Stimming adalah perilaku saat seseorang melakukan gerakan atau mengeluarkan suara yang sama secara berulang untuk mengelola emosi. Pola perilaku ini tak perlu penanganan, asalkan tindakan yang dilakukan tidak berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
5
(1)
7 Jul 2021
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri
Stimming seringkali dilakukan untuk mengelola emosi
Table of Content
Tiap orang mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi stres, ketakutan, maupun kecemasan. Salah satu tindakan yang cukup sering dilakukan yaitu menunjukkan perilaku secara berulang. Contohnya, perilaku seperti mengetuk meja dengan jari berkali-kali dapat memberi ketenangan bagi beberapa orang.
Advertisement
Jika Anda mengalami hal serupa, perilaku tersebut dikenal dengan istilah stimming. Perilaku ini seringkali ditunjukkan oleh penderita autisme dan anak-anak berusia remaja.
Stimming adalah perilaku saat seseorang melakukan gerakan atau mengeluarkan suara yang sama secara berulang. Hingga saat ini, penyebab perilaku ini belum diketahui dengan pasti.
Sejumlah penelitian menyebut, perilaku stimming membangkitkan sistem saraf dan merangsang pelepasan hormon beta-endorfin. Beta-endorfin di sistem saraf pusat bertanggungjawab dalam memproduksi dopamin, yang meningkatkan kesenangan.
Stimming terbagi ke dalam beberapa jenis. Tiap jenis menunjukkan pola perilaku yang berbeda. Berikut ini beberapa contoh perilaku berulang pada masing-masing jenisnya:
Pola perilaku ini melibatkan suara dan indera pendengaran dari orang yang melakukannya. Contoh perilaku berulang dalam auditory stimming, seperti:
Tactile stimming merupakan pola perilaku berulang yang melibatkan indera peraba dari orang yang melakukannya. Pola perilaku yang termasuk dalam jenis ini, antara lain:
Jenis stimming dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan dari pelakunya. Beberapa perilaku berulang yang termasuk ke dalam visual stimming, di antaranya:
Vestibular stimming merupakan pola perilaku berulang yang melibatkan pergerakan tubuh dari pelakunya. Orang dengan jenis stimming ini umumnya akan melakukan pola perilaku berulang seperti:
Jenis stimming ini menggunakan indera penciuman dan perasa dari orang yang melakukannya. Contoh perilaku berulang dalam taste stimming, meliputi:
Stimming umumnya bukanlah perilaku yang berbahaya, namun dapat memberikan efek yang merugikan terhadap fisik, emosional, dan sosial pelakunya. Sebagai contoh, jika pola perilaku berulang yang ditunjukkan adalah membentur-benturkan kepala ke tembok, tindakan tersebut berpotensi menimbulkan luka.
Bagi orang yang tidak mengetahui bagaimana seseorang atau penderita autis mengelola emosi lewat stimming, mereka seringkali merasa takut dan terganggu. Ketidaktahuan tersebut kemudian membuat orang yang melakukannya terisolasi secara sosial.
Di sisi lain, ada beberapa orang yang sengaja melakukan pola perilaku berulang hanya untuk menarik perhatian. Jika dilakukan dengan maksud untuk mencari perhatian orang lain, perilaku tersebut bukanlah stimming. Untuk mengatasinya, Anda disarankan berkonsultasi dengan dokter.
Pola perilaku ini sebenarnya tidak memerlukan penanganan, kecuali apabila tindakan yang dilakukan berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Jika stimming mengarah pada pola perilaku berbahaya, konsultasikan kondisi Anda dengan dokter. Langkah ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi yang mendasarinya.
Sebagai contoh, apabila Anda terbiasa memukul-mukulkan tangan ke kepala saat merasa stres atau cemas, dokter mungkin akan menyarankan untuk menyalurkan emosi dengan memainkan stress ball. Bagi penderita autisme, terapi dan konsumsi obat-obatan sesuai resep dokter dapat membantu mengatasi masalah ini.
Baca Juga
Stimming adalah perilaku di mana seseorang melakukan gerakan atau mengeluarkan suara yang sama secara berulang. Tindakan ini seringkali dilakukan pelakunya untuk membantu mengelola emosi mereka.
Pola perilaku berulang ini sebenarnya tidak memerlukan penangan. Namun, apabila tindakan yang dilakukan membahayakan diri sendiri dan orang lain, segeralah berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan.
Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kesehatan, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play.
Advertisement
Terima kasih sudah membaca.
Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)
Artikel Terkait
Setiap manusia memiliki daya untuk mengatasi tantangan dan kesulitan dalam hidup. Inilah yang disebut dengan kemampuan resiliensi atau ketahanan. Karakteristik ini perlu dibangun sejak dini sebagai bekal di tengah perubahan maupun rintangan yang akan muncul di kemudian hari.
Bisakah seseorang mengalami mimisan karena stress? Ini bisa saja terjadi. Studi menunjukkan bahwa orang dengan gangguan cemas lebih rentan mengalami mimisan kronis.
Pekerjaan yang tidak disukai dapat menyebabkan stres. Untuk menyelesaikannya dengan baik, cobalah memikirkan apa yang bisa diperoleh dari melakukan pekerjaan tersebut, menerapkan teknik relaksasi saat stres, dan melakukan positive self-talk
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2022. All Rights Reserved