Superiority complex adalah sifat seseorang yang membuat ia merasa lebih hebat dari orang lain. Gangguan ini belum masuk dalam acuan diagnosis resmi. Namun, psikolog atau psikiater tetap bisa membantu apabila ‘penderitanya’ merasa terganggu dengan sifat sombongnya sendiri.
4.77
(13)
12 Jun 2020
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Orang dengan superiority complex akan merasa lebih hebat dari orang lain
Table of Content
Dalam berteman dengan beragam macam sifat manusia, Anda mungkin pernah berhadapan dengan orang yang sombongnya ‘minta ampun’. Perilaku superior ini disebut dengan superiority complex, yang sebenarnya cukup ramai dibicarakan. Belum masuk dalam acuan diagnosis gangguan mental, adakah penanganan untuk superiority complex?
Advertisement
Sesuai namanya, superiority complex adalah perilaku seseorang dimana ia percaya bahwa ia lebih baik dan hebat dari orang lain. Orang-orang dengan sifat superior ini sering memiliki opini berlebih mengenai diri mereka. Mereka yakin bahwa kemampuan dan prestasi yang dimiliki melebihi orang lain.
Superiority complex pertama kali dideskripsikan oleh psikolog bernama Alfred Adler pada awal abad ke-21. Ia menggarisbawahi bahwa perilaku superior ini sebenarnya merupakan mekanisme bela diri di balik perasaan inferior seseorang.
Artinya, superiority complex merupakan perilaku yang membuat seseorang merasa ‘lebih’ dari orang lain. Namun, keangkuhan tersebut boleh jadi cara mereka untuk menyembunyikan kelemahan atau kegagalan yang sudah pernah dialami.
Apabila orang di sekitar Anda memiliki sifat berikut ini, boleh jadi ia memiliki superiority complex:
Tanda-tanda di atas umumnya bisa kita rasakan pada orang yang sudah sangat kita kenal. Namun, penting untuk diingat bahwa sifat-sifat di atas juga dapat menjadi gejala gangguan psikologis lain, seperti gangguan kepribadian narsistik dan gangguan bipolar.
Para ahli belum bisa memastikan penyebab dari superiority complex. Namun, diperkirakan bahwa kondisi psikologis ini dapat terjadi karena kejadian atau momen di masa lalu pada orang yang bersangkutan.
Misalnya, sering mengalami kegagalan di masa lalu bisa jadi memicu munculnya superiority complex. Stres karena kegagalan akan cenderung ia sembunyikan, serta berpura-pura bahwa ia tak memiliki masalah.
Apabila pelarian dan sikap pura-pura tersebut terus ia lakukan, akan ada kemungkinan munculnya perasaan bahwa ia lebih baik dari orang lain. Tentunya, bagi beberapa orang ini dianggap sebagai sifat arogansi alias kesombongan.
Perilaku tersebut bisa muncul saat orang bersangkutan masih di kanak-kanak. Namun, individu pada fase remaja dan dewasa juga berisiko mengembangkan sifat superiority complex tersebut.
Dalam psikologi, superiority complex bukanlah gangguan mental formal dan tidak ditulis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Ke-5 (DSM-5).
Namun, ahli kejiwaan tetap bisa mendiagnosis jika pasiennya mengalami superiority complex atau tidak. Langkah diagnosis tersebut bisa melibatkan sesi tatap muka dengan pasien, serta terapi yang melibatkan keluarga dan orang terdekat pasien.
Karena superiority complex bukanlah kondisi medis yang resmi, maka tidak ada acuan penanganan untuk perilaku ini. Salah satu terapi yang mungkin ditawarkan yakni psikoterapi, di mana psikolog atau psikiater dapat mengidentifikasi dilema yang dirasakan oleh pasien.
Sebenarnya, orang yang memiliki indikasi superiority complex mungkin tidak memiliki efek yang terlalu ‘merusak’ bagi orang lain. Namun, sifat dan tutur kata yang menyakitkan bisa jadi sangat mengganggu yang tentu juga berpengaruh terhadap hubungan interpersonalnya.
Apabila orang terdekat Anda memiliki tanda-tanda superiority complex, Anda bisa membicarakannya baik-baik mengenai perilakunya – serta mengajaknya untuk mencari bantuan profesional. Bantuan dari psikolog atau konselor dapat menolongnya untuk mengatasi sifat terdalamnya.
Bertemu dengan konselor juga dapat Anda lakukan berdua, terlebih jika sebenarnya Anda sangat menyayangi orang dengan superiority complex tersebut. Terapi dapat menjadi cara sehat untuk saling terbuka mengenai sifat orang terdekat.
Baca Juga
Superiority complex adalah perilaku yang mungkin tidak disenangi banyak orang. Apabila ada orang terdekat yang menunjukkan gejala-gejala superiority complex, Anda mungkin bisa bisa bicara baik-baik agar ia mencari bantuan profesional.
Advertisement
Referensi
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Mempengaruhi orang tidak selamanya negatif. Anda dapat menggunakan kemampuan memengaruhi orang lain untuk melakukan hal-hal positif. Temukan caranya di sini.
Di tengah kesibukan sehari-hari, terdapat banyak penyebab stres di sekeliling kita yang sering kali tidak disadari, seperti kurang tidur, pekerjaan, hingga menonton televisi berlebihan.
Jika anak laki-laki bisa mengalami oedipus complex yaitu ketertarikan berlebih kepada ibunya, istilah untuk anak perempuan yang mengalami hal serupa adalah electra complex. Ini adalah konsep ketika anak perempuan berusia 3-6 tahun tanpa sadar memiliki ketertarikan berlebih – termasuk secara seksual – kepada ayahnya.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh Tim Dokter Sehatq
Dijawab oleh dr. Sylvia V
Dijawab oleh dr. Adhi Pasha Dwitama
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved