Fobia balon atau globophobia adalah ketakutan akan balon. Kondisi ini umumnya terjadi pada anak-anak, dan bisa berlangsung hingga dewasa.
2 Agt 2022
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
Fobia balon atau globophobia bisa menyebabkan anak ketakutan
Table of Content
Anak-anak umumnya senang bermain balon karena bentuk dan warnanya yang beragam. Namun, jika mereka terlihat takut atau gugup saat berada di dekat balon, waspadai fobia balon atau globophobia pada anak.
Advertisement
Kondisi ini bahkan bisa terbawa hingga dewasa sehingga membuat penderitanya terlihat aneh saat berada di dekat balon. Ketahui lebih jauh mengenai tanda-tanda hingga cara mengatasi fobia balon pada anak.
Fobia balon atau globophobia adalah ketakutan terhadap balon. Orang yang mengalami fobia ini biasanya takut dengan suara balon pecah. Fobia balon umumnya terjadi pada anak-anak dan dapat bertahan hingga dewasa.
Walaupun takut akan balon kedengarannya konyol, fobia ini bisa menimbulkan kecemasan dan stres bagi penderitanya, bahkan mungkin mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Sebagian besar penderita globophobia mengakui bahwa ketakutan mereka memang tidak rasional. Namun, terlepas dari hal tersebut, ketakutan ini bisa terus terjadi hingga terasa mengganggu.
Umumnya, penyebab fobia balon adalah peristiwa traumatis yang dialami anak, seperti balon meletus di dekat telinga atau wajahnya secara tiba-tiba.
Hal ini membuat mereka mengkhawatirkan pengalaman buruk tersebut akan terulang sehingga semakin takut.
Ketika melihat balon, otak orang dengan globophobia akan mengaitkan peristiwa traumatis sebelumnya, kemudian tubuhnya merespons dengan mengaktifkan mode lawan atau lari (fight or flight) karena merasa terancam.
Kondisi inilah yang membuat mereka merasa panik. Otak pun memerlukan waktu untuk memberi tahu tubuh jika kondisinya sudah aman.
Globophobia tidak terdaftar dalam Panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Namun, psikolog atau psikiater dapat mendiagnosis penderitanya dengan jenis fobia spesifik.
Berikut adalah sejumlah gejala fobia balon yang dapat terjadi.
Fobia jenis ini menjadi ketakutan yang nyata untuk anak, bahkan tidak terkendali, sehingga bisa mengambil alih pikiran mereka yang mengarah pada tindakan ekstrem untuk menghindarinya, misalnya melompat dari ketinggian atau berlari di jalan yang padat kendaraan.
Usaha mengamankan diri ini juga dapat memperkuat fobia, alih-alih mengendalikannya. Sebagai solusnya, Anda dapat membawa anak ke psikolog untuk mendapat penanganan yang tepat.
BACA JUGA: Fobia Ketinggian (Akrofobia) - Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Sebagian besar orang yang menderita globophobia merasa terbantu dengan psikoterapi.
Salah satu jenis psikoterapi yang digunakan sebagai cara mengatasi phobia adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy).
Terapi perilaku kognitif adalah jenis konseling yang dapat membantu mengubah cara berpikir dan berperilaku seseorang untuk mengatasi fobianya.
Salah satu bagian dari proses CBT dalam mengatasi fobia adalah melibatkan paparan bertahap terhadap apa yang ditakuti (desensitisasi) sehingga bisa mengurangi kecemasan.
Misalnya, jika anak takut balon, terapis akan meminta mereka untuk melihat gambar, memegang, atau menyentuh balon kempes.
Jika sudah terbiasa, terapis akan meminta anak memainkan balon yang sudah ditiup dan memecahkannya.
Terapi ini memungkinkan anak mengendalikan fobianya secara bertahap. Ketika perawatan berlangsung, kecemasan mereka terhadap fobia balon akan berkurang.
Oleh sebab itu, konsultasikan pada psikolog jika anak membutuhkan terapi ini.
Untuk berdiskusi lebih lanjut seputar fobia balon, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Terapi EFT atau emotional freedom technique adalah metode alternatif yang digunakan untuk mengatasi tekanan emosional. Terapi ini diyakini mampu mengusir emosi negatif.
Gelisah dan terus bergerak saat tidur bisa disebabkan berbagai faktor. Pemicunya, mulai dari sleep hygiene buruk hingga kondisi medis. Faktor seperti stres, stimulasi berlebih, hingga kecemasan juga bisa menjadi penyebabnya.
Entah disadari atau tidak, kesulitan keuangan memengaruhi kesehatan mental seseorang. Mempersiapkan dana darurat bisa jadi cara untuk menjaga kesehatan keuangan sekaligus mental.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Stasya Zephora
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved