Obat batuk bayi mesti diberikan sangat berhati-hati. Pasalnya, bayi sangat rentan terkena efek samping obat, mulai dari demam, mual dan muntah, hingga kematian
Ditinjau secara medis oleh dr. Karlina Lestari
9 Okt 2019
Obat batuk bayi harus sesuai resep dokter
Table of Content
Obat batuk bayi adalah hal yang ingin segera dibeli orang tua saat penyakit pada bayi ini muncul. Tentu, tujuannya agar buah hati merasa lebih nyaman, tidak rewel, dan bisa tidur nyenyak saat bayi batuk.
Advertisement
Banyak obat batuk anak yang dijual bebas. Namun, orang tua harus sangat berhati-hati karena obat batuk anak belum tentu cocok digunakan sebagai obat batuk bayi.
Sebenarnya, pada tahun 2007, riset yang terbit pada jurnal Official Journal of the American Academy of Pediatrics (AAP) memaparkan, Food and Drug Administration (FDA) bersama AAP menyepakati penggunaan obat batuk yang didapat tanpa resep dilarang untuk anak berusia di bawah 4 tahun.
Hal ini dikarenakan obat batuk mengandung zat aktif yang mengancam keselamatan bayi jika dikonsumsi berkepanjangan. Efek sampingnya termasuk kejang, detak jantung meningkat, tidak sadarkan diri, hingga kematian.
Baca Juga
Obat batuk anak yang dijual bebas sebetulnya tidak boleh digunakan untuk mengobati batuk pada bayi berusia di bawah empat tahun. Apa sajakah jenisnya?
Obat ini bertujuan melegakan pernapasan penderita batuk dengan cara mengencerkan dahak di tenggorokan sehingga lebih mudah dikeluarkan saat batuk. Contoh obat ekspektoran, guaifenesin.
Namun, obat ini dilarang digunakan sebagai obat batuk bayi karena menimbulkan efek samping, seperti menggigil, muntah, bahkan kerusakan ginjal.
Obat ini bekerja dengan menekan bagian di otak yang menstimulasi tubuh untuk batuk, misalnya dextromethorphan.
Dengan demikian, refleks untuk batuk akan berkurang. Bayi tidak boleh menggunakan obat ini karena dapat berisiko terjadi penumpukan dahak pada paru-paru dan membuat sesak napas.
Obat ini digunakan untuk melegakan pernapasan serta hidung tersumbat. Contohnya, pseudoephedrine dan phenylephrine.
Dekongestan bekerja dengan cara mengurangi pembengkakan pembuluh darah di dalam hidung sehingga jalur pernapasan lebih lega.
Sayangnya, lagi-lagi, ini tidak boleh digunakan sebagai obat batuk bayi. Sebab, dapat menimbulkan darah tinggi dan detak jantung tidak teratur (aritmia).
Obat ini bekerja mencegah tubuh mengeluarkan histamin sehingga mengurangi batuk pilek sebagai reaksi alergi. Brompheniramine, chlorpheniramine maleate, dan diphenhydramine adalah contohnya.
Obat jenis ini tidak diperuntukkan sebagai obat batuk bayi. Sebab, efek sampingnya menyebabkan bayi mengalami halusinasi, saraf pusat melemah, kerusakan jantung, hingga kematian.
Obat ini tidak boleh diberikan pada bayi dan anak-anak. Pasalnya, aspirin berisiko menyebabkan sindrom Reye, yaitu kondisi yang menimbulkan pembengkakan pada otak dan hati.
Obat batuk anak yang dijual bebas memang bisa meredakan gejala-gejala penyakit. Namun, obat-obatan ini tidak bisa menyembuhkan penyakit batuk dan pilek yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Jika batuk pada bayi dibarengi dengan demam, orang tua boleh memberikan obat penurun demam yang sekaligus berfungsi mengurangi sakit tenggorokan. Misalnya:
Obat ini bisa diberikan sebagai obat batuk bayi untuk kurangi demam dan nyeri pada Si Kecil yang berusia tiga bulan ke atas. Berhati-hatilah saat memberikannya karena dosis yang terlalu banyak bisa mengakibatkan kerusakan pada organ hati.
Patuhi petunjuk penggunaan dan dosis paracetamol yang dianjurkan. Dosis ini biasanya tertera pada kemasan produk atau bisa berdasarkan anjuran dokter.
Dosis obat harus ditentukan berdasarkan berat badan anak, bukan usianya. Sayangnya, pada kemasan, yang seringkali tertulis adalah dosis berdasarkan usia.
Oleh karena itu, orangtua harus hati-hati bila bayinya berbobot lebih besar atau lebih kecil dibandingkan rata-rata bobot bayi di usianya.
Supaya lebih aman, gunakan pipet atau sendok ukur yang disertakan dalam kemasan saat memberikan parasetamol cair pada bayi dan anak. Obat dapat diberikan setiap enam jam atau tidak lebih dari empat kali dalam waktu 24 jam.
Ibuprofen berbentuk sirup bisa diberikan pada bayi berusia tiga bulan ke atas. Meski bukan obat batuk untuk bayi, ibuprofen efektif untuk meredakan demam dan nyeri saat bayi batuk. Obat ini sebaiknya diberikan setelah bayi menyusui karena ibuprofen memiliki efek samping yang bisa membuat Si Kecil mengalami mual serta muntah.
Sebagai obat batuk bayi, berikan dosis ibuprofen sesuai berat badan buah hati Anda. Frekuensi maksimal pemberian adalah tiga kali dalam waktu 24 jam.
Batuk dan pilek yang disebabkan oleh infeksi virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu sampai dua minggu. Ingat, batuk adalah cara tubuh mengeluarkan dahak dari saluran pernapasan untuk melindungi paru-paru.
Tanpa diberikan obat pun, gejala batuk dan pilek pada bayi dan anak biasanya akan mereda pada waktunya.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membuat buah hati merasa lebih nyaman saat terserang batuk adalah sebagai berikut:
Baca Juga
Obat batuk bayi sebenarnya bukanlah obat yang bisa didapat tanpa resep. Sebab, obat tersebut justru mengancam keselamatan nyawa bayi.
Jika bayi batuk, Anda bisa memberikan obat paracetamol atau ibuprofen untuk mengurangi demam dan nyeri saat buah hati batuk. Selain itu, Anda bisa menggunakan cara tanpa obat, seperti memberikan minuman hangat, madu, hingga uap air hangat.
Jika Anda masih khawatir dengan gejala batuk pada bayi Anda, konsultasikan dengan dokter.
Advertisement
Ditulis oleh Armita Rahardini
Referensi
Artikel Terkait
Jangan sampai batuk mengganggu kelancaran ibadah puasa di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, pilihlah obat batuk yang tepat, dengan bahan aktif yang ampuh meredakan batuk selama berpuasa.
7 Apr 2021
Terdapat beberapa obat batuk kering untuk anak yang alami dan aman untuk dicoba si kecil, mulai dari jahe, madu, berkumur dengan air garam, hingga mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik.
21 Apr 2022
TBC pada anak disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti demam, batuk, hingga berat badan turun.
2 Nov 2021
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved