Sindrom Sjogren termasuk salah satu penyakit autoimun yang berpengaruh signifikan terhadap produksi air mata dan air liur. Ini terjadi karena penderita Sjogren’s syndrome gagal memproduksi cukup kelembapan di kelenjar air mata dan air liur.
Ditinjau secara medis oleh dr. Anandika Pawitri
10 Agt 2020
Sindrom Sjogren termasuk kategori penyakit autoimun
Table of Content
Sindrom Sjogren termasuk salah satu penyakit autoimun yang berpengaruh signifikan terhadap produksi air mata dan air liur. Ini terjadi karena penderita Sjogren’s syndrome gagal memproduksi cukup kelembapan di kelenjar air mata dan air liur.
Advertisement
Sama seperti penyakit autoimun lainnya, sistem kekebalan tubuh penderitanya justru menyerang tubuh sendiri. Sistem imun salah mengira ada zat asing yang masuk ke tubuh. Akibatnya, jaringan yang sehat justru mengalami kerusakan.
Sindrom Sjogren bisa dideteksi sebagai kondisi primer atau sekunder. Pada kondisi primer, artinya penderitanya tidak mengalami penyakit autoimun lainnya. Gejala sindrom Sjogren primer cenderung lebih agresif dan menyebabkan mata dan mulut lebih kering.
Namun jika terdiagnosis sekunder, artinya ada kemungkinan menderita penyakit autoimun lain. Gejalanya cenderung lebih ringan dibandingkan dengan Sjogren’s syndrome yang primer.
Gejala terjadinya sindrom Sjogren di antaranya:
Dari beberapa gejala sindrom Sjogren di atas, terlihat bahwa tak hanya mata dan mulut saja yang terdampak. Pasien sindrom Sjogren bisa mengalami gejala di seluruh tubuhnya, bahkan menyebabkan inflamasi di paru-paru atau ginjal.
Apabila inflamasi terus menerus terjadi, dokter akan memberikan pengobatan untuk mencegah kerusakan organ. Cara kerja dokternya adalah menjinakkan sistem imun agar tidak terus menerus menyerang jaringan yang sehat.
Baca Juga
Belum diketahui penyebab atau faktor risiko pasti mengapa seseorang menderita sindrom Sjogren. Meski demikian, 9 dari 10 penderita sindrom Sjogren adalah perempuan yang sudah mengalami menopause. Para pakar terus meneliti apakah ada keterkaitan antara hormon estrogen dengan kondisi ini.
Selain itu, menderita penyakit autoimun lain serta riwayat medis keluarga dengan penyakit serupa juga meningkatkan risiko seseorang mengalami sindrom Sjogren. Beberapa faktor risiko lain menderita sindrom Sjogren di antaranya:
Belum ada diagnosis pasti untuk mendeteksi sindrom ini. Mengingat gejalanya tak hanya spesifik di mulut dan mata saja, dokter akan melakukan beberapa rangkaian tes untuk mendiagnosis masalahnya.
Selain pemeriksaan fisik dan riwayat medis, perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk melihat adakah aktivitas antibodi yang berkaitan dengan sindrom Sjogren.
Lebih spesifik lagi, pemeriksaan mata dan biopsi mulut dapat membantu memeriksa kadar kelembapan mata sekaligus produksi kelenjar air liur.
Belum ada obat yang bisa menyembuhkan sindrom Sjogren, namun banyak prosedur medis yang dapat membantu meredakan gejalanya. Penanganan utama tentu menargetkan agar mata dan mulut bisa menjadi lebih lembap.
Selain itu, beberapa gejala juga memerlukan kortikosteroid atau immunosuppresant agar sistem imun tidak terus menerus menyerang jaringan tubuh yang sehat. Jika penderita mengalami nyeri persendian, dokter juga bisa meresepkan obat anti-peradangan nonsteroid.
Penderita juga disarankan untuk banyak beristirahat serta mengonsumsi makanan bergizi agar tidak merasa terlalu lemas.
Baca Juga
Apabila pasien mengalami keringat berlebih di malam hari, demam, berat badan turun drastis, dan tubuh benar-benar lesu, waspadai kemungkinan komplikasi. Jenis komplikasi yang paling mungkin terjadi pada sindrom Sjogren adalah limfoma, yaitu kanker yang menyerang sel darah putih penangkal infeksi.
Advertisement
Ditulis oleh Azelia Trifiana
Referensi
Artikel Terkait
Setelah membeberkan penyakit autoimun-nya, kini selebritas sekaligus penyanyi Ashanty mengaku pernah mengidap meningitis. Seperti apa faktor risiko yang menyebabkan penyakit meningitis?
14 Okt 2019
Kolitis ulseratif adalah kondisi radang usus besar yang ditandai dengan luka di dinding usus besar. Gejala radang usus besar tak hanya terlihat pada sistem pencernaan, tapi juga pada kondisi kulit. Umumnya, penderita radang usus besar akan mengalami ruam yang terasa sakit.
18 Sep 2020
Pilek menahun adalah pilek yang tidak kunjung sembuh. Kondisi ini bisa jadi tanda dari penyakit lain seperti alergi, sinus, polip hidung, rhinitis, atau pneumonia. Berikut penjelasannya.
28 Jun 2019
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Dijawab oleh dr. Liliani Tjikoe
Dijawab oleh dr. Reni Utari
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved