Sindrom Munchausen adalah gangguan psikologis akibat perilaku kekerasan pada anak. Sindrom Munchausen membuat penderitanya pura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian. Kondisi ini bisa dipicu oleh pengalaman kekerasan selama kanak-kanak.
2023-03-23 21:49:59
Kekerasan pada anak bisa menjadi pemicu munculnya sindrom Munchausen
Table of Content
Gangguan psikologis akibat perilaku kekerasan pada anak, dapat menimbulkan siklus kekerasan yang bisa berlanjut hingga anak tersebut dewasa. Sindrom Munchausen salah satunya.
Advertisement
Pasalnya, kondisi yang membuat penderitanya sering pura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian ini, tidak hanya bisa terjadi pada diri sendiri. Pada sindrom Munchausen by Proxy, perilaku ini bisa dilakukan oleh orangtua ke anak.
Ya, orangtua yang menderita sindrom Munchausen dapat membuat anaknya terlihat seolah-olah sedang sakit parah, hingga mengganggu keseharian anaknya. Bahkan, pada salah satu kasus, anaknya tidak pernah mengetahui bahwa tubuhnya sebenarnya sehat, dan penyakit yang dideritanya hanyalah kondisi yang dibuat oleh orangtuanya.
Baca Juga
Jika ada satu hal yang menghubungkan kedua jenis sindrom, yaitu sindrom Munchausen dan sindrom Munchausen by Proxy, adalah riwayat kekerasan yang pernah diterima selama masa anak-anak. Berikut ini penjelasannya.
Pada penderita sindrom Munchausen, kekerasan yang pernah diterimanya membuat orang tersebut mengalami trauma.Kemudian, trauma tersebut kemudian membuat anak memiliki suatu permasalahan yang masih mengganjal atau tidak terselesaikan, hingga ia dewasa.
Hal ini memicu timbulnya gangguan perilaku seperti berpura-pura sakit, untuk mendapatkan perhatian, atau sebagai jalan untuk menghukum dirinya sendiri, karena merasa dirinya tidak cukup berharga.
Sementara itu pada sindrom Munchausen by Proxy, meski dokter belum mengetahui secara jelas penyebabnya, namun kekerasan yang pernah dialami selama masa anak-anak, dipercaya menjadi faktor yang berkaitan.
Perilaku orangtua dengan sindrom Munchausen by Proxy, yang memperlakukan anaknya seolah seperti menderita penyakit tertentu, juga dapat dikategorikan sebagai perilaku kekerasan pada anak.
Sebab, para orangtua dengan kondisi ini, sering merasa tidak memiliki kendali akan hidupnya sendiri. Mereka umumnya memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak dapat berhadapan dengan stres maupun gangguan kecemasan.
Memiliki anak yang sakit, meski penyakit tersebut hanya karangan, membuatnya mendapatkan perhatian dari orang lain, yang turut prihatin terhadap kondisi anak tersebut. Hal ini membuat penderita sindrom Munchausen by Proxy, terus membuat anaknya seolah sakit-sakitan.
Baik sindrom Munchausen, maupun sindrom Munchausen by Proxy, merupakan kondisi yang sulit diatasi. Sebab, penderita kedua kondisi tersebut umumnya akan menolak untuk mengakui, bahwa perilaku yang mereka lakukan adalah suatu kesalahan.
Bahkan pada beberapa kasus, anak yang menjadi korban kekerasan orangtua dengan sindrom Munchausen by Proxy, juga akan mengalami sindrom Munchausen di kemudian hari. Sebab, ia sudah mulai terbiasa mendapatkan perhatian, akibat penyakit yang dibuat-buat oleh orangtuanya.
Secara umum, agar bisa disembuhkan, dibutuhkan waktu terapi hingga bertahun-tahun. Selain itu, belum ada cara yang bisa mencegah timbulnya gangguan psikologis yang satu ini.
Sebagai gangguan kesehatan yang juga merupakan perilaku kekerasan pada anak, sindrom Munchausen by Proxy perlu lebih diperhatikan penanganannya. Begitu juga dengan sindrom Munchausen, yang bisa menjadi akar permasalahan siklus kekerasan yang berulang.
Advertisement
Referensi
Artikel Terkait
Gangguan depersonalisasi umumnya terjadi saat seseorang merasa jiwanya terlepas dari raganya. Orang yang mengalami gangguan ini umumnya akan merasa seolah ia sedang bermimpi.
Macam-macam emosi dalam diri manusia ternyata mewakili perasaannya. Beberapa macamnya menurut ahli, antara lain bahagia, sedih, takut, jijik, marah, dan terkejut.
Memahami perbedaan stres dan depresi bisa membantu mencegah tingkat keparahannya. Stres efeknya langsung mengubah suasana hati. Apabila tidak bisa mengontrolnya, kondisi ini bisa berujung pada kondisi yang lebih parah seperti depresi.
Diskusi Terkait di Forum
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. R. H. Rafsanjani
Dijawab oleh dr. Farahdissa
Advertisement
Jadi orang yang pertama tahu info & promosi kesehatan terbaru dari SehatQ. Gratis.
© SehatQ, 2023. All Rights Reserved