inflamasi.
Zat tersebut lah yang memicu pelebaran pembuluh darah saat peradangan terjadi. Akibatnya, area tubuh yang terkena biasanya warnanya akan berubah menjadi kemerahan dan terasa panas.
Aliran darah tadi, datang membawa “pasukan” yang berisi sel-sel imun. Sel imun ini akan berperang langsung melawan patogen penyebab penyakit.
Selain membawa sel imun, pembuluh darah yang membesar juga akan menyebabkan cairan jadi lebih mudah mengalir ke area peradangan. Itulah alasannya saat inflamasi, pembengkakan sering terjadi.
Sementara itu, kedua hormon yang masuk sebagai mediator inflamasi tadi, juga akan memicu iritasi pada saraf. Oleh karena itu, saat ada bagian tubuh yang meradang, Anda akan merasakan nyeri.
Rasa nyeri ini ada fungsinya. Sebab saat merasa sakit, secara alami tubuh akan memberi pelrindungan lebih pada bagian tersebut, sehingga kerusakan yang terjadi tidak bertambah parah.
Setelah patogen berhasil dikalahkan, sistem di tubuh berangsur-angsur akan kembali normal dan inflamasi pun mereda.
Inflamasi atau peradangan di tubuh beserta gejalanya, bisa mereda apabila Anda mengonsumsi obat anti-inflamasi non-steroid, obat kortikosteroid, maupun obat pereda nyeri.
Jenis obat yang paling umum digunakan untuk meredakan inflamasi adalah obat golongan NSAID, seperti ibuprofen, naproxen, kalium diklofenak, hingga aspirin.
Obat-obatan ini mampu meringankan gejala inflamasi seperti demam, nyeri, bengkak, dan kemerahan dalam beberapa kali penggunaan.
Namun jika dikonsumsi berlebihan, obat golognan NSAID berisiko menimbulkan efek samping, seperti tukak lambung dan penyakit ginjal.
Kortikosteroid adalah salah satu tipe hormon steroid dengan kemampuan menekan sistem imun yang mulai menyerang sel-sel sehat, untuk mengurangi respons inflamasi. Hal ini membuat gejala sekaligus peradangan mereda dengan sendirinya.
Meski dianggap ampuh untuk mengatasi peradangan, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang tidaklah disarankan.
Pasalnya, jika dikonsumsi terlalu lama, obat ini berisiko menimbulkan gangguan penglihatan, tekanan darah tinggi, hingga osteoporosis.
Contoh obat golongan kortikosteroid adalah dexamethasone, methylprednisolone, prednisone, dan triamcinolone.
Obat pereda nyeri seperti paracetamol, juga bisa digunakan untuk mengatasi rasa nyeri yang timbul akibat peradangan, meski tidak bisa menyembuhkannya.
Obat ini biasanya diberikan pada orang-orang yang alergi obat golongan NSAID atau kortikosteroid, saat mengalami nyeri peradangan yang cukup mengganggu.
Baca Juga
Selain dengan mengonsumsi obat-obatan, kadar inflamasi di tubuh juga bisa menurun dengan mengonsumsi berbagai makanan di bawah ini:
Tak banyak yang tahu, cabai mengandung banyak vitamin C dan antioksidan yang sangat baik untuk meredakan dan mencegah inflamasi di tubuh. Cabai juga memiliki asam sinapic dan asam ferulat yang dapat mengurangi respons peradangan.
Ada ribuan jenis jamur di dunia ini. Namun yang dianggap bisa memberikan efek antiinflamasi dan mudah ditemukan di Indonesia antara lain adalah jamur shiitake dan jamur portabelo.
Selain kaya akan vitamin B, jamur juga mengandung banyak fenol dan antioksidan yang bisa membantu meredakan peradangan di tubuh.
Brokoli juga mengandung antioksidan yang bisa memberikan efek antiinflamasi di tubuh. Sulforaphane, antioksidan dalam sayuran ini, dapat mengurangi jumlah cytokin di tubuh, yang dalam jumlah banyak berisiko memicu peradangan.
Curcumin sebagai ciri khas kunyit merupakan salah satu jenis zat dengan manfaat antiinflamasi yang sudah tersohor. Rempah yang satu ini sudah terbukti bisa meredakan inflamasi pada radang sendi maupun diabetes.
Tomat kaya akan kandungan vitamin C, kalium, dan likopen. Ketiga zat ini sangatlah baik untuk meredakan inflamasi dan bahkan menurunkan risiko Anda terkena kanker.
Setelah mengenali lebih jauh soal inflamasi, Anda diharapkan bisa lebih waspada saat gejala-gejalanya muncul. Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar kondisi ini, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Ditulis oleh Nina Hertiwi Putri
Referensi
Artikel Terkait
Penderita lupus tidak hanya membutuhkan obat antiinflamasi, tetapi juga obat untuk mengatasi ruam-ruam kulit di wajah. Kortikosteroid menjadi salah satu obat antiinflamasi yang bisa digunakan untuk mengatasi gangguan kulit.
1 Jul 2019
Manfaat ibuprofen utamanya adalah meredakan nyeri akibat peradangan di dalam tubuh. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri di kepala, gigi, punggung, hingga otot.
6 Nov 2020
Cara mengobati usus buntu tanpa operasi adalah dengan obat antibiotik. Jenis antibiotik yang diberikan antara lain adalah amoxicillin, metronidazole, ciprofloxacin, dan ampicillin.
26 Jun 2023
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved