Reinfeksi COVID-19 terjadi ketika seseorang yang telah sembuh dari infeksi virus Corona kembali positif. Kena Covid dua kali ini biasanya terjadi dalam rentang waktu yang cukup jauh.
2023-03-25 19:33:11
Ditinjau oleh dr. Reni Utari
Gejala infeksi ulang COVID-19 bervariasi pada setiap orang orang
Table of Content
Varian virus Corona delta disebut-sebut sebagai pemicu meledaknya kasus COVID-19 di berbagai negara. Bagi pasien yang sebelumnya pernah terkena COVID-19 mungkin bertanya-tanya seberapa kuat mereka terlindungi dari varian delta. Kekebalan setelah infeksi sebelumnya, dalam banyak kasus, melindungi orang dari reinfeksi covid.
Advertisement
Ketika mereka terserang kembali, penyakitnya cenderung ringan. Namun, antibodi yang terbentuk bervariasi pada setiap orang.
Oleh karena itu, beberapa ahli menyarankan untuk mendapatkan vaksin setidaknya satu dosis untuk meningkatkan kadar antibodi.
Menurut penelitian, vaksin Pfizer, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson bekerja dengan baik terhadap semua varian, termasuk delta, terutama dalam hal mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian.
Sebenarnya kena covid dua kali sangat jarang terjadi. Sebuah studi dari Cleveland Clinic melacak kasus pada petugas kesehatan yang sebelumnya terserang COVID-19 maupun yang telah divaksin. Para peneliti menemukan bahwa tingkat reinfeksi covid pada dasarnya sama dengan mereka yang telah divaksinasi.
Studi lain dari Qatar juga menemukan bahwa kemungkinan infeksi ulang sama rendahnya di antara mereka yang sebelumnya terserang COVID-19.
Pakar kesehatan belum menemukan apakah Anda akan benar-benar kebal terhadap COVID-19 setelah terinfeksi. Jika Anda memiliki kekebalan, peneliti juga belum tahu seberapa lama kekebalan ini akan bertahan.
Sejauh ini hanya ada beberapa insiden reinfeksi Covid yang dikonfirmasi, yaitu dua kasus dengan jenis virus yang sama, sedangkan yang ketiga terinfeksi jenis virus yang berbeda.
Akan tetapi ada jenis virus corona lain yang dapat memicu kekebalan. Studi menunjukkan bahwa orang terlindungi dari virus corona hingga satu tahun setelah infeksi. Tubuh manusia memiliki antibodi terhadap virus yang menyebabkan sindrom pernapasan akut berat (SARS) hingga 4 tahun.
Kebanyakan orang yang pulih dari COVID-19 memiliki antibodi terhadap virus tersebut. Namun, tidak ada bukti bahwa hal ini akan melindungi dan menghindari reinfeksi ulang.
Di Korea Selatan, lebih dari 160 orang dinyatakan kena covid dua kali. Di Cina, 5-10% orang dites positif kembali setelah mereka pulih. Namun ada beberapa kemungkinan:
Infeksi ulang COVID-19 bervariasi pada setiap orang orang. Oxford University menemukan bahwa orang yang menghasilkan respons kekebalan lebih lemah cenderung berisiko terinfeksi ulang varian baru.
Namun dalam banyak kasus, kekebalan dari penyakit sebelumnya memberikan perlindungan yang baik sehingga mengurangi tingkat keparahan. Sistem kekebalan tubuh manusia melibatkan banyak bagian kerja: antibodi, sel T, dan sel B.
Antibodi adalah garis pertahanan pertama tubuh melawan infeksi, bahkan infeksi ringan sekalipun. Sel T dan sel memori B diam-diam hidup di kelenjar getah bening dan beraksi setelah terpapar kembali dengan patogen.
Sel T dapat mengenali banyak bagian berbeda dari SARS-CoV-2. Sel T sangat penting dalam menyerang virus dan mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian. Penelitian baru juga mengatakan bahwa infeksi SARS-CoV-2 dapat menghasilkan antibodi baru dari sel B memori yang dapat mengenali varian baru dan mutasinya saat terpapar patogen.
Karena kompleksitas sistem kekebalan kita, sebagian besar reinfeksi covid, bahkan dengan varian delta, cenderung menunjukkan gejala ringan.
Baca Juga
Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang reinfeksi covid, tanyakan langsung pada dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download sekarang di App Store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Long Covid adalah kondisi yang membuat penyintas Covid-19 masih merasakan gejala penyakit tersebut selama beberapa minggu atau bulan setelah dinyatakan sembuh dari infeksi.
Cold chain adalah seperangkat aturan dan prosedur yang memastikan penyimpanan dan distribusi vaksin yang tepat ke layanan kesehatan dari tingkat nasional hingga lokal
Tanggal 29 April 2020 yang lalu, FDA menyatakan akan memberi izin obat bernama Remdesivir untuk dirilis sebagai pilihan pengobatan Covid-19. Sebelumnya, obat Remdesivir pernah diujikan untuk mengatasi virus corona penyebab MERS dan SARS.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Lizsa Oktavyanti
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Vina Liliana
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved