logo-sehatq
logo-kementerian-kesehatan
Forum
Kesehatan Mental

Tak Pernah Mudah, Begini Sulitnya Korban Pemerkosaan Atasi Trauma

open-summary

Cara korban pemerkosaan berdamai dengan trauma yang dialaminya berbeda-beda. Ada yang memilih diam sehingga kejadian itu tidak terasa signifikan dan bisa cepat dilupakan. Di sisi lain, ada yang dengan lantang bicara serta melaporkan apa yang terjadi padanya sebagai bagian dari caranya berdamai dengan trauma.


close-summary

Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri

25 Mei 2020

Cara korban pemerkosaan berdamai dengan trauma yang dialaminya berbeda-beda

Korban pemerkosaan mengalami kesulitan mengatasi traumanya

Table of Content

  • Dampak trauma bagi korban pemerkosaan
  • Cara korban pemerkosaan menghadapi trauma
  • Catatan dari SehatQ

Menjadi korban pemerkosaan tidak pernah terlintas di benak para penyintasnya. Namun faktanya, kekerasan seksual seperti pemerkosaan, pelecehan verbal, masih kerap terjadi. Diperburuk lagi dengan hukum yang terkadang belum berpihak pada korban hingga kebiasaan victim blaming.

Advertisement

Cara korban pemerkosaan berdamai dengan trauma yang dialaminya berbeda-beda. Ada yang memilih diam sehingga kejadian itu tidak terasa signifikan dan bisa cepat dilupakan. Di sisi lain, ada yang dengan lantang bicara serta melaporkan apa yang terjadi padanya sebagai bagian dari caranya berdamai dengan trauma.

Dampak trauma bagi korban pemerkosaan

Tak hanya bagi perempuan, laki-laki juga bisa menjadi korban pemerkosaan atau pelecehan seksual. Bagi keduanya, dampak dari pemerkosaan tak hanya sekadar rasa sakit fisik saja.

Jauh lebih daripada itu, dampaknya bisa memicu hantaman besar pada sisi psikologis. Korban pemerkosaan bisa merasa tidak berguna, hancur, takut, dan merasa tidak percaya diri.

Belum lagi munculnya trauma dalam bentuk mimpi buruk, kilas balik pada kejadian terburuk itu, hingga melihat segala benda atau tempat yang mengingatkan pada kasus yang dialaminya.

Bagi korban, penting untuk tahu bahwa semua rasa tidak nyaman ini sangat wajar terjadi. Ini adalah reaksi normal terhadap trauma besar yang dialami. Ingat pula bahwa semua rasa negatif seperti menyalahkan diri sendiri, tak berdaya, hingga takut ini adalah gejala yang dirasakan sendiri, bukan realita yang terjadi.

Cara korban pemerkosaan menghadapi trauma

Meskipun sulit dan mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun, ada cara bagi korban pemerkosaan untuk bisa berdamai dengan traumanya. Apa saja?

1. Terbuka dengan apa yang dialami

Cara pertama ini saja mungkin sudah terasa sangat berat bagi korban pemerkosaan yang mengalami trauma. Tidak mudah membicarakan kejadian terburuk yang pernah terjadi pada diri sendiri, kepada siapapun itu. Belum lagi ancaman dipandang sebelah mata oleh orang lain.

Meski demikian, tetap diam hanya bentuk pertahanan diri jangka pendek yang tidak membantu berdamai dengan trauma. Sebaliknya, terbuka dan bicara kepada seseorang bisa membantu mengatasi trauma. Pertama, tentukan dulu dengan siapa akan bicara tentang masalah ini.

Semengerikan apa yang dibayangkan, terbuka tentang kejadian pemerkosaan akan membuat korban merasa bebas. Pilih orang yang tenang, empati, dan suportif. Jika tidak ada orang terdekat yang dirasa tepat, selalu ada terapis yang bisa diajak berbicara secara langsung maupun online.

2. Ingat bahwa diri sendiri berdaya

Korban pemerkosaan kerap merasa tidak berdaya sekaligus rapuh. Ketika berada di fase ini, ingatlah bagaimana diri sendiri punya kekuatan dan kemampuan untuk bisa melewati masa-masa sulit.

Caranya bisa dengan mendistraksi dan mengalokasikan waktu untuk hal-hal bermanfaat. Contohnya menolong orang lain yang bisa membuat perasaan senang, menjadi relawan, terlibat dalam donasi, serta hal-hal lain yang membuat diri merasa bermanfaat.

3. Berhenti menyalahkan diri sendiri

Penyintas atau korban pemerkosaan juga pasti punya kecenderungan menyalahkan diri sendiri ketika mengenang kembali kejadian nista itu. Entah itu menyalahkan mengapa harus melewati tempat itu, harus mengenal pelaku, atau tidak melawan saat kejadian.

Ingatlah bahwa tubuh dan otak bisa membeku ketika mengalami hal yang sangat mengejutkan. Artinya, itu adalah bentuk pertahanan diri, bukan dengan sengaja membiarkan pemerkosaan terjadi.

Apapun kondisi yang membuat korban pemerkosaan menyalahkan dirinya, buang jauh-jauh pikiran itu. Seluruh beban dan tanggung jawab hanya layak dibebankan pada satu orang: Pelaku.

4. Bersiap dengan flashback

Trauma pada kejadian pemerkosaan bisa dipicu berbagai hal. Bahkan setelah bertahun-tahun kemudian, melihat hal sederhana atau tak sengaja flashback bisa membawa pikiran kembali ke masa kelam itu.

Antisipasi hal ini. Sadari betul bahwa akan ada banyak flashback hingga mimpi buruk yang menghampiri. Biasanya, ini lebih sering terjadi ketika pikiran sedang stres dan tidak fokus. Ketika flashback terjadi, kenali sinyal dari tubuh dan ketahui bagaimana segera menenangkan diri dalam waktu cepat.

Seiring dengan berjalannya waktu, penyintas atau korban pemerkosaan akan tahu bagaimana menenangkan diri dengan cepat saat kenangan buruk ini kembali muncul. Caranya bisa berbeda-beda pada tiap orang.

Baca Juga

  • 6 Cara Menjadi Ramah, Bisa Dimulai dari Hal Sepele
  • Adversity Quotient, Tak Kalah Penting dari IQ dan EQ
  • Berkenalan dengan Kepribadian ISTP yang Menyukai Tantangan dan Hal Baru

5. Kembali kenali tubuh dan perasaan

Bisa muncul rasa bagaikan di awang-awang ketika seseorang menjadi korban pemerkosaan. Saat ini terjadi, waktunya untuk reconnect atau kembali mengenali tubuh dan perasaan. Jangan jadikan tubuh sebagai kambing hitam atau biang kesalahan kejadian itu.

Justru sebaliknya, kenali tubuh dan pikiran. Terima kekurangan diri, apapun itu. Caranya bisa dengan melakukan meditasi, gerakan dengan ritme menyenangkan sehingga tubuh merasa rileks dan penuh kendali, pijat, hingga melakukan olahraga seperti jenis yoga.

6. Tidak menutup diri

Menutup diri mungkin terasa seperti jalan pintas agar tak perlu mengurus apa yang terjadi di luar sana setelah mengalami pelecehan seperti pemerkosaan. Namun nyatanya, tidak menutup diri adalah cara tepat untuk berdamai dengan trauma.

Berpartisipasilah pada aktivitas sosial. Kontak kembali teman-teman lama. Atau buat lingkaran pertemanan baru yang akan membawa banyak perubahan positif pada diri sendiri.

Catatan dari SehatQ

Memang tidak akan mudah berdamai dengan trauma bagi korban pemerkosaan, namun semua kendali ada di tangan para penyintas. Di detik merasa tidak berdaya, di detik itu pula ambil jeda dan sayangi diri sendiri. Baik secara fisik maupun mental. Perlahan, trauma bisa teratasi secara bertahap.

Advertisement

gangguan mentalkesehatan mental

Ditulis oleh Azelia Trifiana

Referensi

Bagikan

Artikel Terkait

Diskusi Terkait di Forum

Advertisement

logo-sehatq
    FacebookTwitterInstagramYoutubeLinkedin

Langganan Newsletter

Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.

Perusahaan

Dukungan

Butuh Bantuan?

Jam operasional:
07:00 - 20:00 WIB

Hubungi Kami+6221-27899827

© SehatQ, 2023. All Rights Reserved