Stroke pada lansia adalah penyakit yang harus diwaspadai karena bisa fatal akibatnya. Apalagi, kalau mempunyai penyakit kronis. Ketahui penyebab, gejala, hingga perawatannya.
10 Nov 2022
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Ketahui penyebab, gejala, hingga perawatan stroke pada lansia
Table of Content
Stroke pada lansia adalah penyakit yang perlu diwaspadai. Pasalnya, stroke bisa berakibat fatal, termasuk kematian. Maka dari itu, perawatan dengan segera sangat penting untuk mengurangi kerusakan otak dan komplikasi lainnya. Ketahui penjelasan lengkap mengenai penyebab, gejala, hingga pengobatannya.
Advertisement
Stroke adalah kondisi medis serius, saat suplai darah ke bagian otak terputus. Penyebab utamanya adalah ketika pembuluh darah tersumbat atau karena perdarahan otak.
Mengutip Medical University of South Carolina, 75% kasus stroke terjadi pada lansia berusia 65 tahun ke atas. Sementara itu, risiko stroke meningkat dua kali per dekadenya setelah seseorang menginjak usia 55 tahun.
Penyebab lansia lebih berisiko mengalami stroke adalah karena semakin banyak penyakit kronis yang dialami. Misalnya, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, atau kolesterol tinggi. Belum lagi, fungsi tubuh yang semakin menurun juga turut menyumbang naiknya risiko penyakit kronis.
Selain itu, berikut adalah beberapa faktor lainnya yang meningkatkan risiko penyebab stroke:
Baca Juga
Gejala stroke bergantung pada area tubuh yang terkena. Berikut adalah gejala stroke pada lansia:
Segera kunjungi dokter apabila orang tua mengalami gejala atau tanda yang mengarah pada stroke.
Mengingat ini adalah penyakit berbahaya, penanganan medis harus dilakukan secepat mungkin sebelum bertambah parah dan menyebabkan komplikasi serius.
Kebanyakan penderita stroke tidak bisa menangani serangan stroke seorang diri. Itu sebabnya, mintalah bantuan orang lain yang ada di sekitar untuk membawa ke rumah sakit.
Hubungi pihak rumah sakit mau pun fasilitas kesehatan terdekat agar bisa dilakukan penjemputan.
Baca Juga
Sebagai langkah pertolongan pertama terhadap stroke pada lansia, dokter biasanya akan memberikan obat untuk menghentikan penggumpalan darah, yakni disebut activator plasminogen jaringan.
Obat stroke berfungsi untuk meringankan gejala yang dialami. Setelah gejala mereda, barulah dokter akan melakukan langkah-langkah penanganan selanjutnya sesuai dengan tingkat keparahan stroke yang diderita.
Pada beberapa kasus, dokter mungkin hanya akan memberikan resep obat-obatan, yaitu:
Sementara jika stroke sudah tergolong parah, dokter mungkin juga akan melakukan tindakan operasi, seperti embolisasi endovaskular dan radiasi.
Stroke biasanya menyebabkan seseorang mengalami sejumlah keterbatasan fisik. Itu sebabnya, setelah pemulihan serangan stroke, Anda mungkin membutuhkan perawatan pasca stroke.
Umumnya, pasien akan diminta untuk melakukan sejumlah hal selama dalam masa rehabilitasi, yaitu:
Baca Juga
Tidak ada kata terlambat. Selagi Anda masih sehat dan bisa beraktivitas, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko stroke pada lansia, seperti:
Stroke pada lansia adalah penyakit yang tidak boleh disepelekan. Segera minta pertolongan medis manakala mengalami gejala stroke.
Selain itu, lakukan langkah-langkah pencegahan stroke sejak dini, seperti rajin berolahraga, menjaga berat badan, tidak merokok, dan banyak makan makanan bergizi (buah, sayuran).
Ingin mengetahui lebih lanjut mengenai stroke pada orang lanjut usia? Tanyakan langsung pada dokter di aplikasi Kesehatan keluarga SehatQ.
Download sekarang di App store dan Google Play.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Siapa yang tidak ingin memiliki jiwa dan raga yang sehat? Semua orang tentulah ingin memilikinya. Namun sebagai manusia, kita tidak bisa terus-menerus sehat setiap waktu. Bagaimana jika suatu saat kita terserang penyakit kritis? Apa yang harus dilakukan?
Cara mengatasi berat badan turun drastis adalah diet atau menjaga pola makan yang bernutrisi. Lakukan juga olahraga teratur untuk melatih otot tubuh tetap baik dan kuat.
Periostitis adalah dampak dari peradangan jaringan di sekitar tulang yang disebut periosteum. Kondisi ini rentan dialami oleh orang yang kerap melakukan gerakan lompat, lari, atau angkat beban secara berulang-ulang.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Dwiana Ardianti
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved