Erosi serviks atau ektoprion adalah kondisi sel-sel kelenjar dalam leher rahim tumbuh di luar serviks. Umumnya, penyebabnya karena....
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
17 Apr 2023
Erosi serviks atau erosi mulut rahim terjadi pada masa subur
Table of Content
Erosi serviks atau erosi mulut rahim, namanya mungkin terdengar mengkhawatirkan. Padahal, kondisi yang dipengaruhi hormon ini tidak berbahaya. Disebut juga dengan ektropion, erosi serviks terjadi saat sel-sel kelenjar dalam leher rahim justru tumbuh di luar serviks.
Advertisement
Banyak orang khawatir erosi serviks ini merupakan gejala kanker serviks karena terlihat seperti peradangan. Namun, penting untuk diketahui bahwa tidak ada hubungan antara erosi serviks dengan masalah kanker serviks atau kanker lainnya.
Pengertian erosi serviks adalah sel-sel leher rahim yang justru berkembang di luar serviks. Kondisi yang disebut juga ektropion ini menimbulkan pembentukan jaringan yang merah dan meradang.
Kondisi yang bisa ditemukan pada erosi serviks adalah sel-sel keras (epitel skuamosa) dari bagian luar leher rahim bertemu langsung dengan sel-sel lunak (epitel kolumnar) yang ada pada bagian dalam serviks (kanal serviks).
Normalnya, sel-sel kelenjar lunak berkembang di bagian dalam leher rahim. Namun, pada penderita ektropion, sel-sel kelenjar lunak mereka justru berkembang pada bagian luar leher rahim.
Pertemuan kedua sel ini disebut juga dengan zona transformasi. Hal ini menyebabkan radang mulut rahim. Penelitian yang terbit pada jurnal BioMed Central Research Notes menemukan, erosi serviks yang menyebabkan infeksi mulut rahim ini kerap dijumpai pada orang yang sedang memasuki masa subur.
Sayangnya, meski tidak dianggap berbahaya dan tidak ada kaitannya dengan kanker serviks, erosi serviks terlihat serupa dengan beberapa gejala atau kondisi tertentu. Karena itu, untuk mengecek erosi serviks, perlu evaluasi lebih lanjut. Inilah gejala penyakit yang menyerupai erosi serviks:
Baca Juga
Biasanya, erosi serviks atau erosi mulut rahim terjadi pada perempuan berusia muda. Tidak ada gejala spesifik yang dirasakan. Namun yang bisa terlihat dengan jelas di antaranya:
Gejala ini bisa terasa ringan hingga parah tergantung pada kondisi ektropion yang dialami seseorang. Warna kemerahan pada leher rahim terjadi karena sel-sel tersebut sangat sensitif dan mudah mengalami iritasi.
Ada banyak alasan di balik penyebab erosi serviks. Penyebab erosi serviks ini tentunya berbeda-beda antara satu orang dan lainnya. Beberapa penyebab yang paling umum terjadi di antaranya:
Beberapa perempuan memang terlahir dengan kondisi erosi serviks, artinya kondisi ini tidak terjadi karena fluktuasi hormon.
Terkadang, erosi mulut rahim bisa terjadi karena level hormon yang sangat bergejolak. Biasanya, hal ini dialami oleh perempuan yang sedang dalam usia produktif dan masa subur. Perempuan yang sudah masuk fase menopause jarang mengalami ektropion.
Bagi sebagian orang, menggunakan kontrasepsi pil KB kadang bereaksi tak bersahabat bagi tubuh. Efek samping pil KB juga dapat berpengaruh signifikan terhadap hormon seseorang. Ini bisa memicu terjadinya erosi serviks.
Lagi-lagi soal hormon, periode kehamilan juga bisa menyebabkan seorang perempuan mengalami ektropion atau erosi serviks. Namun ektropion tidak akan membahayakan janin.
Perempuan yang sedang berada di fase pubertas juga berisiko tinggi mengalami ektropion.
Mengingat erosi serviks tidak berbahaya, seringkali kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu perawatan apapun. Selama tidak mengalami gejala memburuk atau pendarahan secara persisten, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Saat merasakan gejala-gejala erosi serviks dan memeriksakan diri ke dokter, ada beberapa prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Inilah cara yang digunakan untuk mendiagnosis erosi serviks:
Pemeriksaan pap smear dilakukan dengan cara mengeruk beberapa bagian kecil sel pada leher rahim. Hal ini juga untuk berguna untuk melihat keberadaan virus Human papiloma (HPV) dan tanda-tanda prakanker atau kanker.
Tes ini bisa membedakan apakah gejala kemerahan ini merupakan ektropion atau gejala awal terjadinya kanker serviks. Meskipun tidak berhubungan, gejalanya cukup serupa.
Metode diagnosis biopsi ini dilakukan dengan uji laboratorium. Caranya, sampel sel yang terdapat pada penderita ektropion diambil dan dites di laboratorium. Selain mengecek adanya ektropion, metode ini juga membantu menemukan sel kanker
Cara untuk mengecek ektropion ini tidak memerlukan uji laboratorium. Saat melakukan kolposkopi, dokter melakukannya dengan cara mengecek langsung kondisi rahim dengan alat pembesar dan cahaya.
Sebenarnya, ektropion tidak perlu diberi tindakan apapun selama tidak mengganggu. Namun apabila gejala mulai terasa mengganggu seperti pendarahan dan rasa nyeri saat berhubungan seksual, keputihan berlebih, hingga pendarahan, tak ada salahnya berdiskusi dengan dokter.
Tindakan terapi kauterisasi atau cauterization ini bertujuan untuk mengangkat sel glandular yang tumbuh di luar serviks. Terkadang, prosedur ini perlu dilakukan beberapa kali apabila gejala ektropion kembali terjadi. Ada tiga cara yang dipilih dokter untuk melakukan tindakan ini.
Sebelum melakukan pengobatan, biasanya penderita ektropion diberi bius agar tidak merasakan sakit saat diberi tindakan. Namun, ada efek samping yang biasa muncul, yaitu keputihan pendarahan selama satu sampai empat minggu setelah terapi.
Pada saat melakukan kauterisasi, sel yang mendapat tindakan pun nantinya akan mengalami regenerasi sel.
Setelah prosedur dilakukan, penderita ektropion bisa langsung pulang dan kembali beraktivitas. Penting juga untuk memastikan tidak terjadi infeksi.
Biasanya, dokter akan merekomendasikan untuk tidak beraktivitas seksual dan menggunakan pembalut atau tampon selama 4 minggu untuk menampung flek-flek darah jika ada.
Obat obatan, seperti obat albothyl untuk vagina ini merupakan obat yang bisa dipilih untuk mengatasi erosi serviks.
Penggunaan obat ini sebenarnya diindikasikan untuk perempuan setelah pengangkatan polip maupun radang serviks yang ditemukan pada erosi serviks. Selain itu, obat albothyl ovula juga berguna untuk perawatan setelah biopsi untuk diagnosis ektropion.
Cara pakai obat albothyl ovula adalah sebagai berikut:
Meski tidak berbahaya, kondisi ektropion mampu menyebabkan infeksi mulut rahim. Tentunya, hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman. Perlu diketahui, ada kiat-kiat yang bisa dilakukan untuk mengurangi radang mulut rahim sebagai cara mencegah erosi serviks. Ikutilah cara mencegah erosi serviks ini:
Erosi serviks sebenarnya tidak berbahaya. Meski demikian, hal ini mampu memicu infeksi mulut rahim. Terlebih, gejala yang dialami terlihat serupa dengan beberapa penyakit yang terjadi pada leher rahim.
Meski dianggap tidak berbahaya, erosi leher rahim atau ektropion ini bisa diobati dengan tindakan atau obat obatan tertentu.
Tindakan seperti kauterisasi mampu membuang sel yang bermasalah dan membantu regenerasi sel baru. Sementara, obat obatan seperti albothyl ovula berguna untuk mengatasi infeksi yang muncul pada ektropion ini.
Jika Anda mengalami gejala seperti erosi serviks, segera hubungi dokter.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Sunat perempuan terus menjadi perdebatan. WHO mengelompokkan prosedur tersebut menjadi empat tipe, yang keseluruhannya membuat klitoris robek atau klitoris terpotong.
5 Nov 2019
Manfaat senam kegel membuat performa seks menjadi lebih baik sehingga dapat kenikmatan saat bercinta. Senam ini pun bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun.
2 Mei 2023
Untuk menambah rasa percaya diri, kamu bisa merapihkan rambut kemaluan dengan melakukan metode bikini waxing. Apakah berbeda dengan Brazilian wax? Simak lengkapnya!
1 Nov 2022
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved